Esti Setyorini

Alhamdulillah, selama dua hari saya mengikuti sagusabu MKKS SMP Kabupaten SMP Batang. Banyak pengalaman saya peroleh, mulai jenis tulisan, cara cek plagiasi, ca...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sebuah Tanda Tanya

#Hari kelima

Aku tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa aku harus berada di komunitas itu. Memang beberapa hari sebelumnya setelah mendapat undangan dari Disdikbud kabupaten aku pernah berdiskusi dengan suami tentang kemungkinan-kemungkinan itu. Kesimpulan sementara dari diskusi tersebut menghasilkan dugaan bahwa aku tidak mungkin ditempatkan di komunitas tersebut dengan beberapa pertimbangan yang rasional.

Saat penerimaan keputusan pun tiba. Aku telah hadir di pendopo bersama undangan lainnya lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Acara belum dimulai. Begitu masuk aku disambut dengan suara riuh rendah. Seperti biasa jika manajer bertemu, suasana berubah menjadi hingar bingar, penuh canda tawa. Kesempatan seperti itu bagi orang yang sudah berumur sepertiku ibarat kesempatan emas. Kesempatan langka ini biasanya digunakan oleh teman-teman untuk saling melepas kangen dan saling berbagi kisah setelah beberapa bulan bahkan beberapa tahun tidak berkumpul seperti saat itu. Situasi yang terekam mirip reuni siswa setelah beberapa lama tidak bertemu. Diawali dengan saling sapa, cipika-cipiki bagi ibu-ibu dan saling berjabat tangan untuk bapak-bapak, kemudian mencari tempat duduk yang masih kosong. Kusapu pandangan ke sekeliling ruangan, sambil memperhatikan tingkah laku mereka. Tampak di setiap sudut, mereka membangun kelompok kecil sendiri-sendiri. Kelompok-kelompok tersebut merupakan komunitas yang dibuat berdasarkan kesamaan jenjang, wilayah kerja, awal pengangkatan dsb. berbicara dengan topik yang berbeda-beda. Di sela-sela pembicaraan ditingkahi dengan canda tawa yang lepas.

Dari sisi Timur sebelah selatan, terdengar suara pembawa acara mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai.Seluruh peserta diminta men-silent kan HP. Suasana yang semula bergemuruh, secara berangsur-angsur terdengar lirih kemudian berhenti dan akhirnya senyap. Upacara pembukaan diawali dengan ucapan salam oleh pembawa acara disusul dengan ucapan Basmallah oleh semua hadirin. Acara berikutnya adalah sambutan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan disusul dengan pembacaan SK. Semua undangan mendengarkan dengan khidmat. Suasana kembali sunyi. Tidak terdengar lagi suara orang berbisik, berbincang apalagi berbicara dengan nada tinggi. Aku juga melakukan hal yang sama. Kupasang telinga baik-baik khawatir tidak mendengar petugas yang sedang membacakan keputusan.

Kutunggu keputusan untukku dengan harap-harap cemas. Menurutku pembacaan SK membutuhkan waktu yang lama.Setelah jenjang TK dan SD selesai tibalah giliran untuk jenjang SMP. Tibalah pembacaan keputusan atasku. Ternyata dugaanku selama ini meleset 180 derajat. Perkiraan-perkiraan yang telah dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional yang sebelumnya kami anggap tidak mungkin ternyata benar-benar terjadi. Begitulah kehendak Allah, kita sebagai manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sekaligus tidak bisa mengubah takdir. Ya,aku harus menerima ketentuan atasku, aku tidak bisa mengelak.

Tiga hari berikutnya aku harus melaksanakan serah terima jabatan. Acara serah terima akan dilaksanakan di aula gedung PGRI. Sebelum serah terima dilaksanakan masing-masing peserta diminta membuat memori serah terima. Acara serah terima ini kulakukan dua kali. Pertama aku sebagai pejabat lama harus menyerahkan tugas kepada pejabat baru, Pak Rumianto demikian aku biasa memanggilnya. Berkas memori serah terima segera kuTugas itu dapat kulalui dengan lancar. Selanjutnya aku sebagai pejabat baru menerima penyerahan dari pejabat lama, Pak Rumianto juga. Kebetulan Pak Rumianto di tempatku yang lama mendapat tugas sebagai Plt. Jadi beliau harus menerima penyerahan tugas dariku. Kalau kupikir-pikir serah terima antara aku dengan Pak Rumianto semacam tukar tempat saja. Serah terima tahap kedua juga berjalan lancar. Begitu berita acara diserahkan kepadaku, kusempatkan membuka isinya sekilas. Mataku tertuju langsung pada laporan keuangan. Laporan itu tidak tertulis secara rinci. Hanya ada pendapatan dan pengeluaran global saja. Aku merasa ada yang aneh dalam laporan tersebut. Feelingku mengatakan ada sesuatu yang tidak beres didalamnya. Aku hanya diam, dalam hati aku ingin mencari bukti bahwa feelingku tidak salah.

