Esdi Pangganti

Guru SMAN 4 Muara Teweh Mengajar Mata Pelajaran Kimia dan Mapel. Prakarya...

Selengkapnya
Navigasi Web
PENTINGNYA PEMBENTUKAN KARAKTER

PENTINGNYA PEMBENTUKAN KARAKTER

Bagiku mengenal karakter siswa merupakan suatu kewajiban, terutama dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru. Dengan mengenal karakter siswa, akan membantuku sebagai seorang guru menemukan cara guna mengantarkan mereka belajar lebih baik untuk meraih mimpi-mimpinya. Sangatlah disadari bahwa memahami karakter siswa tidaklah mudah, sangatlah memerlukan kesungguhan hati dan pikiran guru sehingga siswa-siswa tersebut dapat dipahami karakternya dengan baik. Karakter siswa adalah watak, kejiwaan dan sifat-sifat khas yang dibawanya sejak ia dilahirkan. Hal ini merupakan sebagai identitas pribadinya, yang akan membedakan dirinya dengan orang lain. Masing-masing siswa memiliki karakter yang berbeda, bahkan bagi siswa kembar sekalipun. Karakter seseorang siswa dapat dilihat dari caranya bertutur kata, bersikap dan berprilaku. Semua aktivitas yang kelihatan merupakan perwujudan dari watak, kejiwaan, dan sifat pribadinya. Beberapa buku mengenai psikologi pendidikan, psikologi perkembangan anak sudah kulahap. Aku sadar sebagai guru tidak hanya mengandalkan kemampuan berpikir logikaku, atau ilmu yang kudapat dari bangku kuliah. Namun aku harus menambah kapasitas diriku dan wawasanku terutama dalam rangka mempelajari konsep-konsep dasar tentang perkembangan kejiwaan siswa, agar dapat membantuku sebagai guru dalam memberi pelajaran yang bermakna bagi mereka, siswaku. Hal seperti yang kusebutkan di atas, seringkali mulai kurang diperhatikan bahkan cenderung dilupakan oleh seorang guru, sehingga ia sendiri mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan siswa. Pendekatan atau terapi yang digunakan guru dalam menyelesaikan masalah siswa seringkali tidak tepat. Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah yang dialami siswa tersebut secara tuntas, namun justru dapat menjerumuskannya lebih dalam lagi. Menurut buku panduan pengembangan karakter dari Balitbang, Puskur dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, Tahun 2011 ruang lingkup nilai moral dalam rangka pembentukan karakter yang harus dikembangkan di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut: 1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agamadianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orangselalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama Hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatuyang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/Komuniktif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung-jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya masih mengutip buku yang sama, disebutkan bahwa pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Disamping itu, berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini makin mendorong semangat dan upaya pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar pembangunan pendidikan. Seorang guru harus berperan sebagai pemberi solusi yang baik, dalam mendidik dan membimbing siswanya dengan benar, memberi memotivasi dan sugesti yang tepat, dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa dengan memperhatikan karakter dan kejiwaan siswanya. Guru juga hendaknya mampu berperan laiknya sebagai seorang dokter, yang memberikan terapi dan obat pada pasiennya sesuai dengan diagnosanya. Jika dokter salah dalam melakukan diagnosa, maka terapi dan obat yang diberikan juga dapat dipastikan salah, sehingga penyakit yang dialami oleh pasien bukannya sembuh namun sebaliknya semakin parah. Demikian juga guru dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Ia harus mengetahui akar permasalahan, sehingga dapat menentukan terapi dan solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Guru juga bisa berperan laiknya seorang ulama yang dapat membimbing dan menuntun kejiwaan siswa, memberikan pencerahan yang menyejukkan dalam menyelesaikan permasalahannya dengan mengedepankan pendekatan humanis. Dalam mememahami karakter siswa, aku sendiri perlu menyadari bahwa seorang guru dapat memperhatikan dan menganalisa bagaimana siswa tersebut