Temanku sebut saja Nara bekerja di sebuah perusahaan start up. Di tahun kedua, ia menjabat di posisi yang cukup penting, mengingat di usianya yang masih muda dan pengalaman kerja yang terbilang singkat. Aku sempat iri padanya sebab ia telah mencapai posisi strategis padahal umur kita sebaya. Namun, alih-alih iri, aku bahagia untuk segala pencapaian karir Nara.

Ia menjadi penilai kinerja para staf layanan pelanggan. Sehari-hari ia memantau dan menilai karyawan-karyawan di bawahnya. Bahkan rekan tim dan Nara menjabat sebagai ketua timnya. Untuk memastikan apakah para karyawan sudah menjalankan tugas dengan baik. Selain itu ia juga menjadi tutor untuk rekan timnya. Bisa dibilang pekerjaannya seperti seorang guru. Nara melakukan pembelajaran, penilaian, dan evaluasi. Sama seperti pekerjaan ku yang berjibaku dengan murid.

Suatu ketika ia mengabariku bahwa akan ada pengurangan karyawan di perusahaanya. Ia salah satu yang akan dirumahkan. Aku kaget. Bagaimana seorang yang menjabat posisi penting bisa ikut diPHK? Dia bercerita bahwa selama pandemi korona , rekan timnya banyak yang sudah dipecat. Tinggal tersisa dirinya sebagai ketua tim. Lalu ia mengatakan "Jelas saja aku dirumahkan, Bagaimana bisa seorang guru bisa menjalankan profesinya jika murid saja tidak ada?" Seketika aku bersyukur. Di masa pandemi korona, aku mempunyai pekerjaan yang benar-benar menghadapkanku pada murid sungguhan. Murid yang susah untuk "dipecat”.