Box Nicu jadi pengganti orang tuamu. Ia senantiasa setia menemanimu sebagai penghangat tubuh mungilmu yang ringkih. Tangismu hanya terdengar sayup-sayup dari kejauhan. Putriku dimana? Cucuku dimana? Itu yang terucap dalam hatiku disaat ku menyusuri lorong kecil Rumah Sakit. Betapa pandemi ini mengukir kenangan pahit kala itu. Tak henti aku berdoa dalam setiap langkah kaki semoga keduanya dalam keadaan sehat dan dapat kuraih.

Sepi…. semua ruang tertutup tak ada seorang susterpun yang bisa memberi keterangan keberadaan kedua kedua peri cantikku. Degup jantungku semakin terpacu kencang. Rasa berdebar, kekwatiran yang sangat menakutkanku saat itu. Ya Allah…selamatkan keduanya. Keluarkan keduanya dalam ruang tertutup itu. Ini sangatlah menakutkan bagiku, hanya Engkaulah penyelamatku.

Setelah sekian kalinya ku telusuri lorong kecil itu, akhirnya terdengar suster memanggil. Tanpa menunda aku berlari dan segera mencari keberadaan peri cantikku. Uhh…akhirnya nafas ini lega mendengar kedua peri cantikku dalam keadaan stabil. Selang tabung oksigenpun telah terlepas. Tak sabar kuingin memeluk keduanya.

Alhamdulillah rupanya doaku terkabulkan. Setelah ruangan yang selama ini tertutup rapat akhirnya terbuka dan betapa aku terbelalak saat kursi roda itu didorong suster keluar…. owek … owek … owek … tangisan yang selama ini terdengar sayup-sayup tampak jelas dan memecah kesunyian. Yaaa… putriku yang menggendong buah hatinya berada di atas kursi roda itu. Tanpa menunggu lagi kupeluk keduanya. Kenangan pahit ditengah pandemi kini berakhir dengan tangisan bahagia, berakhir dengan tangisan syukur atas kekuasaanNya… Saat kugendong ia, kubisikkan kalimat lirih ditelingaanya. Selamat datang Khanza…