Bersama menuju Surga-Nya (PART 1)
Matanya masih basah kuyup berbanjir air bening yang melintas di pipinya yang kemerah merahan. Sementara jemarinya masih dengan lihai menari nari di keyboard laptop samsung tuanya. "Sudahlah Nduk.. Semua akan baik baik saja" ucap perempuan paruh baya dengan menepuk pundak putri tunggalnya "toh semua sudah digariskan Gusti¹ kok... Tidak baik sikap andarbeni² mu se-fanatik³ ini. Kamu dari kemarin juga ngga mau makan nasi" "Mahez kemarin juga kesini, harusnya kau jelaskan baik-baik. Malah kok diamkan, kalau kalian punya masalah itu diselesaikan pelan-pelan wong Mahez orang nya ya dewasa dan bijakasana kok. Tapi kamu malah sukanya uring-uringanā“" tambah Bune kepada Dea yang masih bungkam. "Gini Bune, sebenarnya semua tidak seperti yang Bune lihat dan Bune tahu. Dan mohon maaf kelihatanya meskipun setelah lulus pascasarjana nanti Dea tidak mau nikah dengan orang itu" Bune terlihat kaget bukan kepalanh, karena yang ia tahu Dea dan Mahez saling mencintai sejak mereka duduk di bangku SMP "dan besuk sebelum saya ke kampus akan menemui dia. Aku minta kita selesai" tambah Dea mempertegas "lho kenapa...bukanya--?" "sudah Bune. Nanti Bune tahu sendiri alasannya apa" sela Dea yang berhasil membuat Bune menanya nanya. Disana ada hati yang tersayat, banyak tanya yang berhenti di sebatas tekak saja. "Nduk seandainya Bapak kamu masih hidup. Perihal jodoh tidak akan serumit ini mungkin. Dan bahkan Bune sudah sangat yakin bahwa Mahez itu orang yang tepat. Sosok nya hampir sama dengan Bapak nduk, banyak diamnya tapi bijak, tidak pernah sekalipun marah pada Bune dan saya tahu lho nduk kalau pembawaannya Mahez itu or maaf dan lemah lembut. Tapi Bune tahu apa Nduk persoalan remaja. Barangkali mungkin banyk hal yang tidak kalian ceritakan pada Bune" batin Bune lirih
3 BULAN KEMUDIAN
setelah melewati masa masa sulit pertikaian calon pengantin tersebut akhirnya Dea memutuskan untuk mengakhiri hubungan tersebut 2 bulan yang lalu. Meski melangkah sendirian diumurnyanyang genap 23 terasa gemetaran, namun hati tidak bisa lagi dipaksakan jika harus bergelut dengan luka yang amat sangat menyakitkan. Ia sadar bahunya kuat, namun akan lebih kita jika seorang perempuan berkepala 2 tersebut berhasil terpikat dan tenang dengan lawan jenis yang akan menghalalkannya kelak. Namun semua telah dipikir matang-matang. Dan ia berkomitmen untuk kuat kuat sementara sendiri.
Namun ada hal yang menbuatnya terperanjat saat tak sengaja ia memasuki kedai berniat menyelesaikan proposal sebuah kegiatan kampus ia bersitatap dengan laki laki pembawa luka terhebat itu. Namun nyalinya tidak surut, ia tetap melenggang menuju meda kedai tanpa menghiraukan sosok tersebut. Beberapa menit kemudian tak disangka bahwa lak laki tersebut benar saja menggandeng perempuan seumuran dengannya dengan gamis biru muda dan berbalut hujan yang senada ia terlihat elegan dan begitu anggun. "Ya Allah kuat...! " batin Dea dengan samar samar mengelus rongga dadanya "berarti itu perempuan yang dipilih ummi Mahez. Pantas saja, tapi lagi lagi kenapa Mahez tidak pernah mengenalkan saya kepada keluarganya. Apa saya sejauh ini tidak dianggap se istimewa saya mengganggap dirinya." batin Dea sedikit meratap. Setelah beberapa pekan yang lalu ia Mahez berubah sering tidak akur dengan Dea ia mengaku bahwa selama ini ternyata ia dijodohkan oleh orang tuanya dan ia tidak bisa mengelak.
2 MINGGU KEMUDIAN
Dea lagi lagi harus menepuk nepuk kedua pipinya. Setelah ia tidak percaya berpisah dengan sosok lekaki yang begitu ia cintai, kini ia mendapat kabar dari Nanda bahwa lima hari yang lalu Mahez kecelakaan ketika pulang dari kampusnya. Dan hari ini ia koma. Tidak berpikir panjang lagi, ia menuju lokasi yang telah di share Nanda setelah mendapat izin dari Bune.
"Tenang kamu yang tenang De" ucap Ulfi dan Nanda, namun Dea mlah ber banjir air mata "kok bisa ini terjadi kenapa?" tanya Dea sedikit memberontak "ketika itu mobil Mahez dari arah kampus, lalu ada truk bermuatan berat dibantung setir tapi tetep aja kena Mahez dan satu pengendara motor" "trus apa yang Mahez keluhkan?" tanya Dea menelisik dan masih enggan memasuki ruangan "kepala nya De... Sama lengan. Dan kemungkinan kata dokter jika ia bisa sembuh ia akan amnesia" jelas Nanda gamblang hingga kaki Dea terdorong untuk memasuki ringan tersebut.
[Nantikan lanjutannya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
salam literasi
Salam literasi kembali kakak