Esti Munafifah

Esti Munafifah. Mengajar IPA di MTsN 1Kota Blitar sejak tahun 1999 hingga sekarang....

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebuah Rahasia Panjang
Google.com

Sebuah Rahasia Panjang

Bagai tali cemeti dewa yang tertarik lawan muatannya, mata Zazki tertuju pada sosok seorang lelaki. Dari kejauhan Zazki mengamati lelaki itu dengan seksama. Masih sekilas saja, hati Zazki terasa mendapat tendangan. Jantungnya terpompa kencang hingga aliran darah dalam pembuluh terasa cepat berjalan. Pupil pun makin melebar, untuk meyakinkan hatinya yang bimbang. Benarkah itu ayah? Perasaan bimbang yang terus merayap menuju keyakinan, namun tetap saja tak bisa meyakinkan hatinya, karena Zaski tak punya nyali untuk langsung berhadapan. Memideo pun menjadi andalan.

Dalam video berdurasi kurang lebih 1 menit itu, ada seorang pengemis lelaki yang berumur antara empat puluh sampai lima puluh tahunan, berpakaian compang camping. Celana panjang lusuh dan kaos oblong yang sobek di banyak bagian. Wajahnya kusut dan kotor. Di satu sisi wajahnya tercoret warna hitam seperti arang. Kepalanya tertutup topi kumal untuk menghalau terik matahari kota metropolitan. Lelaki itu duduk memelas di pinggir perempatan jalan traffic light. Di depan tempat duduknya terdapat kotak kardus bertuliskan "saya orang buta, uang receh anda sangat berarti bagi kami". Seorang tuna netra dengan dandanan yang mengenaskan, menarik empati yang memandang, hingga sering mendapatkan uluran tangan dari lalu lalang lalulintas yang melintas.

Perjalan pulang yang masih kurang 24 jam terasa sangat panjang. Ingin rasanya Zaski segera menemui ibunya untuk mendapatkan kepastian jawaban atas hatinya yang bimbang.

***

"Ibu, benarkah dalam video ini ayah?" Mendengar pertanyaan Zazki anaknya, ibu itu mengamati dengan seksama, mengucek ucek matanya, lalu melotot lebar. Ada energi yang merambat, melemahkan otot telapak tangan, hingga barang yang dibawanya terjatuh. Hampir saja pisau yang berujung lancip itu mengenai jemari kaki ibunya. Zazki mengulang pertanyaan itu. Ibunya memandang ke satu arah, tubuhnya lemas, lalu perlahan badan ibunya terduduk lunglai di lantai.

"Iya Zazki, ibu hafal betul, itu ayahmu. Bagaimanapun dandanan ayahmu, ibu bisa mengenalinya." Jawab ibunya. Matanya masih memandang satu arah. Kedua kelopak mata setengah tua itu mengatup dan jatuhlah butiran air mata.

" Dari mana kamu peroleh video itu Zaz?" Tanya ibunya pelan.

"Video ini Zazki yang buat Bu, ketika Zazki tour di Jakarta. Tapi Zazki tidak yakin kalau ini ayah, makanya saya tanya ke ibu." Zazki menjelaskan dengan suara berbisik diiringi bedahnya bendungan di matanya. Ibu dan anak itu berpelukan, larut dalam keheranan yang tak beralasan.

***

Kehidupan keluarga Zaski bisa dibilang cukup. Gaji ayahnya yang dikirim tiap bulan bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, menyekolahkan Zazki dan adiknya, semua anggota keluarga itu memiliki handphone, ada dua sepeda motor keluaran tahun yang lumayan baru, dan rumah gedongan yang tergolong bagus di kampungnya.

Semua penduduk kampung mengetahui bahwa pak Wibowo ayah Zaski bekerja di Jakarta. Jika ada pertanyaan dari tetangga, Wibowo selalu mengatakan bahwa dia bekerja di sebuah perusahaan di ibukota. Karena penghasilannya yang dibilang cukup, Wibowo bisa pulang dalam satu bulan minimal satu kali.