bertutur kata (gaya bicara), sikap/ perilaku, serta perbuatan siswa. Dari tiga apek tersebut, maka aku dapat mengetahui kondisi kejiwaan setiap siswa, karena mereka sendiri akan mengekspresikan menunjukkan secara langsung karakter atau kondisi kejiwaannya saat itu. Sebagai seorang guru, aku harus mengamati secara secara seksama saat melakukan komunikasi ataupun interaksi dengan siswa dalam setiap aktivitas belajar mengajarnya. Banyak manfaat mengenal dan memahami karakter siswa. Siswa sendiri akan merasa mendapat pelayanan prima, perlakuan yang adil (tidak ada diskriminasi), merasakan proses bimbingan dan menyelesaikan masalah siswa dengan memperhatikan karakternya. Berdasarkan kondisi yang dialami siswa yang dihadapinya, maka seorang guru, aku dapat memetakan kondisi kejiwaan siswa sesuai dengan karakternya masing-masing. Selain itu aku juga dapat memberikan pelayanan maksimal serta tugas sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan siswa, sehingga aku sendiri dapat memberikan saran bagi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai minat, bakat dan kegemarannya serta berusaha menekan potensi negatif yang mungkin muncul dari karakter siswa yang tidak baik. Menurut buku yang pernah kubaca perkembangan emosi seorang siswa yang meliputi kemampuannya untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, marah, serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Sangat dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan baik keluarga atau orang lain di sekitarnya. Emosi siswa akan berkembang sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, maka mereka akan belajar menyayangi. Itulah sebabnya mengapa aku begitu menyadari bahwa emosi seorang siswa yang belajar bersamaku, juga ikut dibentuk langsung ketika mereka melihatnya pada diriku sebagai gurunya. Kematangan emosi pada diri siswa, secara tradisional sering dianggap sebagai periode “tekanan”. Suatu masa dimana emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Hal ini perlu disadari oleh guru karena siswa sesungguhnya telah berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Ketidakstabilan emosi siswa juga dapat disebabkan dampak dari usaha menyesuaikan diri pada pola perilaku baru. Misalnya masalah asmara/cinta. Pernahkah kita sebagai seorang guru mengamati perilaku siswa kita? Mencermati perkembangan pendidikan akhir-akhir ini, banyak pengaruh-pengaruh negatif muncul sebagai akibat dari kurang baiknya mutu pendidikan yang dilakukan oleh seorang guru. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, pengaruh peer-group yang kuat untuk melakukan tindak kekerasan, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, serta adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Hal-hal tersebut di atas, sesungguhnya dapat diantisipasi oleh seorang guru manakala ia mampu mengimitasi dirinya pada pribadi siswa yang selalu meniru dari apa yang dilihat dan dialaminya. Kebersamaan dengan seorang guru merupakan salah satu faktor penting bagi seorang siswa agar kelak ia mampu sukses dalam kehidupan sosial pada saat dewasanya. Mengapa? Karena di Indonesia, kebersamaan siswa dengan gurunya berlangsung rutin antara tujuh sampai delapan jam perhari. Itu merupakan waktu yang cukup bagi seorang siswa untuk belajar mencontoh berbagai kecenderungan yang akan menentukan kesuksesannya kelak. Perlu disadari juga bahwa pengaruh yang paling besar dalam pembentukan karakter seorang siswa adalah pendidikan dalam keluarganya. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, serta kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk berkompetisi, maka akan perlu waktu bagi seorang guru untuk memperbaiki karakter tidak umum yang dianggap masyarakat sebagai kegagalan karakternya. Gaya yang diperankan orang tua dalam mengembangkan karakter anak sangat penting, apakah ia cenderung otoriter, demokratis, atau permisif.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sungguh...guru sejati. Berbahagialah semua siswa ..ketika mendapatkan guru yg sangat memahami karakter mereka.. Karena sejatinya, kemampuan mengenal karakter masing- masing siswa inilah, kompetensi yg harus dimiliki oleh setiap guru.

31 Mar
Balas



search

New Post