Tiga hari berikutnya kami sudah harus melaksanakan pisah sambut karena hari Senin aku sudah harus mulai melaksanakan tugas di tempat yang baru. Untuk mempersiapkan acara ini aku hanya membentuk panitia kecil dan sedikit mengarahkan tentang acara dan anggaran yang diperlukan. Tidak ada pesta-pesta atau pamer kemewahan. Pisah sambut dilaksanakan dua kali. Pertama di tempat yang lama. Di sini posisiku sebagai pejabat lama, penggantinya adalah Pak Rumianto. Seperti halnya serah terima acara pisah sambutpun dikemas dengan singkat dan sederhana. Bukan apa-apa, karena dalam satu hari ada empat acara yang harus kami selesaikan. Pertama pisah sambut di sekolahku yang lama. Kedua pisah sambut di sekolah baru, dilanjutkan mengantar dua orang teman dari sekolah baru yang juga mendapat promosi di sekolah yang berbeda dan lokasinya berjauhan. Sebagaimana tradisi kami di sekolah jika ada acara pisah sambut rakan-rekan sekantor akan mendampingi atau mengantarkan kepala sekolah lama di tempat yang baru. Pisah sambut di sekolahku yang lama berlangsung singkat.

Pisah sambut di sekolah lama dilaksanakan dalam dua sesi. Pertama dilakukan dengan seluruh siswa. Pisah sambut dengan siswa berlangsung dalam suasana sederhana. Siswa berbaris di lapangan kemudian setelah siap kami berdua menyampaikan sambutan dan kesan pesan secara bergantian setelah itu diakhiri dengan jabat tangan. Pisah sambut dengn guru dan staf diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara,kemudian disusul sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh wakil dewan guru yang penyampaian pesan dan kesan dilanjutkan sambutan ketua komite. Selanjutnya sambutan pejabat lama dan disusul sambutan pejabat baru. Setelah itu pemberian tali asih dan diakhiri doa penutup. Pada momen pemberian tali asih, rupa-rupanya memang teman-teman ingin memberikan kejutan kepadaku. Mereka melakukan itu karena sudah menganggap aku sebagai orang tuanya. Kukatakan sebagai kejutan karena memang acara itu di luar rencana yang sudah kami sepakati sebelumnya. Entah apa yang dilakukan teman-teman tidak sesuai dengan skenario sejak awal. Tali asih yang akan diserahkanpun sengaja tidak ditunjukkan atau barangkali disimpan dulu untuk memberi kejutan. Tidak tanggung-tanggung- ternyata tali asih yang diberikan benar-benar sesuai dengan selera dan kebutuhanku. Padahal aku tidak pernah melontarkan sepatah kata pun tentang keinginanku. Namun rupa-rupanya teman-teman sekantor sering melihat atau barangkali mengamati perilaku yang kutunjukkan. Tidak ada yang istimewa dalam acara pisah sambut di sekolah lama. Selain sekolah tidak mengundang tamu pejabat dari luar juga karena keterbatasan waktu yang tersedia.

Pisah sambut sesi kedua berlangsung setelah itu. Segera setelah pisah sambut di tempat yang lama berakhir, aku mengajak teman-teman untuk mengantarkan melaksanakan pisah sambut di tempat baru. Kehadiranku di komunitas baru mendapat sambutan hangat para penghuninya. Kehangatan itu aku rasakan sejak masuk pintu gerbang sampai tempat transit yang telah disiapkan. Di pintu gerbang mereka menampakkan wajah-wajah berbinar ceria. Tidak hanya guru dan staf, anak-anak pun menampakkan kesan yang tiada berbeda.

Di tempat transit suasananya juga tidak kalah ceria. Beberapa personil yang telah dipersiapkan untuk melaksanakan penyambutan atas kehadiranku bersama pengikut-pengikutku terlihat ramah-ramah. Sebagian besar anggota komunitas ini memang sudah kukenal sejak lama, sehingga kehadiranku di sini sudah sangat familier bagi mereka. Tidak ada tatapan curiga, yang ada hanyalah pancaran keceriaan wajah-wajah mereka.

Acara pertama adalah pisah sambut pejabat lama dan pejabat baru dengan siswa. Pisah sambut dengan siswa dilaksanakan secara sederhana dalam bentuk apel. Setelah semua siswa siap, apel segera dimulai. Apel diawali dengan sambutan Pak Rumianto selaku pejabat lama. Beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh siswa dan permohnan maaf apabila selama bekerja banyak kesalahan dan kekurangan yang dilakukan. Di samping itu juga menyampaikan pesan-pesan pendidikan yang harus tetap dipenuhi siswa setelah beliau tidak menjabat lagi di sekolah ini.