Siapa pun tak ada yang tahu jika sebenarnya Wibowo bekerja sebagai pengemis. Seorang pengemis elit, bagaimana tidak, dalam sehari Wibowo bisa mengumpulkan uang hasil pengemisan paling sepinya dua ratus ribu rupiah. Jika ramai, penghasilan Wibowo bisa mencapai setengah juta. Penghasilan yang fantastis jika diukur dari kehidupan orang biasa, dan cukup untuk membahagiakan keluarganya yang kehidupannya tidak aneh-aneh.

***

"Ibu saya malu sekali jika ada yang tahu tentang pekerjaan ayah. Bagaimana bisa ayah tersesat menjadi seorang pengemis. Bukankah ayah orangnya alim Bu. Ayah rajin sholat, ayah baik hati, ayah seorang imam yang baik bagi keluarga kita. Apa yang menyebabkan ayah nekat menjadi pengemis? Apa kita yang terlalu menuntut Bu?Tanya Zaski yang masih terheran-heran dengan pekerjaan ayahnya yang sebenarnya. Sejenak suasana sepi. Kedua perempuan ibu anak itu masih dalam suasana ketercengangan. Pertanyaan yang dilontarkan Zaski tak segera dijawab oleh ibunya. Keduanya duduk terpaku, kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan rasa tercengangnya.

"Zaz, yang sudah terjadi adalah takdir. Kita tidak usah berpikir yang macam-macam. Anggap ini musibah dan peringatan bagi kita. Sekarang mari kita pikirkan bagaimana cara meluruskan jalan ayahmu. Cukup kita yang tahu. Azmi adikmu dan juga tetangga serta famili-famili kita tak perlu mengetahuinya. Kita harus menyusun strategi untuk bertanya pada ayah agar ayah tidak tersinggung. Agar ayah mau berkata jujur dan mau meninggalkan pekerjaannya yang tak terhormat itu." Kata ibu pada Zaski.

"Benar Bu, kita tak perlu menghakimi ayah. Ibu berpura-pura lah tidak tahu masalah ini. Biar saya yang bertanya pada ayah sambil menunjukkan video ini. Aku akan berusaha untuk menahan emosi sebisa mungkin bu." Ibu Zaski menganggukkan kepala dan masih dengan derai air mata.

***

Malam Minggu akhir bulan adalah jadwal Wibowo pulang kampung . Hari bahagia yang selalu ditunggu oleh anak istrinya. Seperti biasanya, Zaski dan ibunya bersiap-siap menyambut kedatangan Wibowo dengan memasak makanan spesial. Makan bersama keluarga sambil membuka hadiah atau sekedar oleh-oleh adalah hal yang sangat menyenangkan bagi mereka.

"Assalamualaikum."

Mendengar suara salam, Zaski dan Azmi bergegas ke depan. Senyum sumringah sang ayah adalah pengobat rindu yang sekian lama terpendam. Meski ada kegalauan, Zaski dan ibunya berusaha menyambut Wibowo dengan senyum gembira sebagaimana biasa. Namun, Wibowo bisa merasakan ada senyum Zazki dan istrinya yang berbeda. Hambar, namun hanya sekilas. Wibowo membuang jauh perasaannya. Dia tetap menebar senyum tampan nan sumringah. Sorot mata Wibowo bertabrakan dengan sorot mata istrinya. Ada yang tertulis di benaknya. Sebuah tanda tanya.

Semua anggota keluarga itu secepatnya menetralisir suasana. Mereka membentuk formasi seperti adatnya. Ibu Zazki segera menata meja makan. Sementara Zazki dan Azmi sibuk membuka hadiah dan menyajikan oleh-oleh. Sekeluarga larut dalam kebahagian. Makan malam pun telah usai berganti dengan senda gurau dan bincang-bincang ringan.

"Yah, Zaski ingin beli sepatu baru untuk acara perpisahan di toko Al Amin milik orang tua nya Ais."

"Siap!" Ayahnya menyambut dengan ringan dan riang. " Mengapa kamu tidak beli online saja, lebih banyak pilihan kan?"

