Mengapa Guru? (Mana bisa?) Tantangan hari ke1 TantanganGurusiana
Jika aku ditanya apa cita-citaku? Maka ku jawab dengan pasti dan yakin "Jadi fashion designer". Entahlah, bagiku fashion designer itu profesi yang keren dan menantang. Bayangkan, hanya dari selembar kain bisa kita bentuk, kita rangkai menjadi sebuah baju yang membalut tubuh dan menutupi aurat.
Kebetulan ibuku seorang penjahit baju, jadi sejak kecil sudah familiar sekali dengan berbagai jenis kain, benang, mesin dan serentetan teman-temannya. Sejak kecil pula daya imajinasiku memang tinggi. Dari daya imajinasiku itulah, setiap hari aku selalu bermain peran menjadi orang lain dengan karakter berbeda-beda. Setiap karakter yang aku perankan memiliki kostum khusus yang selanjutnya kostum-kostum itu aku tuangkan dalam gambar.
Setiap kali ibuku membuatkan baju, aku selalu minta dibuatkan baju sesuai dengan desain yang kubuat. Rasanya senang sekali saat teman-teman ingin membuat baju yang sama seperti yang aku pakai. Dan senang sekali saat beberapa waktu kemudian, mulai trend baju seperti yang aku desain.
Seiring berjalannya waktu, aku harus menentukan kuliah dimana dan ambil jurusan apa. Dengan mantap tentunya aku memilih sekolah fashion designer. Tapi ternyata tidak mendapatkan restu dari kedua orang tua dan sebagian besar keluargaku. Mereka meminta aku untuk menjadi seorang guru.
"Apa? Guru? Mana bisa? Mana mungkin aku jadi guru? Aku ga mau jadi guru. Aku ga suka anak-anak. Aku ga suka kebisingan. Aku ga suka bertemu banyak orang setiap hari. Aku bukan orang yang pandai bersosialisasi. Aku bukan orang yang pandai berbicara di depan orang banyak. Kenapa aku harus menjadi guru?"
Batinku berteriak, aku meronta, dalam diam. Apa daya, aku bukanlah orang yang pandai mengungkapkan isi hati. Aku bukanlah orang yang pandai bernegosiasi. Meski tak ingin, tapi tetap aku jalani. Aku masuk perguruan tinggi keguruan.
Meskipun dengan perasaan yang masih terpaksa, aku tetap menyelasaikan studi tepat waktu. "Yes, saatnya aku membangunkan kembali cita-cita yang sudah lama tertidur pulas. Aku tak mau putus asa"
Mulailah aku bergerilya mencari sekolah fashion designer terbaik ditemani salah satu sahabat baikku, Aulia Sofia Nasution. Sudah beberapa sekolah aku kunjungi, kuminta berbagai informasi dari sekolah tersebut. Ya Allah, biayanya tinggi sekali. Dengan penghasilanku sebagai guru privat tidak akan sanggup membayar semua biaya ini. Meminta bantuan biaya pada orang tua juga tidak mungkin. Orang tuaku hanyalah pegawai biasa dengan gaji yang kecil. Bahkan ibuku harus banting tulang membantu Bapak mencari nafkah.
Baiklah aku harus mencari pekerjaan lain agar dapat menabung dan bisa bersekolah lagi sesuai dengan cita-citaku.
Lalu bagaimana dengan permintaan kedua orang tuaku?
Tunggu jawabannya ditantangan hari ke-2 ya...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar