Pernah dulu waktu kelas enam SD, Imah diajak oleh emak ke sungai mencari lankitang beramai-ramai dengan sepupunya yang tinggal di seputaran danau Singkarak, di tepi danau. Biasanya di batu-batu yang terendam air danau, lankitang atau siput hitam danau dan sungai banyak hinggap dan bersembunyi di sana.

Kalau pensi atau remis danau itu sudah biasa didapat, tapi kalau lankitang agak jarang juga. Sebab munculnya seakan musiman pula.

Mengingat hal itu, Imah ke pasar pagi-pagi mencari penjual lankitang. Alhamdulillah ada yang menjualnya. Ukurannya juga besar-besar. Ada yang dijual masih berekor, dan ada juga yang ekornya dipotong. Ekor di sini yaitu ujung lancip dari si siput. Untuk yang sudah dipotong bagian lancipnya harga satu liter adalah 10 ribu rupiah. Sedangkan yang belum dipotong harganya untuk dua liter 15 ribu rupiah. Imah membeli yang belum dipotong, sehingga lebih banyak didapat.

Sesampai di rumah, emak sudah menunggu gadis itu untuk menyerahkan bahan-bahan masakan yang dibelinya. Salah satunya siput hitam itu. Emak mengambil siput dan merendamnya agar pasir yang ada di cangkangnya keluar. Sejam kemudian, siput itu bisa diolah menjadi sup.

"Mak, gimana motong ujungnya? Tak bisa aku, Mak," rajuk Imah.

"Bawa sini pisau besar itu, biar Mak ajarin," kata emak merah pisau yang disodorkan anaknya.

"Tapi, Imah tak bisa juga, Mak. Nih, Mak lihat, sampai kepotong ke atas badannya. Sampai hancur," tunjuknya ke langkitang yang dipotong.

Beberapa ekor lankitang yang dipotong Imah memang sampai hancur tak berbentuk dan ada pula yang sebagian tubuhnya kepotong. Melihat itu emak jadi kesal sendiri.

"Sana, kau ulek bumbunya. Biar emak selesaikan. Diajar berkali-kali tak juga bisa kau," kesal beliau.

Si gadis yang kena semprot menghembuskan nafasnya dan beranjak mengulek bumbu yang sudah disediakan emak. Dengan malas-malasan, bumbu itu jadi juga.

Selesai emak membersihkan lankitang, beliau segera menumis bumbu halus sampai harum, memberi sedikit cabe dan tomat, tak lupa bawang daun juga ditambahkan sehingga rasa sup lankitang akan sedap nantinya.

Benar saja, setelah sup yang dibuat emak siap, rasanya benar-benar enak. Ada rasa pedas, gurih, dan manis. Benar-benar enak. Imah sampai menghabiskan satu mangkok. Lain lagi dengan emak, beliau mampu menghabiskan satu setengah mangkok, lebih banyak dan lebih cepat dari anak gadisnya itu.

"Wuaaahh, Mak. Lumayan selera Mak ternyata. Gimana Mak bisa secepat itu. Imah saja susah banget dapat isinya, disedot-sedot malah isinya tetap tinggal di dalam. Ini lidah saja udah perih," herannya ke emak.

"Kau saja yang tak terbiasa. Waktu emak gadis, sup ini sering dibuat. Emak mencarinya dengan saudara-saudara emak ke sungai. Waktu itu sungai bersih dan airnya jernih," kata beliau sambil menerawang.

Keduanya selesai dengan makan pagi. Maka kegiatan bersih-bersih dapur pun dimulai. Selanjutnya emak bersiap ke ladang dan anaknya bersiap pula di depan laptop.