Fahmi Hidayatun

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengambilan Keputusan berbasis Nilai Kebajikan

Pengambilan Keputusan berbasis Nilai Kebajikan

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).Bob Talbert

Kutipan di atas mengingatkan peran kita sebagai pendidik. Bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan namun lebih kepada menebarkan nilai-nilai kebajikan. Terkadang nilai kebajikan yang kita tanamkan tidaklah dapat dipetik saat ini juga, namun bila dilakukan secara konsisten dan kontinyu dan dilakukan serentak oleh semua pendidik, yakinlah buah yang akan kita peroleh adalah hasil dari nila-nilai kebajikan tersebut. Seperti halnya Ki Hajar Dewantara mengibaratkan pendidik sebagai petani dan murid adalah benih.

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manuisa Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Kepemimpinan seorang pendidk tentu akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan atau kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebajikan tidak serta merta diberikan kepada murid. Pun jika hanya sekedar materi yang tersampaikan dalam pembelajaran tidak akan dicerna dengan mudah. perlu dileburkan dengan penerapan dimana pendidik lah yang akan memimpin proses ini.

Penintegrasian nilai dan prinsip kebajikan ini perlu drencanakan, dievaluasi, diadakan refleksi dan berkolaborasi sehingga menjadi sebuah iklim yang disebut dengan budaya positif. Disinilah peran seorang pendidik akan teruji dengan cara pengambilan keputusan yang tetap berpihak kepada murid, berdasar nilai-nilai kebajikan dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi

Education is the art of making man ethical.Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Pendiikan adalah seni yang menuntun segala kodrat anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Setiap anak adalah unik dengan segala kebihan dan kekurangannya. Pendidik lah yang mampu menyelami bakat dan minat murid agar menjadi pribadi yang dapat terpenuhi lima kebutuhan dasarnya, menjadi manusia merdeka dengan pilihannya. Oleh karenanya, pada saat seorang pendidik dihadapkan pada situasi untuk mengambil keputusan, perlu kiranya mempertimbangkan faktor-faktor di atas, dimana tujuan akhir keputusan yang dibuat adalah menjadikan murid dapat berperilaku etis, sesuai dengan nila kebajikan yang diyakininya

Bagaimanakah seorang pendidik dapat membuat keputusan yang bertanggungjawab terhadap nilai nilai kebajikan?

Dalam mendidik, seringkali pendidik dihadapkan pada situasi bujukan moral yaitu suatu keadaan benar vs salah, maupun dilema etika, yaitu keadaan benar vs benar. Mungkin lebih mudah jika kasus yang kita hadapi merupakan sebuah bujukan moral, namun akan berbeda jika hal tersebut merupakan dilema etika yang menyebabkan pertentangan antara nilai-nila kebajikan.

Secara umum, ada "439 P" langkah dalam mengambil keputusan yang berbasis nilai-nila kebajikan, yaitu 4 Paradigma, 3 Prinsip dan 9 Pengujian.

4 Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

Individu lawan kelompok (individual vs community) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Sedangkan 3 prinsip tersebut adalah:

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dan langkah terakhir pada pengambilan keputusan yang berbasis nilai kebjiakan adalah pengujian dari pengambilan keputusan itu sendiri

Berikut adalah 9 langkah pengujian pengambilan keputusan :

Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. Pengujian benar atau salah, Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Melakukan Prinsip Resolusi Investigasi Opsi Trilema Buat Keputusan Lihat lagi Keputusan

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu " Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani" memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Pendidik diharapkan dapat menjadi teladan di hadapan murid-muridnya sehingga cara dalam pengambilan keputusan akan menjadi warisan pengalaman, dan ketika dudk bersama murid dalam pembelajaran di kelas, pendidk dapat menjadi motivator yang menyelaraskan antara kekuatan disiplin positif serta saat di belakang untuk mendorong murid-murodnya dapat menjadi coach yng selalu siap memberikan coaching saat diperlukan.

