Masih eksiskah Rukun Tetangga?
Lega juga rasanya ketika melihat anak2 tetangga sampai diingatkan Imam Masjid karena mereka sering berisik saat sholat. Karena itu berarti, anak-anak kita ini gemar (main) ke masjid. Masa main yang penting, untuk menumbuhkan kesan mendalam bagi pembiasaan mereka saat dewasa nanti.
Saat budaya gadget begitu mengharu biru, merampas waktu bermain anak2 kita, tentu menjadi kebahagiaan saat anak2 tetangga ini antusias mencari buku untuk mereka baca di perpustakaan keliling. Budaya lingkungan yang ramah anak, tentu butuh kemauan besar seluruh warga untuk konsisten menciptakannya.
Lalu... bagaimana bila diwaktu yang persis sama, kita juga harus menelan pahit kecewa melihat perilaku sebagian kecil anak2 muda kita?
Fenomena main bersama tetangga saat kanak2 memang sangat penting membangun identitas anak saat remaja. Bagaimana tidak? Cukup banyak kita saksikan, tentu dengan kegelisahan luar biasa saat anak2 abg awal, sekitar awal SMP atau bahkan lebih awal... berbondong2 malam mingguan tanpa tujuan yang jelas. Sebagian mereka berjalan sambil main gadget tanpa menghiraukan sekitar. Saat disapa, merekapun hanya diam tak bersuara, seolah saya hanya suara angin. Bahkan, Sekelompok yang lain, sedang konkow di depan warung sambil... merokok. Ya merokok dipinggir jalan, sambil kongkow di depan hilir mudik jalan kampung yang riuh anak2 bermain.
Tentu ini menjadi kegelisahan tersendiri. Setiap ibu yang peduli, bapak yang mengerti, serta warga yang rukun saling menjaga, meradakan keberadaan aktivitas remaja merokok bersama tentu menyedihkan.
Perasaan pedulipun mendorong langkah kaki, untuk melindungi kampung dari perilaku yang lebih makin tak ramah anak lagi. "Mas, kalian ngapain ini? Kalau di kampung ini, anak2 tak boleh merokok!" Ternyata, reaksi merekapun tak disangka.
Sontak mereka kaget, melihat emak2 keluar dengan tanduk kemarahan. Langsung tanpa permisi mereka pergi cepat dan bubar.
Kita semua harus JELAS BERSIKAP terhadap lingkungan tempat anak2 kita bertumbuh. Karena apapun yang merka lihat, dengan dan rasa, menjadi cermin terbaik untuk ditiru.
Saya jadi sadar, bahwa sikap dan perilaku buruk, memang harus sejak dini diingatkan. Mumpung masih kecil, mumpung mereka belum terbiasa mangkal dan mempengaruhi anak2 remaja kampung kita. Semua warga memang harus bersikap tegas. Tak perlu mengedepankan rasa ewuh untuk marah, saat lingkungan kita mulai dipakai tempat nongkrong yang negatif. Karena kalau sudah besar jumlahnya, akan lebih sulit lagi menindak.
Mari bergerak. Lindungi anak2 kita dari Generasi tanpa tata nilai. Tanpa batasan tata moral dan peraturan.
Kita adalah orang tua, bukan sekedar Orang yang lebih tua.
Ternyata, banyak dari kita, para orang tua, salah kaprah memahami kemerdekaan anak. Bahkan meskipun mereka tidak lagi memilih jalan yang benar, kita masih saja membebaskan mereka. Akhirnya mereka tumbuh menjadi anak2 tanpa tata nilai. Karena memang tak dikenalkan batasan. Larangan, dan penghormatan akan orang lain. Itu sebabnya, saat tetangga kami bilang, "nak, kalian masih kecil2 kok sudah merokok?" Mereka malah menimpali, "kecil2 kami bisa bikin anak kecil pak" sebuah jawaban yang bikin mata kami membelalak sendiri membayangkan informasi pornografi mana saja yang sudah membuat mereka enteng mengucap kalimat seperti itu.
Kita semua memang harus melangkah. Speak out. Bicara sekenceng2nya, marah bahkan diperlukan, untuk MELAWAN keburukan yang makin kebablasan. Kita mulai dari rumah kita, tetangga2, juga warga kampung kita, semua harus bersih dari tindakan yang menjurus kesia-siaan, Kenakalan bahkan sampai pada...kejahatan.
Kita harus tegas bersikap. Bukan mendiamkan menjamurnya penyakit sosial yang makin nyata di depan mata. Mari bicara selagi bisa. Mari bersikap selagi ada. Karena membangun lingkungan ramah anak, bukanlah urusan tersedianya sarana bermain saja. Tapi juga terbangunnya sikap saling peduli untuk menyuguhkan budaya berinteraksi, budaya bermain yang sehat bagi semua warga. Kejadian tak lahir tiba-tiba. Kecelakaan dan musibah seringkali muncul karena pembiaran masalah. Jadi lihatlah sekitar. Bicaralah pada remaja kita, saat kita bergembira. Bicaralah saat mereka melakukan kehebatan. Biasa Berbicara saat senang, membuat kita bisa saling bicara saat sedih mendera. Berbicara kapan saja, membuat kita bisa ditanya saat galau menggoda. Bicaralah lembut sehingga ketegasanmu tetap mampu meredamkan amarah.
Semoga bangsa ini terlindungi dari perilaku salah yang terbiarkan. Terdiamkan. Terabaikan.
Mari peduli tetangga kita.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
"Bicara sekenceng-kecangnya, marah bahkan diperlukan, untuk MELAWAN keburukan yang makin kebablasan." Benar bu. Sepakat. Alhamdulillah masih ada lingkungan yang peduli terhadap tumbuh kembang anak-anak. Salut
Banyak yang takut beresiko pak. Takut dibilang ikut campur urusan orang. Tapi kalau di lingkungan kita, ya namanya peduli... dan tampaknya...peduli itu wajib bagi setiap warga..
Mari bergerak. Lindungi anak2 kita dari Generasi tanpa tata nilai. Setuju banget bu,kita harus tegas, kalau tdk...apa jadinya generasi muda nantinya, sungguh memprihatinkan
Benar bu.... kadang ortu dan masyarakat kita juga salah kaprah. demokratis bukan berarti bebas tanpa batasan ya bu?
sepakat. langsung bertindak, jika tidak mereka menganggap permisif seolah di persilahkan berbuat keburukan. semangatttt
Sepakat bu upit..
Perlu sepakatan semua warga. Semacam bentuk kepedulian bersama. Ketika anak sudah menerjang aturan untuk menegur. Ok Bu
Benar pak. Kesepakatan yang bukan sekedar basa basi, apalagi saat memang sudah mengganggu keharmonisan masyarakat ya pak.. yang susah kalau yg melakukan anak tetangga ... harus membangun kesadaran kolektif memang pak..hehehe...
Benar pak. Kesepakatan yang bukan sekedar basa basi, apalagi saat memang sudah mengganggu keharmonisan masyarakat ya pak.. yang susah kalau yg melakukan anak tetangga ... harus membangun kesadaran kolektif memang pak..hehehe...