TERIK DAGING
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30. Duduk dengan gelisah, badan yang mulai lesu, dan mulut yang senantiasa menguap. Ia sampai berang dalam hati "Dasar sial! sudah hampir jam makan siang, ia terus saja berbicara yang bahkan sampai ke intinya saja belum." Akhirnya rapat akhir tahun itu baru mennginjak waktu ishoma satu setengah jam kemudian.
Sedari pukul 11.00, matanya sudah membidik satu sajian dari prasmanan makan siang di sudut ruangan. Ia tahu itu adalah terik daging makanan kesukaannya. Terbayang mantapnya olahan daging itu jika dipadukan dengan bumbu khasnya yaitu lengkuas. Sedari pukul 11.00 itulah ia terus menerus menelan ludah dan berharap agar rapat ini segera berakhir.
Saat moderator menutup rapat, tanpa dikomando, ia menuju stan prasmanan dan memasang posisi. Ia sangat takut akan kehabisan terik daging tersebut. Baginya, terik daging lebih berharga ketimbang isi rapat tadi. Didapatlah satu piring penuh dengan daging manis gurih itu. Sampai akhirnya anggota rapat dibuat heran mengapa ia terbatuk-batuk seperti orang tersedak saat memakan dagingnya alih-alih tersenyum gembira. Sang Narasumber pun menghampiri orang tersebut seraya tertawa "Hahaha kalau kau sangat lapar, makanlah dagingnya, bukan lengkuasnya"
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
hahahahaha hebat bu. mantul sekali twistnya
Dapat sial ya Bu.