Cerita Si Inovator

Oleh: Estu Puji Handayani (#tantangan hari ke-28)

Pagi sebelum berangkat ke tempat dinas, ada telepon dari nomor yang sering menghubungi dalam 3 bulan terakhir ini.

"Bu Puhan, saya buka link inovasi yang masuk, kok inovasi bu Puhan tidak ada", suara bu yulia terengah-engah memberi informasi yang membuat saya kaget.

"Iya bu, nanti saya cek", jawab Puhan singkat dengan nada pasrah.

Benar adanya informasi dari bagian organisasi pemda, sesampai di kantor, puhan langsung membuka link lomba inovasi tersebut

"Ya Allah...hanya ada 2 judul yang masuk, harusnya 3 dengan milik saya, kenapa ya, adakah kesalahan pada saat upload file semalam", batin Puhan berkecamuk.

"Mbak Reta, minta tolong bantu saya ngisi link ini, semoga masih rezeki kita, sebenarnya deadline mengirim file pukul 00.00 WIB tadi malam", penjelasan Puhan pada rekan kerjanya itu.

Pengisian selesai, lengkap dan sudah dicek, siap tekan tombol simpan dan kirim. Sepertinya sudah tidak ada kesalahan, tetapi terulang kembali, setelah klik kirim, dilihat daftar pengirim inovasi, yang terpampang tetap dua judul milik dinas lain.

"Waduh, kenapa ini mbak, apa sistem sudah ditutup karena memang sudah melewati deadline, atau masih ada kesalahan proses pada saat kita ngisi, ayo sekali lagi kita coba, jika tidak berhasil, ya sudahlah, tidak apa-apa", Puhan terlihat gundah dan berkeringat mengamati laptop yang ada persis dihadapan mbak Reta

"Iya bu, kita coba sekali lagi, semoga berhasil", mbak Reta menimpali sambil memulai memasukkan tulisan-tulisan sesuai pertanyaan. Dan Alhamdulillah upload pukul 08.00 WIB lancar dan tersimpanlah judul inovasi Puhan.

"Semoga Allah ridho, Aamiin", ucapan Puhan terlihat lega.

Sebulan berikutnya Alhamdulillah mendapat informasi dari pemda kalau inovasi yang ditulis Puhan lolos masuk TOP 45 Kovablik (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik) tingkat provinsi tahun 2019.

Dilanjutkan ada pemberitahuan TOP 45 presentasi ke Surabaya untuk menentukan TOP 25. Mulailah Puhan menyiapkan berkas-berkas yang harus dibawa, membuat ppt, juga pembekalan dan latihan presentasi di pemerintah daerah serta dinas yang menaungi kantornya.

Pukul 04.00 WIB rombongan dalam satu mobil, ada dari pemda, dikbud, dan kantor Puhan diwakili 3 orang. Perjalanan lancar hingga berhenti untuk sarapan di warung bu Sinto di daerah Pantura. 

Kami duduk satu meja kecuali driver, menu terpampang di tembok warung.

"Bapak/Ibu pesan apa?", tanya bu Minur pada kami, karena beliau yang memegang bolpoin dan kertas untuk menulis pilihan makanan

Nasi pecel plus ceplok telur, pecel lauk tempe, nasi rawon, dan nasi pecel rawon, itu menu yang dicatat oleh bu Minur

 Mereka menikmati suguhan sesuai pesanan, tapi tidak dengan Puhan, nasi pecel rawon, tetapi di mangkok rawon diaduk-aduk tidak ada dagingnya, hanya kuah saja.

"Pecel rawon kalau di Banyuwangi, nasi pecel disiram rawon yang ada dagingnya", kata Puhan sambil senyum-senyum memegang sendok mengaduk mangkok rawon

"Ke kasir bu Puhan, klarifikasi memang beginikah menunya, kalau keliru minta ganti", bu Mika memberi ide untuk Puhan

"Tidak usah bu Mika, biar saja kunikmati nasi pecel plus kuah rawon saja", jawaban Puhan sambil menuangkan kuah ke piringnya berisi nasi pecel, dan diiringi gelak tawa  rombongan

"Semoga, tanda baik untuk kita bu Puhan", ungkap bu Mika yang memdapat tugas presentasi inovasi.

Hampir selesai sarapan, ternyata baru ketemu tentang pecel rawon, mangkok yang diletakkan oleh pelayan warung untuk Puhan tertukar dengan milik pak driver yang tidak duduk semeja.

Bondowoso, 28 Juli 2020

#bersambung