#Tantangan hari keduabelas

Sampai waktu sholat maghrib tiba, anak bungsuku belum juga pulang ke rumah. Biasanya setiap sore dia sudah di rumah bersiap-siap menunaikan sholat maghrib. Kutelepon dia untuk mengetahui keberadaannya. Telepon langsung diangkat, ternyata dia sedang membantu tetangga yang sedang terkena musibah.

Sejurus kemudian dia sudah tiba di rumah. Setelah menunaikan sholat maghrib, dia bertanya mengapa aku tidak takziyah. Kujawab bahwa aku belum menerima informasi siapa yang meninggal dan rumahnya di sebelah mana. Dia memberi penjelasan bahwa yang meninggal adalah tetangga lain RT si swbelah selatan rumah kami. Berbekal informasi itu aku memberikan jawaban untuk melaksanakan takziyah keesokan harinya saja mengingat jenazah akan dimakamkan pagi harinya.

Pagi-pagi sebelum berangkat ke sekolah, aku meluangkan waktu bertakziyah dulu. Ternyata banyak tetangga yang akan bertakziyah bersamaku. Sampai di sana tidak banyak orang yang hadir. Hanya beberapa tetangga yang saya kenal. Selebihnya kerabat dekat almarhumah. Sebuah pemandangan yang tidak lazim.Biasanya jika ada yang meninggal, tetangga dan sanak famili yang hadir sangat banyak. Tetapi kali ini tidak. Di luar rumah duka kulihat juga disiapkan tempat cuci tangan. Demikian pula di salam rumah disediakan beberapa botol hand sanitizer.

Menurut rencana, jenazah akan dimakamkan pukul 09.30. Sambil menunggu kami mendengarkan cerita tldari tuan rumah.

Tuan rumah (shohibul musibah) menyampaikan bahwa semula jenazah akan dibawa ke kampung halamannya di Yogya, Tetapi tetangga di sana menolak,karena khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Maklum sedang merebak wabah Covid 19. Akhirnya pihak keluarga sepakat untuk memakamkan jenazah di wilayah Boja saja agar tidak merepotkan. Setelah beberapa saat kami pamit pulang dengan tidak lupa mengucapkan turut berbela sungkawa terhadap keluarga.