Termakan Brand
Alhamdulillah Meteor yang viral beberapa hari kemarin itu ternyata tidak benar benar ada, sehingga pagi ini kita masih bisa bernafas lega menikmati perjalanan meniti Romadlon di anak tangga ke limabelas.
Tulisan renyah ala Abah Dahlan Iskan baru saja saya baca seusai Jama'ah Subuh dan Tilawah beberapa Ayat Al Qur'an pagi tadi.
"Beda Derajat" itulah judul artikel Beliau pagi ini di Funs Page yang diberi nama Catatan Dahlan Iskan itu, isinya menceritakan kunjungan Beliau ke pabrik tekstil di Probolinggo milik seorang pribumi asal Magetan.
Artikel renyah yang menginspirasi saya untuk sedikit membahasnya dengan pembahasan yang sedikit berbeda.
Berikut sedikit kutipan dari artikel tersebut yang menarik perhatian saya :
"Mas Pri-lah yang membidani produksi celana jeans Levi’s seri 501 yang legendaris itu. Kalau di kancing celana kain itu ada angka 133, itulah bikinan Mas Pri dan tim-nya. Angka 133 sebagai tanda bahwa Levi’s itu bikinan Probolinggo. Bikinan negara lain menggunakan nomor yang berbeda".
Bisa kita bayangkan misal produk celana itu tidak di ekspor ke Negara pemilik Brand dan kemudian baru masuk lagi ke Negeri ini membawa Brand nya.
Mungkin akan berbeda jika dari pabriknya langsung di Probolinggo kemudian langsung saja di pasarkan di Indonesia tanpa di ekspor terlebih dahulu ke Amerika yang punya Brand Levi's itu, bisa jadi orang tidak akan begitu melirik produk yang satu ini meskipun bahan dan kualitas yang dipakai adalah standart si empunya Brand tersebut.
Begitulah kebanyakan dari kita, entah sekedar ikut trand, gengsi atau apa tak jarang kita masih termakan Brand dalam menentukan pilihan, lebih memilih Brand luar Negeri meskipun kenyataannya itu hasil produksi Negeri sendiri.
Padahal justru dengan sekedar ditambah label Brand tertentu maka harga barang akan jauh lebih mahal dari harga sebelumnya sebelum diberi label Brand meskipun dengan kualitas barang yang sama persis, itu artinya kita harus merogoh gocek lebih dalam untuk bisa membelinya.
Levi's itu aslinya ada yang diproduksi di Probolinggo, namun misal tanpa menggunakan embel embel Levi's saat dipasarkan maka konsumen akan kurang tertarik untuk membeli, ahirnya produsen harus mengekspor terlebih dahulu produknya ke perusahaan yang empunya Brand Levi's, disitulah kemudian produk itu diberi label Levi's dan kemudian diekspor kembali untuk dipasarkan ke Negara kita.
Begitulah jadinya kalau kita masih fanatik dengan Brand saat menentukan pilihan untuk membeli, lalu kapan pengusaha Negeri ini akan berkembang dengan Brand nya sendiri dengan kualitas yang tak kalah bagusnya…
Bukankah kita juga akan diuntungkan dengan mendapatkan harga yang lebih murah disamping juga kualitasnya yang sama persis dengan brand ternama…
Bondowoso, 08 Mei 2020
(Oleh : Nur Muhammad Fadli, ST)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar