" Tin tinnnnnnn " dua kali suara klakson berbunyi kudengar dari dapur. Aku refleks mematikan kompor berhenti sejenak memasak dan berlari setelah menyahuti klaksonnya. Aku setengah hati resah dan gembira karena sudah dua hari belakangan kami lagi eskete hahahaha dia cuekin aku.

Kubuka pintu namun masih takut untuk melukis senyum dibibirku untuk menyambutnya pulang kerja seperti biasanya. Suami pun masuk dan kututup pintu lalu kembali kedapur melanjutkan masakanku. Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar menuju dapur. Kudengar derap langkahnya lalu aku tetap melanjutkan masakan. Ia membuka pembicaraan seraya mengeluarkan sesuatu dari tasnya " Dinda pilih warna apa?" Sambil menyodorkan dua buah accessoris handphone berwarna merah dan coklat. Aku tersenyum dan mulai memiliki keberanian mendekat. Kupilih warna coklat lalu kutanya kenapa ia tidak membeli warna hitam karena dia tau aku lebih suka warna hitam, pasti. Lalu ia memberi alasan dan meraih handphone-ku. Kupeluk ia sambil mengucap terimakasih plus satu, dua kecupan di pipinya.

Kadang aku terkejut akan sikapnya yang selalu mengusahakan yang ku mau, sekecil apapun. Aksesoris tentakel ini contohnya, padahal aku tidak meminta untuk dibelikan olehnya, sama sekali. Tapi ia ternyata memikirkannya. Ia bahkan mengabulkan permintaanku membelikan mesin cuci sebab aku paling benci mencuci daripada pekerjaan lainnya. Padahal dulu aku berjanji bahwa ia harus membelikan mesin cuci sebagai hadiahku jika aku meraih sesuatu. Aku belum dapat meraihnya tapi ia sudah memberikan hadiahnya.

Ada lagi yang lain seperti hand******, ci*** dan lain lain. Ia tak banyak mengumbar kata ini itu. Hal yang paling lucunya lagi adalah ucapan cinta dan sayang masih bisa terhitung ia ucapkan, lucu memang. Tapi perlakuannya lebih dari kata. Ia menunjukkannya bukan dengan kata pastinya. Kadang aku sering memaksa tidak akan melakukan yang dia mau sebelum ia memujiku atau mengatakan bahwa ia sangat sayang dan cinta padaku tapi itu hanya akan berujung aku yang diancam balik. Hahaha

Ia menjadi chef " Juna " di galeri dapurku, sebab ia tak akan sungkan mengatakan makanannya tidak enak secara langsung. Tapi ada waktu dimana ia akan memgirimkan pesan untukku hanya untuk mengatakan masakanku enak. Maklumlah aku selalu bereksplorasi didapurku mencoba masakan-masakanku yang lain karna aku senang melihat ia makan lahap di makan malam kami sepulang kerja.

Sedari kami masih dalam masa pacaran dulu, aku sering membuatkannya makanan meskipun hanya agar-agar yang ia beri nama "yoko nadipahoring" alias yoko yang dikeringkan.

Selain seleranya yang memang gak neko-neko, dia termasuk kedalam kategori yang sangat tegas. Ia selalu menagih jika Aku memberi nama permintaanku sebagai pinjaman atau hutang. Tapi aku tau ia hanya ingin menamkan rasa tanggungjawab. Namun jika aku meminta tanpa label mengganti atau berhutang maka ia tidak akan mengingatnya.

Banyak waktu dan momen hidup yang kami lalui seperti pertama kali memegang tangannya di tanjakan menuju Dwi warna, momen lucu yang lucu dan tau ia sayang padaku,perjodohanku, mencuci kereta bersama, pindahanku, ulang tahunnya, sidangnya, wisudanya, wisudaku , permintaan maafnya, ujian masuk kerjaku dan kerjanya dan lain lain. Terlalu panjang jika kuceritakan diaini, jadi lain kali saja yaa soalnya dia baru mau berkawan denganku lagi takut nanti dia merasa kucueki karena menulis ini. Hehehe.

P.s. I love you