ETTY YUSRIKA FITRI

Bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang ditugaakan sebagai pendidik di SMAN 1 Riau Silip. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Menyesal Tidak Ikut Tantangan Menulis (Tiada Kata Terlambat Untuk Memulai)

Tantangan Gurusiana Hari Ke-1.

Rasa sesal itu telah datang mengusik setiaphari di sekitar awal Maret lalu. Berbagai kesibukan tugas sebagai Wakil Kepala Sekolah, membuat porsi pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai guru menjadi jauh berkurang. Sejak menjabat amanah sebagai sebagai wakil kepala sekolah yang beban mengajarnya dihitung 12 jam, maka dengan demikian jam mata pelajaran yang saya ampuh biasanya sebanyak 33 jam, dengan menjadi wakil kepala sekolah jam mata pelajaran saya dikurangi agar saya lwbih memiliki waktu untuk melaksanakan pekerjaan sebagai wakil sekolah sehingga jam mengajar saya menjadi 16 jam.

Walau jam tatap muka ini jauh berkurang, namun bukan berarti saya memiliki banyak waktu luang. Harapan dengan berkurangnya jam pembelajaran, akan lebih punya banyak waktu untuk menulis, paling tidak di sela-sela waktu luang ketika tugas sebagai wakil sedang tidak banyak, ternyata anghapa ini salah.

Menyadari dan memahami tugas wakil kepala sekolah untuk membantu kepala sekolah dalam mengembangkan sekolah yang disertai dengan loyalitas, komitmen, dan tanggingjawab yang tinggi dalam diri saya, membuat seluruh waktu saya di sekolah dari jam 07.00 sampai dengan jam 16.00 plus semua tersita untuk mengerjakan berbagai tugas dan program.

Sampai denganjam 16.00 Plus. Jam 16.00 adalah jam pulang sekolah termasuk jam pulang kerja guru dan pegawai. Penambahan kata plus di sini karena ketika guru dan pegawai lainnya pulang, saya sendiri masih berkutat dengan pekerjaan yang belum selesai. Saya selalu mengerjakan pekerjaan hingga tuntas dan selalu punya target atau rencana apa-apa saja yang akan dikeejakan esok harinya setiap hari. Oleh karena itu, jika pekerjaan hari ini belum tuntas, saya harus ekstra dalam bentuk penambahan waktu atau kecepatan dalam berpikir dan bekerja

Prinsip kerja saya, semua pekerjaan sekolah harus tunts di sekolah dan pekerjaan rumah di rumah-pun juga harus tuntas. Semakin banyak porsi waktu kerja di sekolah, semakin banyak pula waktu yang harus saya luangkan untuk pekerjaan rumah sebagai Ibu Rumah Tangga, ibu dari empat anak yang berusia 8, 7, 6, dan 2 tahun. Habisnya waktu dari pukul 07.00 - 17.00 di sekolah, maka setelah pulang ke rumah sudah tidak ada lagi aktivitas saya di depan laptop, saya harus jaga betul ini karena jika tidak hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi dalam rumah tanggaku. Kondisi ini juga yang membuat permintaan kepala sekolah yang berupa file ketika saya sudah di rumah harus saya kirim.malam hari pukul 00.00 - 03.00 atau paling cepat ketika anak-anak sudah tidur. Waktu di rumah adalah waktu untuk anak-anak, karena itu saya tidak boleh ada depan monitor bahkan Hp pun ketika di rumah juga tidak berani untuk memegangnya. Yaach...begitulah.

Untuk mengimbangi banyaknya waktu di tempat kerja, saya pun menambah waktu melek untuk urusan rumah. Di pagi hari setiap hari bangun pukul 03.30 WIB untuk masak, membersihkan rumah dan mengurus kwbutuhan anak-anak sebwlum sekolah. Kemudian ketika pulang kerja, langsung menuju dapur untuk masak,menyiapkan makan malam, dan aktivitas magrib bersama anak yaitu sholat magrib dan mengajar anak-anak membaca Al-Quran (mengaji). Setelah Isya' lanjut mendampingi anak-anak belajar, ini juga harus dilakukan dengan tenaga ekstra dari sisa tenaga saya yang telah letih ketika bekerja di sekolah. Mendampingi anak belajar setelah Isya dengan karakteristik belajar ketiga anak saya yang masing-masing berbeda dan sambil harus menjaga ketiga anak saya yang belajar dari gangguan si kecil yang berusia 2 tahun.

Salah satu anak saya yaitu anak sulung, menempuh oendidikan informal yaitu homeschooling. Untuk anak sulung ini juga ada aktivitas rutin yang harus dipersiapkan setiap malam. Setiap malam ketika semua anak dan ayahnya sudah tidur, aktivitas selanjutnya adalah merancang Project Based Learning yang akan dikerjakan si sulung esok hari ketika saya bekerja, lalu hasil belajar si sulung akan saya review di malam harinya, setiap malam.

Inilah penyebabnya mengapa saya tidak mengikuti tantangan menulis Media Guru. Di awal-awal munculnya tantangan menulis, seorang kakak yang juga merupakan seorang sahabat telah berkali-kali mengajak ikut tantangan ini, namun tidak juga segera bisa saya ikuti waktu itu. Rasa sesal tidak mengikuti pernah tantangan ini pernah singgah dalam pikiran saya di akhir Februari, namun banyaknya agenda yang harus dikerjakan akhir bulan Februari dan Maret yaitu Ujian Sekolah, UNBK, dan KSN serta adanya beberapa pelatihan yang harus saya ikuti menyebabkan penyesalan itu menguap begitu saja.

Sekitar tanggal 20 Maret, sang suami menasehati saya untuk tidak terlalu serius melaksanakan tugas sebagai wakil kepala sekolah. Evaluasi sang suami terhadap diri saya, setelah saya menjadi wakil kepala sekolah, perhatian untuk keluarga jadi berkurang. Lebih baik fokus menulis hasilnya jelas, jika perlu bisa menjadi narasumber kegiatan-kegiatan di luar sekolah. Dalam hati saya membenarkan nasehat sang suami. Saya-pun menyadari bahwa kerja itu tidak hanya harus profesional saja namun juga harus proporsional. Menyadari bahwa fungsi diri sebagai makhluk sosial juga harus mempertimbangkan diri sendiri sebagai makhluk individu. Namun sayangnya kesadaran ini tidak lantas saya langsung mengikuti tantangan menulis, dikarenakan saya jatuh sakit, lalu setelah sehat disambung lagi dengan si sulung sakit, kemudian terakhir si bungsu juga sakit. Sakit dengan demam tinggi, badan nyeri,b dan nafas sesak. Sakit yang cukup kuatir di tengah mewabahnya pandemi Vovid-19.

Alhamdulillah, kini anggota keluarga telah sehat. Dengan banyaknya waktu di rumah karena Work From Home, saya-pun lebih bisa ada waktu untuk menulis setiap hari. Apalagi ketika hari ini baca info dari Pimpinan Media Guru Pak Mohammad Ihsan di media sosial bahwa yang telah lulus tantangan menulis 60 hari dan telah menerbitkan minimal 3 buku berpeluang menjadi narasumber pada kegiatan webinar, membaca itu rasanya nyuuut di hati. Ya Allah... sungguh aku telah merugi.

Terimakasih Pak Ihsan yang telah memberikan kesempatan mengikuti tantangan menulis.Kesempatan yang Bapak berikan ini arti sesungguhnya dari sebuah istilah "Tidak ada kata terlambat". Terimakasih Media Guru. Semoga semua bisa menjadi motivasi bagi saya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post