Ibu, Aku tak Perawan Lagi
Siang yang penat. Pembelajaran les terakhir membuat setiap guru dan siswa yang berada di kelas harus memaksa senyum terkembang. Tantangan bagi guru untuk menyegarkan suasana di tengah mata ngantuk, perut lapar dan tubuh lelah setelah seharian belajar. Tapi amanah hari ini harus dituntaskan. Belajar sabar dan konsisten dimulai bagi guru dan siswa.
Aku melangkah ke dalam kelas. Pandangan ku tertumpu pada seorang gadis. Wajah bulat itu tertunduk. Terbenam di kedua tangannya yang basah terlipat. Matanya memerah basah. Ku sentuh kepalanya, seraya berbisik.
“Ada apa Nak”, suaraku pelan nyaris tak terdengar.
Anak berkulit putih itu tak menjawab. Tangisnya menjadi. Kucoba mencari tau. Sembari menatap seluruh penghuni kelas, seolah mencari petunjuk. Akhirnya Lisa bersuara. Anak keturunan India ini menjelaskan bahwa status Wa Tika pagi ini tentang permintaan maaf pada ayah.
Ku dekatkan kembali wajah ku ke samping kepalanya seraya berbisik.
“Ada apa dengan ayahmu Nak ?, sakit ?”.
Lagi-lagi iya menggeleng. Tak putus asa, ku ulangi lagi pertanyaanku. Kali ini keberuntungan memihak ku. Isi hatinya keluar .Ternyata ia baru bertengkar dengan ayahnya sore tadi. Ayahnya marah karena ia terlambat pulang sekolah hingga menjelang malam. Pada hal ia mengerjakan tugas di rumah kawan. Pernyataannya dibenarkan beberapa teman sekelasnya. Ayahnya sering tak percaya padanya.
Kening ku berkerut. “Mengapa Ayah mu sering tak percaya pada mu Nak ?’, tanyaku ingin tahu.
“Aku sudah tak perawan lagi bu”, katanya lirih dengan pandangan kosong.
Rasa tak percaya dan tubuhku berkeringat seketika. Tak kusangka anak seceria Dia mengalami peristiwa tragis. Kegiatan belajar diubah. Hari ini teman-teman sekelasnya kuminta mengerjakan latihan. Lalu ku ajak ia ke perpustakaan yang sedang kosong. Ia bercerita sambil terisak. Sesekali ku peluk dan ku usap air matanya. Mengapa keperawanannya yang sangat berharga itu bisa hilang sebelum waktunya.
Perkenalannya dengan seorang pria dari kampung seberang lewat media sosial, adalah awal kehancuran hidupnya. Kondisi diperburuk dengan wafatnya ibu tercinta. Sehingga ayah harus mengurus rumah dan anak-anak sembari bekerja mencari nafkah. Praktis gadis ABG ini mengalami kegelisahan jiwa.
Saat inilah hubungannya semakin dekat dengan lelaki yang baru dikenalnya. Saat butuh perhatian, saat itu seseorang yang tak tepat mengisi kesunyian kasih sayang pada dirinya. Hubungan semakin dekat, hingga suatu saat. Setelah pulang dari jalan-jalan dan makan bersama. Mereka melakukan perbuatan terlarang itu.
Aku menatapnya lekat. Ia menceritakan peristiwa setahun lalu dengan sangat sedih. Perbuatan itu diketahui oleh ayah dan keluarga lelaki tersebut. Ayahnya marah besar. Ia diancam akan dipindahkan sekolah dan diasuh oleh saudara yang berada di daerah lain. Masalah diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Nasibnya masih baik. Ia tak berbadan dua akibat perbuatannya. Sejak saat itu ayahnya tak pernah percaya padanya. Sejak saat itu. Anak berambut pendek yang lumayan pintar ini sering bertengkar dengan ayahnya.
Sepenggal kisah diatas hanya satu dari berbagai kisah, bagaimana saat ini mudahnya remaja tergoda melakukan perilaku menyimpang. Banyak faktor yang menyebabkan fenomena gunung es ini terjadi. Keperawanan tak lagi menjadi sesuatu hal yang harus dijaga dan dipertahankan hingga saat menikah tiba.
Lemahnya pemahaman keagamaan, longgarnya pengawasan orang tua, pertemanan yang tidak sehat, ditambah dengan pengaruh negatif dari gelombang perkembangan teknologi digital. Hal- hal tersebut menyebabkan kehidupan remaja semakin hedonis dan pragmatis.
Tentunya hal ini menjadi tantangan besar bagi guru dan orang tua. Bagaimana mengawal remaja agar tangguh pada kehidupannya ke depan. Penguatan-penguatan nilai sosial, budaya dan agama harus dikuatkan sejak dini. Tentunya ini menjadi tugas utama dan pertama dari orang tua.
Sering sekali anak-anak bermasalah di masa remaja, berawal dari kehidupan yang tidak nyaman dalam keluarga. Hubungan dengan orang tua kaku, pola komunikasi bersifat komando, Bounding tidak tercipta dengan baik antara orang tua dan anak. Sementara di sisi lain beban anak semakin berat. Pelajaran dan tugas sekolah yang bertimbun, keinginan bermain yang terpendam, hubungan sosial yang lemah. Belum lagi tekanan agar menjadi orang yang berhasil dan berprestasi, di masa depan menjadi beban berat yang harus dipikul.
Masalah mereka tidak terselesaikan dengan baik. Keresahan hati mereka tak pernah di dengar. Mereka kadang abai diperhatikan oleh orang-orang dewasa di sekelilingnya. Kini saatnya kita sebagai guru dan orang tua kembali memeluk mereka. Berbicara tentang hati dan perasaannya. Memberikan nutrisi psikis yang bergizi.
Temani mereka mengarungi gelombang gejolak masa puber yang begitu dahsyat. Mereka harus kita latih menjadi orang dewasa tangguh dan bertanggung jawab, pada kehidupannya di masa depan. Orang dewasa yang cerdas secara intelektual, sehat secara fisik dan jiwa, memegang norma sosial, budaya dan agama secara kuat dan memiliki tampilan karakter yang kuat.
#Tantangan menulis gurusiana
#Tantangan Hari ke 8
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantaaaapppp jiwa.Jadi ngerasa kurang sebagai orang tua...HiiksssMakasih Bu
Keren bu..
Astaghfirullah, kita sering lalai "memeluk" anakanak kita. Hingga mereka mencarai kenyamanan dengan caranya sendiri. Jazakillah khoir untuk tulisan yang mengingatkan ini, Deq. Semoga Allah senantiasa membimbing dan meridhoi setiap langkah kita. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Deqquuu.
Semoga semua guru dapat memberikan perhatian pada semua muridnya. Keren bu. Salam jenal dari saya bu
Semoga semua guru dapat memberikan perhatian pada semua muridnya. Keren bu. Salam jenal dari saya bu
Keren
Mantap...Senang bacanya..