Masih terlalu pagi untuk berharap mendapat sedikit perhatian darinya. Memangnya siapa aku dibanding cewek lain yang juga berebut perhatian darinya. Lagipula keberadaanku di sekolah ini baru tiga bulan. Sudah sepatutnya aku bersyukur karena sejauh ini belum ada yang membullyku. Aku sebenarnya maklum penampilanku yang culun membuat mereka terpancing untuk membullyku. Saat Rido mengajak ngobrol mereka seakan tak rela cowok idolanya mendekatiku. "Siapa dia, siapa kamu, ngaca dong!"

Aku masih mencoba berpikir positif, mungkin mereka tidak tahu mengapa Rido bisa kenal denganku. Aku dan Rido tinggal satu komplek, hanya berbeda gang. Namun karena tak pernah satu sekolah sebelumnya jadi kami hanya kenal biasa saja. Aku sendiri sempat tinggal di kota lain saat SMP sebelum akhirnya kembali lagi. Di SMA ini barulah aku sekelas dengan Rido. Aku sama dengan teman teman lain masih memandang cowok dari tampilan fisiknya baru sikapnya. Rido unggul untuk kedua kategori itu meski sedikit cuek orangnya.

Aku tak berubah tetap culun, Rido pun sama tetap jadi idola. Teman temanpun seperti tak memberi celah bagiku untuk mendapat sedikit perhatian juga dari cowok itu. "Nggak serasi, merusak pemandangan," komentar mereka ketika suatu kali aku goncengan dengan Rido. Kebetulan pas aku keluar rumah Rido lewat dengan motornya dan menawarkan boncengan di belakang motornya kududuki. Rido pun hanya tersenyum tipis mendengar komentar miring itu. Begitulah masa SMA berlalu tanpa ada yang istimewa, semesta tak berpihak kepadaku. Lalu ketika delapan tahun berlalu dan tentu saja aku tak culun lagi dia tiba-tiba muncul dihadapanku dengan seikat bunga, akankah aku kembali dibully?

*

Payakumbuh, 5 Juli 2022

#tantangangurusiana_22

#harike_89