Oleh: Faidah Setyaningsih

Guru SMA Mirit Kebumen

Setelah tahun lalu pelaksanaan Ujian Nasional (UN) ditiadakan karena adanya pandemi korona, tahun ini ujian yang pernah menjadi momok bagi sebagian siswa maupun orang tua tersebut resmi dihapus. Sebagai gantinya Kemendikbud memberlakukan adanya Asesmen Nasional (AN).

AN ditetapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem pendidikan. Hasil AN tidak memiliki konsekuensi apapun pada proses pencapaian belajar siswa. Tetapi, dapat menjadi umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran dan kompetensi siswa. AN merupakan sistem penilaian yang bersifat komprehensif. Ia diyakini lebih mampu memberikan gambaran tentang kualitas pendidikan secara menyeluruh dibandingkan UN yang selama ini baru menilai siswa dari aspek kognitif atau pengetahuan.

Selain melihat kemampuan siswa dari sisi kognitifnya, AN juga memuat penilaian afektif atau sikap. AN terdiri dari Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), survey karakter dan survey lingkungan belajar.

AKM terdiri atas asesmen literasi membaca dan asesmen numerasi. Literasi membaca termasuk kompetensi yang paling mendasar yang akan dievaluasi dalam AKM. Literasi baca dan tulis merupakan pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi serta berpartisipasi di lingkungan sosial. Asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi beragam konten, bermacam konteks dan beberapa tingkat proses kognitif. Kemampuan literasi membaca ini tidak hanya digunakan dalam pelajaran bahasa melainkan dapat berguna untuk semua mata pelajaran.

Sedangkan numerasi merupakan kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan disposisi yang dibutuhkan siswa untuk memanfaatkan matematika dalam situasi yang lebih luas. Numerasi menuntut siswa untuk mampu mengenali dan memahami peran matematika di dunia serta menggunakan matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.

Berbeda dengan UN yang soal-soalnya dalam bentuk pilihan ganda, AKM memiliki bentuk soal yang lebih bervariatif seperti pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian. Pertanyaan dalam AKM dikembangkan atas dasar kompetensi, bukan hafalan materi seperti yang selama ini sering terjadi dalam proses penilaian. Soal-soal dalam AKM memberikan ruang yang luas bagi siswa untuk terus mengembangkan kemampuan dalam bernalar. Sehingga menyelesaikan soal AKM tidak dapat dilakukan melalui latihan soal-soal semata. Tetapi, perlu menciptakan pembelajaran yang melatih proses penalaran.

Dari hasil AKM sekolah dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi siswa. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi dapat dikategorikan dalam empat tingkatan, yaitu perlu intervensi khusus, dasar, cakap, dan mahir. Hasil tersebut ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Perlahan praktik pembelajaran berubah dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.

Mirit, 22 Februari 2021