Setiap "pengorbanan" demi cinta terasa indah. Bahkan aku pun memahami bahwa pengorbanan -lahir maupun bathin- adalah sebuah konsekuensi logis dan tabiat cinta itu sendiri. Pengorbanan itu mengalir bak alunan air yang gemulai menyusup diantara bebatuan sungai. lembut, tak akan ada yang terhempas.

Tak perlu ada luka saat cinta harus memilih, sebab semua pilihan itu adalah ekspresi dari cinta juga. Tebarkanlah cinta itu di mana-mana. Biarlah dia tumbuh di mana pun cinta bisa bersemi, menyemarakkan sebanyak mungkin hati dan menjaga bumi ini dalam cerahnya cinta tulus pada Illahi. Tak ada yang dapat menyangkal bahwa cinta akan bermuara pada satu cinta yang sejati, yang tak pernah surut, bahkan ketika dunia ini sudah tak lagi memilikinya.

Ya Allah, di mana lagikah dapat kutemui cinta sejati kecuali pada cinta-Mu; Kemana lagikah hati ini harus berlabuh kecuali pada kasih-Mu; jadikanlah hati yang lemah ini tertambat kukuh hanya pada-Mu; Mohon keridhoan atas segenap keputusan-Mu; Kesejukan setelah matiku kenikmatan memandang wajah-Mu; dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Mu; Ampunilah diri yang tak berharga ini ya Allah, penuhilah kehinaannya dengan keindahan maghfirah-Mu....

-------------------------------terinspirasi sebuah buku "Ketika Aku Mencintaimu"

Lenggang masa...??

siap untuk beranjak melenggang masa selanjutnya. titiannya akan semakin berat. tak peduli erat atau tidak ikatan semangat itu. beban yang beriringan akan terus menumpuk jika kita tidak mau untuk mengurainya sehelai demi sehelai.

sabar dan tawakal mungkin kata yang cukup bijak terlontar lancar pada setiap mata. hanya, terkadang kita lebih sering lupa untuk me-review usaha apa yang telah diberi, hasil apa yang diharap untuk diraih. Masa tidak akan pernah berulang meski kita meminta dan menghiba. skenario telah ditetapkan untuk laju, baik cepat atau lambat. Pacuannya tidaklah hanya pada waktu semata. namun, sebesar apa "greget" yang kita punya untuk menaklukkan aral kahuripan yang nyata. Nyali terkadang runtuh jika membentur tembok, meski ternyata tembok ringkih sekalipun. jiwa terasa berat dalam langkah, semangat cenderung tipis manakala diberi tanya, "anda punya apa?" Punya?! ya...terkadang kita terjebak dengan kata-kata namun minim arti. bukan berarti para pujangga lebih pintar dalam berbahasa, namun pemahaman yang tidak sepadan dengan kestabilan emosi terkadang menjadi batu sandungan dalam menatap asa. Siap ataupun tidak, kita memang harus meniti kehidupan. dengan atau tanpa apapun yang kita sebut bekal. namun, lebih arif jika kita mengenal dan memahami langkah kaki. meski kecil, tapi berarti. Gajah mati akan meninggalkan gading, macan mati meninggalkan belang. giliran kita yang mati, akankah hanya tertinggal sebagai seonggok tulang yang sedang menunggu waktu untuk menjadi lebur kembali pada zat asalnya?! Bukan untuk menggurui,kembali memutar episode kehidupan, setiap diri tidak ada yang sempurna. Berusaha untuk menjadi lebih baik (meski hanya satu inci) yang dimulai dari sekarang dan dari hal yang terkecil sekalipun. Ada pertanyaan yang menggelitik terlontar dari seseorang, "apakah anda merasa layak disebut sebagai orang yang baik dan lebih dari yang lainnya?" hingga detik ini pun, msh terasa terasa sulit untuk menjawab. secara logika, ingin sekali menjawab iya, tapi, apa yang menjadi tolok ukur atau parameternya? menjawab tidak, tidak ada yang ingin dinilai negatif di mata orang lain. Langkah tak selamanya mulus, jalan tidak selamanya berbatu. seorang navigator seyogyanya akan mengetahui celah mana yang bisa untuk dilalui mencapai garis finish hingga segala tujuan dalam hidup bisa untuk diraih dan dipertanggungjawabkan pada akhirnya.