Aku mengenali beliau ketika ku sudah duduk di bangku SD aku lupa pasti kelasnya. Cerita Mak uo Aku pernah panggil beliau dengan sebutan uni, aku juga lupa kapan ini terjadi, orang yang tahu sejarah itupun sudah tiada. Amak ku panggil beliau, beliau meninggalkanku untuk menjemput rezeki. Aku tidak mengerti semua itu, yang aku tahu aku punya abak dan Mak uo yang ku anggap orang tuaku. Kata Mak uo, dulu Amak rela gak belanja apapun asalkan semua keperluan sekolahku terpenuhi. Amak selalu sisihkan uang gajinya untukku.

Amak, hanya aku yang mengerti bahasanya, bahkan Mak uo dan Abakpun (kakek dan nenek) sesekali bertanya kepadaku apa yang dikatakan oleh Amak. Amak cadel sedari lahir, tapi ucapannya masih jelas untuk beberapa kata. Aku menikmati hidup bersama Amak setelah aku SMA kelas 2, Amak pulang kampung dan memutuskan menetap di rumah karena Mak uo sakit.

Amak, beliau gak akan tenang ketika aku belum pulang ke rumah. Walaupun sebelumnya sudah diberi tahu aku akan pulang telat karena belajar tambahan untuk persiapan Ebtanas. Sampai sekarangpun Amak selalu khawatir berlebihan. Terlambat dikit aja, akan hadir beberapa panggilan tak terjawab dari suamiku tentunya atas permintaan pemilik surgaku. Sampai sekarangpun aku hampir kepala empat, tapi masih dianggap bocah kecil yang harus diperhatikan segala keperluannya. Bahkan sampai sekarang aku masih disuapi lho. Amak luar biasa, paling cantik, paling baik, paling hebat sedunia. Semoga Allah berikanku kesempatan yang panjang untuk bisa buat beliau bahagia.