Setelah sambutan selesai, perwakilan siswa diminta untuk menyampaikan sambutan. Perwakilan siswa yang memberi sambutan ternyata adalah Ketua OSIS. Tidak ada yang istimewa dalam sambutan ketua OSIS. Dia menyampaikan ucapan terima kasih dan harapan agar di tempat yang baru Pak Rumianto menuai sukses. Sedangkan sambutan untukku berisi ucapan selamat datang dan harapannya mewakili siswa yang lain untuk dapat mengubah wajah sekolah ini agar semakin cantik. Saat mengungkapkan harapan-harapannya itu kutatap wajahnya berbinar penuh harap.”Deg…saat itu jantungku berdetak keras”. Aku berusaha mengurai pernyataan-pernyataan yang disampaikan Sang Ketua OSIS tadi. Apa maksud perkataannya? Tetapi sampai dia kembali ke tempat semula aku belum mendapatkan jawabannya.

Giliran berikutnya adalah penyerahan cendera mata dari siswa. Dari hadapanku berdiri, tampak sepasang anak muda menuju ke arah kami. Benar saja, sepasang anak muda itu memang berjalan ke arah kami sambil masing-masing membawa buket yang indah. Mula-mula yang putra menuju ke arah Pak Rumianto. Dia menyerahkan buket sambil menyampaikan ucapan terima kasih karena telah dibimbing dengan baik, permohonan maaf apabila selama ini mereka banyak menyusahkan serta tak lupa menyampaikan harapan agar menuai kesuksesan di tempat yang baru. Setelah itu langkahnya surut, giliran siswa putri menyampaikan buket itu kepadaku. Momen seperti ini belum pernah kualami selama 3 kali aku harus meninggalkan anak-anak yang menjadi harapan bangsa. Barangkali di tempat tugas yang lama aku memang tidak bisa bersifat romantis dan tidak pernah meluapkan euphoria kegembiraan secara berlebihan Aku tidak pernah tahu. Itu memang sifatku sejak dulu, sangat kaku. Tetapi kali ini aku harus menghadapi kenyataan itu. Suatu penyambutan yang berlebihan menurutku. Benar-benar kejutan untukku. Tambah terkejut lagi ketika pembawa buket itu sambil menunjukkan wajah polos berkata dengan nada setengah berbisik dan hati-hati, khawatir terdengar orang lain “ Kami sangat menaruh harapan yang besar kepada Ibu.” Ucapannya jelas ditujukan kepadaku, penuh harap. Hampir Syok aku mendengar ucapannya. Singkat, tetapi penuh makna. Berani-beraninya dia berbicara itu dihadapanku padahal di sebelahku berdiri Pak Rumianto.

Waktu begitu cepat berlalu. Kegiatanku selanjutnya adalah pisah sambut dengan seluruh warga sekolah yang baru. Rangkaian acaranya hampir sama karena Pak Rumianto juga akan ikut mengantarkan 2 rekan dalam satu sekolah yang juga mendapatkan promosi baru. Seperti halnya di tempatku yang lama, acara diawali dengan pembukaan. Setelah pembukaan selesai dilanjutkan dengan sambutan pejabat lama, disusul sambutan pejabat baru dan diakhiri dengan ramah-tamah. Tidak ada acara seremonial yang istimewa karena keterbatasan waktu.

Sesaat setelah pisah sambut selesai aku diajak Pak Rumi yang didampingi oleh salah satu rekan pria yang mendapat promosi baru di sekolah lain, yakni Pak Yuli memasuki ruang kepala sekolah. Di ruangan ini Pak Rumi menyampaikan penyerahan kewenangan tentang pengelolaan sekolah kepadaku secara singkat. Termasuk pengelolaan keuangan. Khusus untuk pengelolaan keuangan beliau menyampaikan tentang penunjukan bendahara. Pak Rumi mengatakan “Penunjukan bendahara menjadi kewenangan penjenengan sepenuhnya. Tetapi kalau saya boleh menyarankan, “Jika bendahara utama akan diganti silakan bisa diganti, sedangkan bendahara pembantu tolong dipertahankan, karena ditangannyalah pengelolaan keuangan di sekolah selama ini lancar dan selalu beres.” Menurut penilaian saya, “Selama ini, bendahara utama tidak bisa apa-apa. Dia tidak mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Berbeda dengan bendahara pembantu yang cekatan melaksanakan tugas dan ahli dalam mengelola keuangan” Aku kaget mendengar pernyataan Pak Rumi dan kurasakan ada yang aneh. Dalam pernyataannya yang awal dia bilang semua pengelolaan diserahkan kepadaku selaku pejabat baru, tetapi dalam pengelolaan keuangan dia menyatakan seperti itu. Sungguh suatu pernyataan yang sangat bertolak belakang. Aku merasa sangat heran. “Apa maksud pernyataan Pak Rumi tadi?” Mengapa Pak Rumi mengatakan seperti itu kepadaku?”

Sampai dengan Pak Rumi meninggalkan sekolah, aku belum dapat menemukan jawabannya. Di benakku masih muncul tanda tanya besar. Ada apa? Apa yang terjadi di sekolah ini? Apa hubungan antara pernyataan Pak Rumi dengan harapan yang disampaikan dua siswa sebelumnya? Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalaku, bahkan menjadi tanda tanya besar. tetapi sampai sejauh ini aku tidak pernah bisa menemukan jawabannya.

.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post