Eti Herawati

Eti Herawati lahir di Indramayu 28 Juni 1972. Kepala SMP Negeri Satu Atap 2 Krangkeng Indramayu. Motto hidup: dihargai atau tidak teruslah berbuat baik...

Selengkapnya
Navigasi Web
Miskonsepsi Belajar

Miskonsepsi Belajar

TantanganGurusiana hari ke-101

Miskonsepsi Belajar

Apa itu belajar? Bila pertanyaan itu dilontarkan, pasti mendapatkan banyak variasi jawaban. Sebagian akan menjawab belajar sebagai perilaku membaca buku pelajaran, mengerjakan soal, berdiskusi atau bahkan ada juga yang menjawab belajar sebagai berangkat sekolah. Bila tidak sekolah, maka anak tidak belajar.

Belajar hanya untuk ujian. Bila tidak ada ujian maka tidak belajar. Di sekolah ujian dibuat jadwal berkala yang mengukuhkan ujian sebagai ritual penting. Lahir kebiasaan SKS (Sistem Kebut Semalam), upaya habis-habisan menguasai pelajaran pada malam menjelang hari ujian. Ujian selesai belajarpun usai. Pelajaran tak diingat lagi. Padahal dalam kehidupan tidak ada jadwal ujian. Ujian kehidupan bisa datang sewaktu-waktu, tidak menunggu jadwal ujian tiba

Kendali belajar berada pada pengajar. Pengajar mempunyai wewenang sepenuhnya dalam menentukan strategi, aktivitas dan asesmen belajarnya . Pengajar menjadi subjek dan pelajar menjadi objek. Belajar menjadi milik pengajar. Karena tidak dilibatkan, murid tidak mempunyai rasa memiliki terhadap proses belajar. Ketika sasaran belajar tidak tercapai, seringkali pengajar yang lebih cemas dibandingkan pelajarnya. Padahal belajar harusnya milik pelajar, sehingga sudah sepatutnya pengajar melibatkan pelajar dalam mengatur proses belajar.

Pelajar mempunyai kebutuhan dan minat belajar yang sama. Pengajar bukan mengajar murid tapi mengajar materi pelajaran. Karena itu pengajar tidak perlu mengenal apalagi memahami kebutuhan dan minat belajar pelajarnya. Pengajar menggunakan satu resep untuk kelas manapun, siapapun pelajarnya. Resep yang disebut sebagai pengajaran langsung, proses belajar yang berpusat pada pengajar. Padahal kenyataannya murid butuh mengalami diferensiasi pengalaman belajar sesuai minat, cara belajar dan ketersediaan sumber belajar di sekitarnya.

Belajar itu menghafal dan menggunakan rumus. Orientasi belajar untuk ujian mendorong pengajar mengajar dengan cara yang memastikan pelajar bisa mengerjakan ujian dengan benar dan cepat. Cara belajar tersebut adalah menghafal dan menggunakan rumus, Selama lebih dari 12 tahun, pelajar belajar dengan cara tersebut. Tidak heran bila pelajar mempunyai keterampilan yang khas, terampil mengerjakan ujian. Padahal banyak tantangan kehidupan, tidak seragam sebagaimana ujian standar. Pelajar butuh menalar sebelum memahami dan mengatasi tantangan kehidupan.

Penilaian belajar sepenuhnya wewenang pengajar. Karena tujuan dan cara belajar ditentukan oleh pengajar maka sewajarnya penilaian belajar ditentukan juga oleh pengajar. Pengajar yang tahu benar dan salah. Pengajar yang layak menentukan nilai dari jawaban murid. Seringkali kriteria dan cara penilaian hanya diketahui oleh pengajar. Pelajar diharapkan menerima begitu saja hasil penilaian meski tidak paham maknanya. Pelajar tidak tahu perbedaan antara mendapat skor 8 dengan skor 9. Pelajar tidak mendapat infromasi apa konsep yang perlu diperkuat atau cara belajar yang harus diperbaiki. Padahal pelajar pun perlu belajar melakukan penilaian. Dalam kehidupan pelajar dituntut bisa membedakan benar dan salah atau baik dan buruk.

Merdeka Belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh pelajar. Pelajar yang menentukan tujuan, cara dan penilaian belajarnya. Dari sudut pandang pengajar, merdeka belajar berarti belajar yang melibatkan murid dalam penentuan tujuan, memberikan pilihan cara dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar

Belajar bukan ujian, tapi untuk mencapai tujuan belajar yang bermakna

Belajar bukan dikendalikan pengajar, tapi disepakati bersama antara pengajar dan pelajar

Belajar bukan dengan cara yang seragam, tapi diferensiasi cara belajar

Belajar bukan hanya menghafal rumus, tapi dinilai bersama untuk mebangun kesadaran

Belajar bukan dinilai oleh besarnya angka, tapi oleh karya yang bermakna

Disarikan dari materi kegiatan Wardah Inspiring Teacher

Indramayu, 27 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

kalau di Sekolah mah, ada juga Miss Ety yg ngajar bahasa Inggris, atau Miss Delliya, dan Miss -Miss yang lain. Tapi, keren bu Tulisanya, mencerahkan. Salam

27 Jul
Balas

Terima kasih Pak Sis, saya miss Ety ngajar matematika he..he

28 Jul



search

New Post