Etty Mira Trianita

Ibu yang mengajar di salah satu SMP Negeri di Kudus ini, mengajar mata pelajaran matematika. Sudah mempunyai 3 putri yang selalu memprioritaskan anak anaknya se...

Selengkapnya
Navigasi Web

GENERASI INSTAN, BEGITUKAH?

GENERASI INSTAN, BEGITUKAH?

Sekarang ini segala sesuatu yang kita butuhkan dengan cepat dapat kita peroleh. Di era digital yang serba cepat, serba tanggap. Dulu saat saya masih sekolah untuk mencari arti dari sebuah "kata" harus buka kamus, baca urutan abjad, lihat halaman berapa baru kemudian buka halaman tersebut dan itupun saya harus baca satu persatu sampai ketemu "kata" yang saya maksud. Banyak langkah yang harus saya lakukan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Contoh lainnya lagi, saat saya ingin berkomunikasi dengan teman, saudara atau keluarga yang kebetulan berada di tempat yang jauh saya harus menuliskan surat. Dan itupun dengan penuh kesabaran saya tuangkan isi hati saya lewat tulisan kata demi kata. Setelah itu saya kirim via pos. Sekali lagi harus penuh kesabaran menunggu surat itu sampai pada tujuan dan harus lebih sabar lagi menanti surat balasannya. Begitulah era di jaman tahun 80-90 an. Era yang penuh perjuangan dan kesabaran.

Berbeda dengan saat sekarang ini. Butuh tahu arti sebuah kata cukup lihat hp langsung ketemu arti kata yang dituju, ingin tahu kabar yang ada di jauh bahkan di belahan bumi yang lain dengan mudah kita dapat. Semua dengan mudah kita terima dengan instan.

Tetapi tunggu dulu, apa dampak dari semua yang kita terima dengan instan itu selalu positif? memang banyak manfaat yang kita dapat. Terlepas dampak negatifnya.

Hal inilah yang membuat saya menulis tentang generasi instan ini. Saya prihatin dengan anak-anak saya yang juga terdampak era instan. Ada PR sekolah yang mengharuskan dia untuk membaca dahulu sebelum mengerjakan diabaikan. Cukup bertanya saja. Tapi saya tetep mengharuskan membaca dahulu. Jika masih ada yang belum dipahami baru saya turun tangan.

Begitu pula dengan anak-anak didik saya di sekolah. Padahal sudah ada materi literasi, tetap saja keengganan mereka untuk membaca muncul. Jika mereka tidak tahu tentang sesuatu hal, mereka cukup diam saja. JIka dalam mengerjakan soal tidak bisa, cukup menyalin pekerjaan teman. Inilah masalah yang secara umum terjadi pada generasi instan.

Pengalaman yang saya alami saat mengajar matematika juga begitu. Untuk menghitung jumlah bilangan ribuan malas, mengalikan bilangan ratusan katanya "kok banyak bu". Padahal itu materi operasi bilangan yang sering dipakai bahkan saya menanamkan empat operasi bilangan(tambah, kurang, kali, bagi) sudah di luar kepala. Mau tidak mau, suka tidak suka, operasi itu sudah menyatu dengan kehidupan kita sehari hari.

Belum lagi materi matematika yang lain, yang memang sangat membutuhkan ketelatenan, kesabaran, kejelian, ketelitian. Merupakan tantangan besar bagi saya untuk mau mengubah mindset generasi instan ini. Dikasih soal yang butuh analisis sedikit katanya "caranya gimana bu". Setelah dipancing sedikit, dikasih klu mengeluh "ada gak bu cara yang lebih cepat". Saya pun tidak kehilangan jawaban atas keluhan mereka, "ada cara yang lebih cepat, silahkan ditemukan sendiri, b Mira sangat menghargai hasil penemuan kalian". Hehehe....generasi instan, begitukah??? Semoga kita para guru mampu membenahi mindset generasi penerus bangsa bahwa sesuatu yang instan tidak selamanya berdampak positif.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul bu guru. "Penyakit" ini pun menggejala di tempat kami. Butuh kesabara "ekstra" para guru untuk merubah ini. Semoga kita bisa. Salam literasi dari Medan. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah...bu guru.

01 Aug
Balas

Amiin ... terimakasih ibu, prihatin jg ya. Tantangan bagi kita para pendidik. Salam dr Kudus. Motto kami, "mendidik sepenuh hati bergegas meraih prestasi"

12 Aug

Setuju bu, berarti fenomena seperti ini ada dimana2, tdk terkecuali sekolah saya

02 Aug
Balas

Salam kenal Bu Rita.... prihatin ya Bu. Tantangan untuk kita para pendidik. Salam dr kudus

12 Aug



search

New Post