Esti Munafifah

Esti Munafifah. Mengajar IPA di MTsN 1Kota Blitar sejak tahun 1999 hingga sekarang....

Selengkapnya
Navigasi Web
Amazing, Sholat Subuh di Seruni Poin

Amazing, Sholat Subuh di Seruni Poin

Amazing, Sholat Subuh di Seruni Poin

(Mewakili kata hati sahabat-sahabat An Nabawi)

Pukul 02.30 WIB, kami sudah berada di bagian bawah seruni point, gunung Bromo. Untuk mencapai puncak seruni harus menaiki sekitar 256 anak tangga. Sebuah tantangan besar yang harus ditaklukkan, karena sebelum sampai ditempat itu harus jalan kaki yang lumayan melelahkan.

Udara sungguh tak bersahabat. Dinginnya mencekat pori-pori, meskipun baju dobel tiga kali dan terbungkus jaket parasit. Namun, tidak sedikit orang yang sengaja memaksa diri menikmati udara tak biasa itu. Menyenangkan bagi sang maniak petualang alam. Menyebalkan bagi sang pemanja hangat kasur.

Meskipun 256 anak tangga, ternyata banyak juga yang penasaran untuk menaklukkannya. Sedangkan yang sudah menyerah, cukup di bawah tangga sambil menikmati api unggun yang dinyalakan di depan warung-warung. Menikmati kopi, teh, atau jahe panas salah satu cara untuk menghibur diri agar lupa dengan balutan udara yang serasa membekukan darah. Tak perlu menaiki 256 tangga. Toh dari tempat itu sunrise juga sudah tampak indah banget.

Yang mampu menaklukkan 256 anak tangga, plong rasanya di dada. Namun udara di tempat tinggi itu kian menggoda, mengajak bertengkar. Semua mencoba mengalahkan udara dan angin malam yang liar, dengan membentangkan sarung ke sekujur tubuh. Namun, tak juga mampu melawannya. Akhirnya, lebih baik membangun rasa bahagia di hati dengan menerima persahabatan dingin di puncak itu.

"Terimakasih ya Rabb, atas kesempatan menikmati alam yang sungguh luar biasa ini." Di sepertiga malam ini harusnya dengan mata melek, tak boleh terlewatkan salat tahajud. Tapi raga ini tak mampu bergerak. Biarlah berucap do'a dan dzikir dalam hati saja. Bukan lewat bibir karena bibir pun sudah beku. Sambil menunggu waktu subuh, memandangi alam sekitar yang masih berselimut gelap, cara ampuh untuk sedikit melawan dingin. Untuk menguatkan nyawa agar tak lepas dari raga yang hampir beku, melipat tangan rapat-rapat, mengencangkan jaket, sambil hati menyebut namaNya.

Waktu subuh datang. Seorang lelaki mengajak salat berjamaah subuh. Karena air puncak seruni yang sangat dingin, banyak yang tak kuat mengambil air wudhu. Akhirnya tayamum menjadi pilihan pengganti wudhu. Sebelumnya, lelaki itu mencontohkan bagaimana bertayamum dengan benar. Sebagian memperhatikan dengan seksama, sebagian lagi sibuk menghentikan getaran tubuh yang digoyang udara dingin.

Sarung pembalut tubuh menjadi pilihan tempat bersujud. Terbentang dihadapan. Meski pun telah diinjak kaki sarung terus berkibar seolah ingin terbang mengikuti gerak angin dingin.

Iqamah berkumandang. Makmum menata shaf sebaik-baiknya dan sekenanya. Salat jamaah subuh di puncak Seruni poin di mulai. Setelah takbiratul ihram, puncak itu tak juga sunyi. Suara kibaran sarung, gemerutuk gigi, dan getaran tulang yang menggigil, mengusik pikiran. Sungguh susah membuat salat menjadi khusuk. Pertarungan antara suasana malam yang dingin dan pikiran yang berusaha memusat pada Illahi, sungguh sengit.

Lalu berkumandang lah surat Al-Fatihah. Subhanallah suara sang imam sangatlah indah. Meskipun sambil menahan dingin suara itu tetap nyaring. Tartil yang dibawakannya seolah tak menghiraukan gangguan udara yang menurutku super dingin. Sebenarnya hatiku berteriak ingin meminta sang imam mempercepat bacaan salatnya. Namun suara hatiku tak bisa menembus hati sang imam.

Setelah para makmum mengaminkan bacaan Fatihah, kukira imam akan membacakan surat pendek, agar salat subuh yang penuh perjuangan melawan dingin segera terselesaikan. Ternyata tidak. Ini adalah salat subuh dengan bacaan surat terpanjang yang pernah kualami. Sungguh dua ruang batinku beradu argumen. Satu sisi hati mengatakan bahwa imam ini sungguh keterlaluan, tak mengerti keadaan. Tapi satu sisi hatiku lagi memintaku berucap syukur atas jamaah salat subuh yang langka ini. Mungkin sensasi salat subuh ini tak pernah akan kurasakan lagi seumur hidupku. Tiba-tiba kedua sisi batinku akur, sepakat menikmati salat subuh di puncak seruni poin dengan berusaha ikhlas dan sabar. Menyelesaikan dua rakaat yang serasa lebih dari empat rakaat.

Salat dan dingin menyatu, menyusun kekuatan agar khusuk menghadap Sang Pencipta Segala Suasana Alam. Terima kasih ya Rabb, untuk nikmat salat subuh di puncak seruni poin.

(Selamat buat teman-teman An Nabawi yang berhasil sampai puncak Seruni poin dengan sensasi salat Subuh nya?)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillaah, puncak seruni yang indah, mengimani kebesaran Sang Khaliq, sehat dan sukses selalu bu Esti

02 Jul
Balas

terima kasih bund. Salam kenal. Salam literasi

12 Sep
Balas



search

New Post