SENYUMAN IBUKU

Kita pasti tak asing lagi dengan dengan kata yang memiliki 7 huruf , yaitu menunggu. Kebanyakan orang , mengatakan menunggu adalah hal yang membosankan, menjenuhkan, buang buang waktu. Saya pun dulu begitu. Jika pulang kerja, minta d jemput, tak datang datang padahal setengah jam sebelumnya sudah telpon/ sms/ wa. Kesel kan? tentu. Akankah rasa kesal itu dipelihara? Tentu tidak. karena rasa kesal itu hanya akan membuang buang, waktu, meskipun rasa kesal itu termasuk suatu ungkapan sebagai pelampiasan energi negatif. Biasanya orang ysng sudah mengungkapkan kekesalannya, akan lega. Lalu bagaimana yg tidak terungkapkan kekesalannya?

Sudah beberapa hari ini saya berangkat ke sekolah nunut/ mbonceng dianter anak laki - laki. Motor yang biasa saya pakai sedang diservis. Pulang sekolah ngangkot.

Hari ini terik matahari membuat pejalan kaki cukup panas. Biasanya jika panas seperti ini, nanti akan turun hujan. meski tampaknya masih jauh. . Seperti biasanya setengah jam sebelumnya saya berpesan pada sang suami. Setelah turun dari angkot, sayapun mencari motor dan suami, apakah sudah standby? Ternyata belum ada. Para penarik becak saling menawarkan, meski mereka tahu saya di jemput. Mau mbecak, mbok suami njemput, tidak becak mbok suami belum buka hp. Akhirnya saya menunggu sambil jalan menuju ke jalan arah rumah, barangkali suami berpapasan di jalan. Saya berhenti dan menunggu di depan BNI.

Panas mentari tak bisa d tawar. Sang penjemput tak kunjung datang, meski pemberitahuanku sdh tercentang. Setengah jam kunanti, alhasil sayapun tak sabar ingin segera pulang. Jalan raya ku telusuri, barangkali bertemu suami. Kurang lebih setengah kilo, kunikmati panasnya mentari yang cukup menyengat. Sedang apa toh mereka? tidurkah? njemput si kecilkah? ada konsumen kah? atau sedang ikut nonton / main catur? ...

Berbagai pertanyaan timbul. Astaghfirullohal'adziiim. Mengapa aku sibuk dengan jawaban yang tak pasti? Ah...biarkan saja itu urusan mereka. Ya, pikiranku berbalik. Ya Allaah terima kasih atas panas yang Kau berikan Saat ini. Panas Biarkan kaki ini melangkah, melemaskan otot kaki yang agak linu. Biarkan tubuh ini berkeringat, untuk mengurangi pegal pegal di badanku. Biarkan diri ini bisa bersilaturahmi dengan orang orang yang saya lewati, , biarkan mulut ini menyapa pada setiap orang yang berpapasan. Biarkan Senyum ini berkembang mensyukuri nikmatMu. Tanpa terasa, sampailah saya d rumah.

Baru kuletakkan tas, kulepas sepatu, saya teringat permintaan ibu tadi malam. Ibuku baru sembuh , makan belum terasa enak. Setiap hari jatah makanan yang saya antar tidak habis. Krtika kutanya, Beliau ingin pecel/ rujak sayur.

Meski badan masih lelah, saya langsung jalan kaki lagi menuju bakul rujak sayur. Saya pesan 2 bungkus. Untuk ibuku, kutambah lontong. Saya berharap ibu mau makan siang ini dengan nikmat. Alhamdilillaah, lelah yang aku rasakan terbayar oleh senyuman ibu.