Saat ini, perasaanku sedikit terganggu.Apa yang kulakukan selalu membuatku ragu-ragu. Apalagi kalau berhubungan dengan teman-teman sekantor, rasanya malas kupikirkan. Entah sampai kapan perasaan galauku hilang. Yach beginilah nasib orang yang sensitif.Belum melakukan saja bahan pertimbangannya sudah menumpuk, segala pertanyaan yang muncul, kujawab sendiri dengan singkat.

Kenapa dia berubah,padahal aku sudah berusaha menjadi teman terbaiknya.Sorot matanya tidak seramah dahulu,sikapnyapun acuh tak acuh.Sakit hati ini rasanya.Biasanya jam istirahat kantor kami slalu ngobrol walaupun obrolannya sekedar basa-basi tapi membuat kami tertawa.

Apa mungkin gara-gara beda pendapat dia berubah?. Yach itulah manusia. Mereka hanya memandang sedikit kebaikan kita. Selainnya hanya keburukan yang ada.Aku selalu ingin menjadi teman yang baik, tapi apa mau dikata, kebaikannku tidak terlihat olehnya saat ini.

Kubantu dia saat susah, kubimbing dia saat banyak masalah, kurengkuh dia saat keputus asaannya muncul.Tidak bisa kuhitung segala pengorbananku untuknya. Dia sahabat terbaiku, sekarang dia menganggapku musuh. Pingin rasanya aku nangis.Ke kantor jadi terasa hampa. Apalagi bertatap muka, sudah tidak ada keceriaan lagi.

Hubungan yang tidak harmonis dengan sahabatku ini hampir satu bulan kulalui. Hingga suatu ketika dia tidak masuk kerja.Aku mulai penasaran kenapa dia tidak masuk. Kutanya teman jawabanya hanya singkat " Tidak tahu!".Jawaban yang tidak mengenakan untuk saat ini. Padahal aku benar-benar penasaran.

Hingga satu minggu berlalu, kumantapkan kaki untuk kerumahnya. Biarlah dia menolak kedatanganku asal aku tau keadannya.Ketika kudatang ,pintu rumahnya tertutup rapat.Gorden jendela rumahnyapun ikut tertutup. Untung saja ada tetangganya yang lewat.

" Mbak cari siapa?"Katanya ldengan penuh sopan

" Kok rumah Ajeng sepi bu.Pada kemana mereka?Jawabku. Ibu yang kutanya langsung menjawab dengan tatapan yang sedikit sedih.

"Loh, Mbak Ajeng kan sudah satu minggu masuk rumah sakit. Sepertinya sakit parah mbak.

Betapa kagetnya aku, ketika aku melihat Ajeng terbaring lemah di ruang ICU. Ibunya menangis ketika melihatku datang. Dan kutanya apa penyakitnya.Tak kuasa beliau menjawab ,hanya isak tangisnya yang terdengar sangat keras.

Ya Allah ternyata sahabat terbaiku terkena penyakit leukimia, kangker darah yang sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Selama ini, dia menyimpan rasa sakit. Akku tidak tahu perubahan sikapnya kepadaku hanya untuk membuatku marah, karena dia tahu bahwa umurnya tidak akan lama lagi.Agar yang di tinggalkannya tidak menangis sedih.Aku begitu bodoh, kenapa tidak respon dengan kesehatannya. Yang kutahu dia sering mimisan, bahkan kulitnya sangat pucat.Pikirku dia baik-baik saja. Tapi ....

Disaat terakhirnya aku telah meragukan hatinya. Selamat Jalan sahabat terbaiku Ajeng Kartikasari. Semoga engkau tenang disisiNya.Allah SWT sangat menyayangimu, niscaya engkau diberikan tempat yang terindah.