Karena Terbiasa
Awal Mei, cuaca terasa sejuk, tidak seperti biasanya jika pagi-pagi sudah gerah berkeringat. Sepertinya musim kemarau akan dimulai karena sudah beberapa hari hujan tidak pernah turun lagi. Pergantian musim biasanya berdampak pada kesehatan. Minggu kemarin saja banyak anak-anak tidak masuk sekolah karena sakit. Sayapun kebagian juga, tetapi masih memaksakan masuk sekolah selama saya kuat berjalan.
Sakit sebenarnya sesuatu hal yang ingin saya hindari karena bagi saya selalu meninggalkan trauma. Bagaimana tidak, setiap saya sakit meskipun hanya demam, pusing dan lemas tetapi selalu mengingatkan akan covid. Agustus tahun lalu saya sempat dirawat di rumah sakit karena demam lebih dari lima hari dan rasanya seperti mengalami covid. Hal yang membuat saya sedih saat itu pak suami sibuk dengan tesisnya dan saya ditinggal ke luar kota untuk sidang tesis. Akhirnya kami berjuang sendiri-sendiri dengan tetap saling mendoakan. Saya sempat ke dokter sendirian naik motor. Namun setelah tiga hari dari dokter kondisi saya tidak ada perubahan, akhirnya dirawat di rumah sakit terdekat. Saat saya dirawat pun pak suami masih bolak-balik ke kantor karena pekerjaannya. Saya kadang ditinggal sendirian. Tapi bagi saya itu sudah biasa, karena saat covid pun saya dirawat delapan hari di rumah sakit tidak ditunggui siapapun. Kalaupun butuh apa-apa tinggal panggil perawat.
Saat ini saya mengalami sakit yang serupa, hanya demam, pusing, dan badan terasa lemas. Tetapi dalam kondisi ini ingatan tentang covid selalu muncul. Sempat bertanya dalam hati, apakah virus covid yang dulu sudah benar-benar mati atau hilang dalam tubuh ini? Trauma covid selalu muncul kalau saya mengalami sakit. Memori dulu yang membuat getir suka hadir kembali. Kebetulan juga, saat ini pak suami sedang ke luar kota, dan hari-hari sebelumnya disibukkan dengan pekerjaan di kantor dalam rangka hardiknas. Mungkin hal ini juga yang membuat saya kuat, pasrah, dan tetap berjuang di saat kondisi lemah. Tetapi saya percaya kalau semua ini ada Allah yang Maha Mengatur segalanya. Nasihat diri yang selalu teringat namun sulit diterapkan adalah tidak boleh mengeluh. Harus selalu bersyukur atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan. Diri ini lemah karena mungkin kurang dekat dengan sang Khalik. Jangan mengeluh dan harus banyak bersyukur.
Pangandaran, 4 Mei 2024
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar