Fadillah Rahmi Nasution

WRITER INSPAIRING 18 HARI MEMBAKAR DOSA Fadillah Rahmi Nasution S.Sos* Meletakka...

Selengkapnya
Navigasi Web
NKRI Harga Mati, Agama Dibawa Mati

NKRI Harga Mati, Agama Dibawa Mati

Kegelisahan akan lemahnya kecintaan pelajar pada NKRI, membuat kita guru harus sering memberikan pemahaman tentang perjuangan dan cinta tanah air. Membangun kesadaran membela tanah air. Di wujudkan dengan membangun kepedulian terhadap masalah-masalah yang marak saat ini. Praktek-praktek disintegrasi dapat mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari. Berita hoax bermunculan dalam media sosial mereka. Mereka dipaksa harus percaya.

Ketidakpedulian mereka terhadap nasib bangsa ini akan berdampak buruk bagi kelangsungan bangsa kita ke depan. Siapa lagi yang akan mempertahankan setiap jengkal tanah merah putih, jika tidak para pelajar penerus bangsa. Siapa lagi yang akan mengelola sumber daya alam indonesia untuk kesejahteraan rakyatnya. Jika kita tidak menanamkan rasa cinta tanah air pada diri pelajar. Membangun kesadaran bahwa mereka adalah penerus dan pemilik NKRI.

Jangan sampai karena kecintaan terhadap tanah air yang lemah. Menjadikan NKRI tergadai dan dikuasai bangsa asing. Pelajar harus menjadi penjaga NKRI di garis depan. Bentuk tanggung jawab dan kecintaan terhadap NKRI diwujudkan dalam bentuk belajar giat, mengikuti upacara dengan baik dan khidmat dan bersikap sesuai dengan falsafah hidup negara (Pancasila).

Demikian pula halnya praktek-praktek intoleransi. Sering kali menjadi pemicu timbulnya kebencian pada pemeluk agama tertentu. Gejala intoleran sering terjadi, walau alasan bercanda menjadi dasar dilakukan perbuatan ini. Media sosial memberi peran besar dalam pembentukan opini. Belum lagi pemahaman yang keliru tentang toleransi. Toleransi kadang dianggap mengikuti aktivitas ibadah agama tertentu. Padahal toleransi itu memberikan kesempatan pada orang yang berbeda agama untuk menjalankan ajaran agamanya tanpa di ganggu.

Ada pula yang salah menafsirkan toleransi. Toleransi pada sebagian remaja diartikan boleh menjalin hubungan lebih dari sekedar teman, dengan menafikan keyakinan masing-masing. Bahkan sampai ada yang menikah dengan kekasih pilihan hati berbeda keyakinan atas nama cinta. Sebab cinta itu buta, kata mereka.

Mencintai siapapun adalah hak azasi. Tetapi haruskah kecintaan kita pada mahluk menggeser kecintaan kita pada Nya dan aturan yang dibuat Nya. Sangat lemah lah kecintaan kita pada Nya jika kita dapat melanggar ajarannya. Ini membuktikan kita tidak mencintai Nya dengan sesungguhnya. Kepada siapakah kecintaan tertinggi diberikan selain kepada Sang pemberi Kehidupan.

Ajaran manapun pasti tidak memberikan izin umatnya berpindah keyakinan. Setiap orang yang pindah keyakinan hanya karena kecintaan kepada mahluk. Maka keyakinan itu akan mudah goyah. Orang tua pun akan menjadi terluka. Anak yang sejak kecil dibesarkan, dibimbing dan dibekali nilai-nilai ajaran agama tertentu. Tega berpindah keyakinan demi kekasihnya. Tentu membuat hati mereka terluka.

Walau sebagian orang mengatakan urusan agama dan percintaan adalah wilayah privat. Namun hal ini bisa berdampak pada kehidupan sosial mereka. Jika pemahaman meninggikan kecintaan pada Tuhan tidak diberikan pada pelajar sejak dini. Maka bibit-bibit sekularisme akan menjalari masyarakat kita. Padahal dasar negara kita menjadikan spirit Ketuhanan sebagai dasar yang utama.

Dua hal penting di atas. Senantiasa penulis sampaikan di ruang-ruang kelas disela-sela pembelajaran. Cara penyampaian dilakukan dengan cara sederhana dan mudah difahami. Jargon “NKRI Harga Mati dan Agama di Bawa Mati’ kerap disampaikan kepada para pelajar. Harapannya mereka dapat menjaga NKRI dan mengelolanya dengan baik. Demi untuk kesejahteraan rakyat dan menjaga NKRI. Sedangkan agama menjadi benteng utama yang tak boleh tawar –menawar dalam ajarannya. Ketaatan kita kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar. Akan berdampak pada semakin baiknya karakter pelajar kita. Agama menjadi kontrol dalam perilaku kita dalam bermasyarakat dan sebagai hamba Tuhan

#Tantangan Menulis gurusiana

#Hari ke-20

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantul

04 Feb
Balas



search

New Post