Tentunya dengan nila-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik akan sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Selalu mengusung keberpihakan pada murid, inovasi dnegan tetap berperilaku reflektif dan kolaborasi akan mampu melahirkan keputusan yang bijak dan bertanggung jawab Sebelum mengambil keputusan perlu kiranya dilakukan coaching untuk dapat mengasah keterampilan membuat keputusan. Pada penerapan alur TIRTA dalam teknik coaching akan diperoleh beberapa alternatif penyelesaian masalah sehingga dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan. Dengan menggunakan alur ini identifikasi masalah akan menjadi landasan dalam rencana pengambilan keputusan yang akan dibuat Tentunya dalam menjalankan pengambilan keputusan, seorang pendidik perlu mengelola aspek sosial emosionalnya. Hal ini akan berpengaruh pada kasus dielema etika dimana keputusan yang diambil tidak boleh dilakukan secara gegabah, namun harus dipikirkan secara matang dengan "439P" tadi. Pada dasarnya tidak ada keputusan yang salah jika berpijak pada paradigma dan prinsip yang akan diambil. Sekali lagi, nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik adalah modal utama pada pembahasan kasus yang berfokus pada moral dan etika. Nilai ini adalah nila bawaan yang diusung sejak pendidk itu sendiri mengalami " pendidikan" dan memilih sebagai " pendidik". Semakin kuat nilai kebajikan yang dimiliki seorang pendidk akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat sehingga tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman Sekolah merupakan institusi moral yang menjunjung nilai-nilai kebijakan. Tentu tidak mudah menjalankan keputusan terhadap kasus dilema etika ini di sekolah. Budaya yang sudah mengakar, eksositem, menjadi tantangan tersendiri. Untuk merubahnya tentu diperlukan pendekatan personal, upaya yang tak kenal lelah agar terjadi perubahan paradigma yang ada. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat buat murid? Setiap murid memiliki kodratnya masing-masing sesuai dengan lingkungan dan masanya. Maka seyogyanya guru dapat mengambil keputusan dalam pembelajaran agar dapat memerdekakan murid sesua dengan kodratnya. Pembelajaran tidak lagi hanya dengan satu metode dan seragam. Namun perlu diupayakan pembelajaran yang berdifrensiasi untk menggali dna mengembakan bakat, minat dan potensi murid dengan tidak mengindahkan kompetensi sosial-emosionalnya. Hal ini diperlukan agar murid mencapai kebahagiaan dan keselamatan pada akhir tujuan pembelajaran yang diupayakan tersebut. Pada akhirnya pendidik adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mengemban nilai-nilai perannya secara lahir dan nilai kebajikan secara batin. Pemimpin pembelajaran yang berani untuk selalu berpihak kepada murid agar menjadi manusia yang berakal dan berbudi. Dalam setiap pengambilan keputusan, pemimpin pembelajaran tetap berpegang kepada visi pendidkan dan tidak mengesampingkan kompetensi sosial emosional pada saat menegakkan budaya positif. Pemimpin pembelajaran bukanlah seorang yang digdaya dengan mengupayakan sendiri tujuan tersebut. Tapi dengan kolaborasi dan bersinergi dengan rekan sejawat baik melalui coaching atau media lainnya dapat mewujudkan tugas mulia ini Bagi saya pribadi banyak hal yang perlu dibenahi dalam pengambilan keputusan dengan 439P. Sebuah keputusan perlu dipertanggungjawabkan secara moral, etika, berlandaskan pada nilai-nila kebajikan dan berpihak pada murid. Sebelum mempelajari hal ini, saya lebih sering mengambil keputusan dengan cepat, tidak mengindahkan sosial emosional dan menyampingkan nilai-nilai yang bertentangan. Tentunya hal ini akan menjadi catatan dan pengingat saya ke depan pada saat mengambil keputusan. penting sekali hal hal diatas dipelajari, baik sebgai individu agar dapat menjadi pribadi yang berkahlak mulia maupun sebagi pemimpin yang perlu memikirkan orang banyak. Akhir kata, semoga kita semua dapat menjadi pemimpin bagi diri sendiri yang dapat dipertanggungjawabkan kelak.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post