Eza Wardana

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
RODA belum BERPUTAR

RODA belum BERPUTAR

RODA belum BERPUTAR

Awal aku menjadi seorang PNS di tahun 2010, aku merasa hidupku pasti berubah, karena aku berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja dan tidak memiliki status sosial. Jangankan di mata masyarakat di mata keluarga besarku saja aku dianggap sudah sukses dan berhasil. Walau hanya sebagi Guru, tapi yang pasti aku sudah PNS.

Seperti kisah orang-orang kebanyakan, bisa sukses meskipun berasal dari keluarga yang sederhana., tentu menjadi sebuah kebanggan. Secara ekonomi aku tentu akan lebih baik dan mapan. Aku Tak pusing lagi memikirkan tentang kebutuhan hidup, apalagi kebutuhan mewah yang lain. Tentu aku sudah bisa membeli barang-barang yang aku inginkan selama ini, sejak aku dari kecil hingga aku kuliah. Hp, Laptop, Honda bagiku itu adalah barang mewah, dan selalu kupinjam dari temanku waktu kuliah. Tapi tidak sekarang, aku sudah mampu membelinya sendiri. Bahkan sebagai seorang PNS aku sudah bermimpi mampu membeli rumah dan kendaraan roda empat, ya itulah impianku.

Dan secara sosial akupun akan berada dilingkungan yang selevel denganku,baik pendidikan maupun status sosial. Impianku ingin berjalan-jalan ke luar kota seperti ke Jakarta, Bandung, Yogya lalu nginap di hotel, sambil menikmati kuliner alangkah senangnya. Begitulah anganku yang terbang melayang-layang tak karuan.

Namun, aku cukup sadar diri, walau aku sudah PNS, yang harus aku utamakan adalah membantu kedua orangtuaku lebih dahulu, ku bantu mereka membayar segala utang yang pernah keluargaku pakai. Teringat olehku, aku meminjam uang 2 juta untuk ku bawa ke Natuna dengan jaminan Honda butut Ibuku beserta BPKB nya. Lalu kubawa Ibu ikut denganku ke pulau di ujung utara ini. Secara ibu dan ayahku sudah berpisah.

Setiba di tempat aku diterima menjadi Pegawai Negeri di salah satu kecamatan yang ternyata disana belum ada listrik, kalaupun ada hanya mengunakan genset itupun untuk kami para pendatang menyambung ke rumah warga yang memiliki genset , dan hanya bisa hidup selama 3 jam saja. Jujur , ini di luar ekspektasi ku. Kaget, tentu saja iya….belum lagi ternyata umumnya masyarakat di sana tinggal di sekitar tepi pantai, rumah-rumah di atas laut. Kehidupan yang selama ini hanya kulihat namun tidak pernah aku lewati sebelumnya. Untuk Segala kebutuhan masyarakat dibeli ke kota Ranai atau Sedanau, itupun kita harus menaiki pompong terlebih dahulu selama 1 jam,lalu dilanjutkan dengan naik travel selama 3 jam barulah sampai kita ke kota Ranai. Paling kalau untuk kebutuhan dapur masyarakat disana harus menunggu 2 atau 3 hari sekali si abang tukang sayur akan datang, yang ada setiap harinya disana hanyalah ikan, itupun tidak semua ikan ada. Masyaraat disana lebih menyukai makan ikan Simbok atau kalau orang Tanjungpinang menyebutnya Ikan Tongkol.

Ibuku yang ikut denganku, sempat menangis selama 1 minggu disana, meskipun aku anaknya sudah menjadi PNS, ternyata hidupnya malah lebih sulit di bandingkan di Tanjungpinang.

Pengalaman yang lebih menyedihkan adalah, ketika musim kemarau tiba, aku pernah ikut dengan pembantu Kepala Sekolahku untuk mencari air bersih, menggunakan pompong ke desa seberang, dan kami pulang sampai pukul 12 malam. Ini adalah kali pertama aku pulang larut malam hanya untuk mencari air. Kenapa harus malam? karena kami harus menunggu antrian di rumah si juragan air itu, banyak masyarakat yang meminta air juga disana.

Aku minta bantu dengan warga, namun mereka hanya mengatakan “nanti ya bu, kami juga mau isi air untuk di rumah kami”. Apalah lagi yang harus aku perbuat, tak mungkin aku menunggu lama, sementara air di rumah sudah kosong. Mau tidak mau aku sendirilah yang harus bergerak mencari air.

Tak sampai disana, pernah juga sepulang sekolah aku mengambil air ke sumur yang jaraknya lebih kurang 200 meter dari rumah dengan menggunakan gerobak. Malu ????Tidak,,,hilang Maluku karena kebutuhan yang mendesak….

Yah….aku seorang Pegawai Negeri sekaligus ibu rumah tangga juga sebagai seorang anak perempuan dari Ibuku apalagi yang harus aku lakukan, selain aku jalani saja sebagai seorang Abdi Negara, yang baru masuk di suatu wilayah.

Aku harus bertahan, dengan cara apapun. Impian yang sebelumnya melayang-layang diingatanku kubiarkan hanya sekedar menari sampai akhirnya roda ini akan berputar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post