MISTERI JALUR PENDAKIAN GUNUNG SUMBING
Indonesia memang terkenal dengan barisan pegunungan yang akan membuat kita berdecak kagum. Sejumlah gunung pun menjadi tantangan lebih bagi para pendaki untuk ditaklukan. Namun seperti yang kita pahami bahwa lokasi-lokasi alam memang menjadi tempat-tempat hidup makhluk-makhluk astral. Kamu bisa percaya atau tidak tapi memang hal-hal seperti ini selalu dipercaya pendaki dan penduduk sekitarnya. Salah satunya kisah mistis yang dialami oleh saya sendiri bersama 7 rekan saya pada masa kuliah di salah satu Universitas di Kota Purwokerto sekitar tahun 2015.
Cerita ini bermula ketika saya dan teman-teman saya dengan total 8 orang itu berangkat dari Kota Purwokerto ke Kota Magelang. Tepatnya di Dusun Butuh Via Kaliangkrik yang merupakan salah satu basecamp dari Gunung Sumbing atau dikenal dengan julukan Nepal Van Java. Kami berdelapan berangkat dari Kota Purwokerto itu sekitar pukul 5 sore dan sampai di basecamp itu sekitar pukul 21.00 malam atau perjalanan kami itu sekitar 4 jam. Setelah kami sampai di basecamp kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Keesokan harinya, kami mulai melakukan pendakian sekitar pukul 10.00 pagi dan sampai di Pos 3 sekitar pukul 15.00 sore. Setelah itu, kami memutuskan untuk mendirikan tenda, makan dan lalu beristirahat. Singkat cerita di keesokan harinya, kami bangun kesiangan. Harusnya kami bangun jam 02.00 pagi, tapi malah bangun jam 05.00 pagi. Padahal kami ingin mengejar sunrise di puncak dan perjalanan dari Pos 3 ke puncak itu lumayan jauh. Kami buru-buru berjalan menuju ke puncak hingga barang-barang yang seharusnya penting di bawa ke puncak, malah tertinggal di tenda, seperti jas hujan, flysheet, dan lain-lain. Kami juga yakin cuaca waktu itu sangat cerah dan tidak mungkin terjadi hujan. Perjalanan kami dari Pos 3 ke puncak itu sekitar tiga jam. Kami sampai di puncak sekitar pukul 11.00 pagi dan kami menikmati waktu sejenak di puncak sambil berfoto-foto dan menikmati keindahan puncak Gunung Sumbing. Semua rasa lelah seakan terbayarkan setelah kami melihat langsung pemandangan indah yang sangat memanjankan mata. Setelah kami rasa puas berfoto-foto dan menikmati keindahan alam, kami akhirnya memutuskan untuk turun ke pos 3 atau balik ke tenda sekitar pukul 13.00 siang. Waktu itu saat di tengah perjalanan cuaca yang awalnya panas lalu tiba-tiba menjadi mendung. Sungguh diluar perkiraan kami semua. Kami pun akhirnya buru-buru dan lari untuk turun ke tenda atau ke pos 3.
Nah, di sini saya mendapatkan pengalaman yang cukup menegangkan. Hujan turun disertai angin. Posisi kami masih dalam perjalanan, Karena kami tidak membawa satu pun jas hujan, kami memutuskan untuk berhenti sejenak karena angin sangat kencang sampai beberapa tenda di pos 4 juga berterbangan. Kami pun menumpang untuk meneduh di flysheet para pendaki lain. Hujan badai semakin kencang, udara dingin semakin tak tertahankan. Sampai pendaki lain ada yang hampir hipotermia karena cuaca tersebut sangat dingin. Saat di posisi itu kami terus bertahan dan berdoa semoga tidak terjadi apa-apa. Alhamdulillah, hujan pun reda sekitar pukul 15.30 sore. Kami melanjutkan perjalanan turun ke pos 3, menuju ke tenda. Singkat cerita setelah kami sampai di tenda dan berganti pakaian. Kami memutuskan untuk makan dan beristirahat sampai pukul 19.00 malam. Setelah itu kami mengemas tenda dan bersiap untuk turun.
Perjalanan dari Pos 3 sampai ke basecamp itu disertai gerimis kabut gelap dan hawa dingin yang membuat kami berjalan dengan lambat. Saat di tengah-tengah perjalanan kami mengalami pengalaman yang horror, saya awalnya mendengar seperti geraman harimau. Tetapi melihat teman-teman diam, saya juga ikut diam dan fokus berjalan. Akhirnya saya pun mengabaikannya. Mungkin hanya perasaan saya saja karena efek kelelahan. Setelah beberapa menit kami berjalan suara tersebut hilang berganti dengan suara lain yaitu suara gamelan. Lalu saya berusaha untuk tetap melanjutkan perjalanan dan terus berdoa dalam hati. Saya tidak berani berbicara apapun. Kami diam seribu bahasa. Kami hanya fokus pada satu tujuan kami yaitu turun ke basecamp. Kita berdelapan sampai di basecamp sekitar pukul 01.00 malam dan kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu dan berencana pulang ke rumah pada keesokkan harinya.
Pada saat beristirahat tersebut saya bercerita tentang suara-suara yang tadi saya dengar. Mengapa kami tidak bercerita waktu masih diperjalanan. Karena ada pantangan bagi kami para pendaki untuk menceritakan kejadian janggal apabila masih di lokasi pendakian. Ternyata yang mendengar suara geraman harimau dan suara gamelan itu tidak hanya saya. Semuanya pun mendengar suara-suara aneh tersebut. Namun kami semua mengabaikannya dan fokus pada perjalanan saja sambil terus memanjatkan doa kepada yang Maha Kuasa. Menurut kalian, suara apakah itu, apakah benar ada binatang buas disana?. Apakah mungkin ada suara gamelan ditengah hutan seperti itu?. Wallahua’lam.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga tulisan saya bisa bermanfaat untuk semuanya.