Untuk ukuran rumah, tempat tinggal kami tidak tergolong kecil, layak, namun jauh dari kata mewah. Maklum saja rumah ini peninggalan orangtua dan belum pernah direnovasi, jadi sudah barang pasti banyak kerusakan sana-sini. Itulah mengapa, dulu saya bela-belain menjual motor bebek yang di belikan almarhum bapak, kemudian kredit motor dengan uang muka sangat rendah. Uang tersebut kupergunakan untuk memperbaiki lantai ruang tamu, menggantinya dengan keramik sortiran agar tidak terlalu mahal.

Selain ruang tamu, aku juga memperbaiki kamar tidurku dengan memasang keramik juga pintu dengan dana yang minim. Ya, setidaknya ada dua ruangan yang lebih nyaman untuk dihuni dibanding ruangan lainnya. Aku bersyukur karena kondisi ini sidah jauh lebih baik dibanding masa kecilku dulu.

Setelah menikah dan memiliki anak, muncul keinginan luar biasa untuk dpaat memberikan hunian terbaik untuk anak. Ketika hujan angin tiba, nyaris tidak ada ruangan yang tidak bocor. Aku mengajak putriku membaca buku di sudut kasur yang gentingnya tidak bocor. Dia amat senang, memilih beberapa buku untuk dibacakan. Menyadari air menggenang di lantai kamar, aku segera mengambil alat pel, khawatir si kecil terpeleset. Sruut..plak!! Rupanya Si kecil mengejarku untuk meminta dibacakan buku lagi. Hatiku turut menangis melihat dia menangis karena terpeleset. "Bunda janji akan memberikan hunian uang lebih baik lagi ya Nak.."