Tak Ada Puisi Untukmu
Aku terbiasa akrab bergelut dengan aksara
Ketika bibir urung terbuka
Kupilih bersuara melalui kertas dan pena
Bukan untuk mendewakan rasa,
Tadi demikianlah aku bersuara
Kau datang dengan sangat tergesa
Seperti sekejap mata
Bahkan aku tak mampu melogika
Ketakutan dan keraguan kuabaikan saja
Waktu demikian cepatnya
Tak ada pujian yang berubah menjadi umpatan
Tak akan
Tiada kuizinkan aksaraku melukiskan
Kesalahan telah menjadi takdir Tuhan
Atau.. ah sudahlah,
Kuputuskan berkawan dengan keikhlasan
Dan memperjuangkan harapan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen puisinya, Bunda. Salam literasi
Pejuang aksara itu ibarat menari di atas kertas. Merangkai diksi untuk menyampaikan pesan. Keindahan sangat nyata. Rasa bahasa hati akan rangkaian huruf nan indah. Salam kenal dan salam literasi. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah buat bunda Etik
Puisi yang indah dan penuh makna. Semoga sehat selalu dan selamat berkarya.