Kita adalah Teman
Menjadi guru itu tidak harus tampil kaku dan penuh “wibawa” palsu. Apalagi di era disruption saat ini. Para pelajar yang digital native rata-rata tidak menyukai tampilan guru killer dan kaku. Jika mereka sudah membatasi dirinya dengan guru secara emosional. Bagaimana cara kita masuk ke dalam hatinya dan mengisi relung jiwanya dengan hikmah.
Apakah kita harus mengikuti maunya siswa?. Tidak juga. Tetapi kita harus menyesuaikan tampilan dan gaya interaksi kita dengan siswa. Siswa sekarang menyukai pola hubungan yang egaliter. Kepatuhan yang mereka berikan kepada guru, tergantung bagaimana hubungan mereka dengan sang guru. Sikap memerintah tanpa terlibat adalah hal yang tak disukai siswa.
Berusahalah menjalin interaksi dua arah. Jadilah teman bicara mereka. Jika mereka sudah nyaman berbicara dengan kita sebagai guru. Maka akan mudah bagi kita mempengaruhi mereka. Jika kita menampakkan kasih sayang yang tulus. Maka mereka akan menjadi siswa yang dapat kita kendalikan tanpa berteriak. Jika kita dapat mencontohkan sikap-sikap teladan. Maka tak enggan mereka untuk mengikutinya.
Jadilah teman yang selalu peduli dengan mereka. Sapa mereka terlebih dahulu. Tanyakan kabar, atau sekedar memuji penampilannya hari ini. Sesekali duduklah diantara mereka sekedar mendengarkan celotehan mereka. Berbagi makanan dengan siswa juga dapat dilakukan, untuk memecah kebekuan hubungan. Saat suasana sudah akrab ini saat yang tepat bagi guru menjalankan misi pendidikannya. Sampaikan apa yang selayaknya mereka lakukan. Ingatkan apa yang seharusnya mereka tinggalkan. Sampaikan dengan santai penuh cinta.
Masalah kesulitan belajar mereka pun dapat terungkap. Tanyakan apa yang mereka inginkan dari proses belajar selama ini. Apa yang menjadi obsesi mereka dalam belajar. Hubungan yang luwes akan memberikan dampak positif bagi siswa dan juga guru. Tak perlu mengeluarkan tenaga dan suara besar untuk menarik perhatian mereka. Sapaan lembut dirangkai dengan senyuman menjadi penguat pertemanan antara kita dan siswa. Tentunya hubungan pertemanan ini harus dibatasi dengan norma dan etika. Sehingga kewibawaan seorang guru tetap ada. Kewibawaan yang bukan dibuat-buat tetapi kewibawaan yang lahir dari sikap tulus dalam mendidik para siswa.
#Tantangan Menulis gurusiana
#Hari ke-19
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Guru bisa jadi sahabat murid, bu, tp perlu batasan juga
Sippp