Euis Mariyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Umi Aku Rindu

Umi Aku Rindu

Ibu ya ibu orang tua yang melahirkan kita. Kupunya tapi bukan sebutan ibu. Kusebut umi. Ya aku punya umi. Beliau segalanya.

Sakit jika mengingat nya kali ini karena rindu tak terbalaskan. 10 Agustus 2012 terakhir ku memandang nya dengan tagisan yang tak henti-henti.

Awalnya sore itu kami anak-anak nya berkumpul di kamar. Sakit umiku kambuh lagi. Padahal beberapa hari sebelumnya terlihat sehat.

Adik laki-laki ku memijat kaki umi bergantian. Aku menyuapinya makan Nestle, makanan bubur bayi. Sambil menyuapi, ku berbincang.

"Umi kok sakit lagi. Kemarin dah sehat pulang dari rumah sakit" kataku menahan tangis melihat sakitnya. Seperti nya umi sudah iklhas

" Pengen k kopem." Kata umi tiba-tiba. Kopem itu tempat tinggalku sejak ku menikah.

"Iya besok ya. Sekarang dah sore mi." Umiku mengangguk.

Sedih rasanya sakit umiku ini tak sembuh-sembuh. Sudah beberapa bulan di setiap awal pasti k rs. Tak ada penyakit yang terdeteksi. Selalu seperti itu. Pulang seger beberapa hari kemudian kambuh lagi. Perut kembung n sakit. Gruwukk.. gruwukk bunyi itu yang selalu ku dengar. Aku hanya bisa mengelus perut umiku dengan menyembunyikan rasa nyeri yang menyayat hati memandangnya. Tak kuizinkan air mata ini lolos dari mataku. Kutahan. Aku tak boleh menampakkan kesedihan ini. Aku harus memberikan harapan n semangat bahwa ini kan berlalu Umi...ku tak sanggup lagi hingga doaku mengalir. "Ya Allah berikanlah yang terbaik untuk umiku. Hilangkan rasa sakitnya. Semoga Allah menggantikan dengan pahala yang tak terhingga. Aamiin yra." Doaku dalam hati.

Ketika adzan magrib berkumandang. Aku izin solat kemudian menidurkan putra kecilku. Kebetulan malam bulan puasa waktu itu. Delapan hari sebelum hari raya Idul Fitri tiba.

Sudah beberapa malam sejak umiku pulang dari RS. Kami mengadakan pengajian surat Yasin. Malam ke 7 malam terakhir pembacaan surat Yasin. Dan Malam terakhir juga Umiku hilang kesaktiannya. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Kami menjerit tak tertahankan. Di rumah msh banyak yg mengaji. Ketika sakaratul maut kami menyaksikannya. Sambil berderai air mata kutatap beliau. Kutatap lekat-lekat. Senyum terakhir tersunging di bibirnya. Ya umiku tersenyum. Ku yakin, sakit nya hilang berganti bahagia bertemu yang maha pencipta, Allah SWT di syurga. Aamiin yra.

Maafkan anakmu yang sampai akhir hayatmu selalu merepotkan. Belum bisa ku membalas jasamu.

"Mi...maaf aku hanya bisa mengirim doa di setiap sujudku. Hanya itu. Maaf mi😭😭. Salam Rindu untukmu Umi luvluv.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ikut meleleh Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

22 Dec
Balas

Menulis nya pun sambil meleleh. Terima kasih

22 Dec

Aamiin yra

22 Dec
Balas

Semoga di tempatkan yg terbaik. Sukses bu

22 Dec
Balas



search

New Post