Sagusabu Kudus 7-8 Juli 2018 adalah awal pembuka pikiranku untuk menulis. Sagusabu telah menorehkan cakrawala baru dalam hidupku. Membuka pintu pemikiran yang lama “tertidur”. Yang semula tidak terbersit sedikitpun. Karena basicku mengajar matematika, tidak hobi membaca apalagi menulis. Benar-benar sesuatu yang baru bagiku.

Sebuah kegiatan yang dipromotori oleh b Endang Siwi dan dibimbing oleh orang-orang hebat dari Media Guru. Pak lek Murman dan bu Yulli Rahmawati. Kegiatan yang luar biasa bagiku. Menulis. Kegiatan perdana untukku yang seperti mimpi saja. Bertemu dengan orang-orang hebat di sana, orang-orang yang sudah melanglang buana dengan pengalaman yang segudang dalam kancah menulis. Diantaranya ada bu Yustinah yang selama ini hanya bisa aku baca namanya di buku-buku.Ternyata aku bisa bertemu langsung dengan beliau. Bertegur sapa dan sedikit perbincangan yang bermakna. Sebuah momen yang tak pernah terbersit di pikiranku. Berkenalan dengan orang-orang hebat yang inspiratif dan senantiasa memotivasiku.

Kegiatan yang awalnya sempat menjadi dilema, kini telah menggoreskan kenangan tersendiri. Tapi, kini aku malu karena tenggat waktu yang diberikan untuk menuliskan sebuah buku masih menjadi anganku. Dengan segala keterbatasanku. Bukan karena ku tak mau. Apalagi saat bu Endang Siwi tak henti-henti untuk memotivasi. Bahkan tulisan bu Endang di gurusiana yang seakan “menamparku”. Bu Yustina yang senantiasa menyemangatiku. Juga teman-teman yang telah sukses menuliskan sebuah buku merupakan penyemangatku. Aku sungguh malu.

Aku jadi ingat nasehat temanku bu In Setyorini, “jangan minder, jangan patah semangat, biarkan mereka melaju dengan kemampuannya karena mereka lebih dulu belajar dan biarlah kita berkembang dengan porsi kita yang memang baru belajar”. Nasehat yang selalu memotivasiku untuk terus menulis walau dengan tertatih-tatih.

Aku malu ketika banyak peserta sagusabu Kudus yang telah sukses membuat buku sementara aku masih berproses….kembali kupacu semangatku. Tetap menulis dengan porsiku. Walaupun belum mampu dalam 1 bulan, mungkin mampu dalam 2 bulan atau bahkan lebih dari 2 bulan. Pelan tapi pasti. Selama semangat dan kemauan untuk menulis masih ada dalam diriku itu sudah luar biasa.

Aku malu…

Malu karena masih harus belajar dan belajar lagi….

Malu karena harus lebih banyak membaca dan membaca lagi…

Malu karena harus lebih bisa menulis, menulis,menulis lagi dan menulis lagi….

Jangan pernah berhenti untuk menjadi guru penulis walaupun bukan guru bahasa. Guru matematika juga harus bisa menulis. Salam literasi…

Tetap semangat

#selfreminder 19-8-18