Nur Muhammad Fadli

Guru Teknik Elektronika Industri di SMK Negeri 3 Bondowoso ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Nasib Petani di Negeri ini

Nasib Petani di Negeri ini

Jum'at malam kemarin tepatnya 17 April 2020, saya sempatkan untuk ber Silaturrahmi ke rumah teman yang dia sebelumnya pernah 1 tahun di Jepang dalam rangka magang, Qomaruddin namanya saya biasa memanggilnya Pak Qama.

Di Jepang dia magang di pertanian, menurut yang dia ceritakan pada saya disana dia tinggal dengan keluarga Jepang, keluarga petani tulen yang sampai saat ini tetap berkomunikasi dengannya meski dia semenjak beberapa tahun lalu sudah pulang ke Indonesia namun komunikasi itu masih berlangsung.

Mungkin dari hasil magang di Jepang itu pula sampai saat ini dia tekun menggeluti dunia pertanian, bahkan dua tahun yang lalu dia juga sempat menjabat sebagai ketua kelompok tani di desa saya.

Ada beberapa hal yang bisa saya terima darinya setelah bincang bincang santai Ba'da Sholat Isya' kemarin malam, diantaranya kurangnya pengayoman pemerintah untuk harga produk hasil pertanian.

Di Jepang pengaturan terhadap harga produk hasil pertania dilakukan oleh pemerintah bagian husus semacam Dinas Pertanian kalau di Indonesia. Kebanyakan hasil pertanian disana dibeli oleh pemerintah sehingga pemerintah bisa mengendalikan harga yang layak.

Misal ada pihak swasta yang akan membeli langsung ke petani maka aturannya tidak boleh dibawah harga beli pemerintah pada petani atau dengan kata lain harus diatas harga pemerintah, sehingga petani tidak beresiko dirugikan oleh tengkulak swasta.

Di Indonesia bukannya petani tidak bisa mengelola pertaniannya secara maksilam, namun kekhawatiran petani adalah harga jual yang tidak sepadan dengan biaya pengelolaan sementara pengelolaan pertanian secara maksimal tentunya akan membutuhkan biaya yang sedikit lebih mahal daripada dikelola biasa biasa saja.

Setelah panen, petani Indonesia harus mencari pasar sendiri untuk penjualannya ditengah kenyataan harga yang diberikan pembeli atau tengkulak yang satu dengan yang lain berbeda beda.

Kenyataan kenyataan semacam itu yang kemudian membuat petani tidak mau beresiko mengolah pertaniannya secara maksimal.

Termasuk Hikmah dari Silaturrahmi kemarin malam juga, mungkin dampak dari sulitnya memasarkan hasil pertaniannya, Pak Qama teman saya itu juga sempat menanyakan bagaimana cara menawarkan produk pertanian secara online.

Saya sampaikan sekilas mengenai proses promosi dan transaksi secara online, mungkin untuk awal bisa menawarkan melalui grup WA sebelum nantinya ke aplikasi toko online yang banyak kita temui saat ini.

Dia mengabarkan 2 minggu lagi akan panen mentimun varian bagus yang enak rasanya.

Saya sampaikan…. Ya coba nanti saya bantu menawarkan paling tidak untuk lingkup dalam kota terlebih dahulu menggunakan grup WA.

Terbersit dalam hati… Semoga bisa membantu, bukan untuk mencari penghasilan namun paling tidak bisa bermanfaat untuk orang lain.

Begitulah kenyataan nasib petani di Negeri ini.

Semoga kedepan ada perhatian lebih dari pemerintah agar Negara yang ber label Negara Agraris ini benar benar bisa mensejahterakan petaninya, sehingga generasi muda tidak lagi gengsi untuk bertani.

Nur Muhammad Fadli : 081336516200

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post