"Tidak Yah, bukankah ayah mengajari kami untuk rajin beli di tetangga, lagian Zaski ingin beli dan bisa langsung dicoba."

"Baiklah."

"Besok aku ingin ayah yang ngantar."

"Tumben, biasanya kamu selalu minta ibu yang ngantar."

"Ibu menemani adik Azmi latihan rebana yah."

"Baiklah, siap tuan putri," jawab ayah dengan lagak sayangnya.

***

Zazki berboncengan sepeda motor dengan ayah nya menuju toko Al Amin.

"Yah, aku ingin makan bakso. Ayo Yah kita ke warung bakso La Tanza dulu." Tanpa banyak alasan ayah Zazki memberhentikan sepeda motornya di depan warung yang ditunjuk Zazki. Zazki segera memilih tempat yang sekiranya nyaman dan jauh dari pembeli bakso yang lainnya. Sambil menunggu bakso disajikan, Zazki mengajak ayahnya mengobrol ringan tentang keadaan dan pekerjaan ayahnya di Jakarta. Wibowo menjawab semua pertanyaan Zaski dengan tenang dan penuh semangat. Wibowo juga mengatakan bahwa kehidupan di ibukota sangatlah keras yang menuntut orang harus benar-benar kuat menghadapinya.

"Benar Yah, Zaski juga melihat kehidupan yang keras di jakarta. Dua Minggu yang lalu sekolah Zaski mengadakan tour ke perguruan tinggi negeri di Jakarta. Di UI, UNJ, UIN dan juga mampir di TMII serta Ancol. Oh, ya Yah, Zaski punya video ini." Zazki mengatakan kalimat terakhir sambil tangannya menggeser-geser android nya, membuka video. Ayahnya pun menyambutnya dengan sedikit menggeser duduknya mendekati Zaski, lalu dengan cermat mengamati handphone Zaski.

Sementara itu Zaski lebih fokus mengamati wajah ayahnya. Benar sekali, tiba-tiba wajah ayahnya berubah. Video telah selesai diputar. Wibowo mematung. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya yang biasanya keluar kalimat-kalimat bersahaja.

"Benarkah yang di dalam video itu Ayah? Wibowo terdiam. Lubang hidungnya melebar, kedua bibirnya mengatup, lalu mengambil nafas panjang.

"Zazki, sayang maafkan ayah ya Nak? Kamu pasti malu mempunyai ayah seorang pengemis." Kalimat itu diucapkan Wibowo setengah berbisik sambil merangkul pundak Zazki. Raut wajah Wibowo yang berwarna coklat tua menjadi makin gelap. Namun beberapa detik kemudian perlahan-lahan normal kembali. Wibowo menarik nafasnya kembali. Kali ini tarikan nafasnya semakin dalam, diiringi jatuhnya butiran air dari mata lelakinya yang berwibawa. Rasa iba yang bercampur aduk dengan kecewa bergelut dihatinya. Zazki berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi dan letupan gejolak di jiwanya.

"Bukankah ayah sering mengatakan bahwa seorang muslim haruslah selalu menjaga kehormatannya. Apakah mengemis...?" Belum selesai Zazki bicara, Wibowo memberikan isyarat agar tidak melanjutkan perkataannya.

"Zazki, ayah sangat mengerti perasaan dan keinginanmu. Ayah janji, Ayah akan berhenti mengemis. Ayah janji akan meninggalkan pekerjaannya itu."

Zazki memeluk ayahnya, sambil mengucapkan terima kasih.

***

Lima tahun telah berlalu. Wibowo Membuka warung makan kecil-kecilan. Tepatnya warung Sop Ayam Kampung. Semula memang sepi, tapi berkat kesabaran dan doa yang tak pernah putus, kini warungnya mulai banyak pelanggannya.

Tak pernah sedikitpun Zazki dan ibunya mengusik tentang pekerjaan Wibowo di Jakarta. Itu menjadi rahasia sepanjang masa berdua, demi menjaga harga diri dan rasa hormat pada pemimpin keluarganya. Rahasia untuk menjaga keutuhan cinta pada keluarga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang menarik

26 Nov
Balas



search

New Post