Faidah Setyaningsih

Teruslah menulis meskipun tidak ada orang yang membacanya....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kupat Sumpil (Kearifan Lokal yang Hampir Punah)

Kupat Sumpil (Kearifan Lokal yang Hampir Punah)

Oleh: Faidah Setyaningsih. 

 

Selepas Maghrib kami kedatangan tamu. Tamu yang tak diundang. Mereka adalah kakek dan pakde anak-anak kami. Ada apa gerangan mereka datang malam-malam begini?

Dua anak kami yang paling girang menyambut kedatangan mereka. Hal pertama yang mereka lakukan adalah menyambar jajan yang kakek bawa. "Mi, bukain Mi." pinta mereka menyodorkan plastik pembungkus jajanan anak-anak itu. Mereka segera menikmati jajanan kesukaan penuh suka cita dengan sesekali bercanda.

Para orang tua berbincang banyak hal. Virus korona menjadi topik yang hangat sambil kami menikmati kopi. Tas yang dibawa kakek kami buka. Wah, ternyata kakek membawa kupat sumpil buatan nenek.

Kupat atau yang biasa disebut ketupat merupakan olahan dari beras. Makanan sebagai pengganti nasi ini biasa disantap bersama opor, sate, atau sayur lain sesuai selera penikmatnya.

Jenis ketupat beragam sesuai bahan pembungkusnya. Bungkus yang berbeda memberikan sensasi rasa yang berbeda pula. Umumnya ketupat dibungkus dengan anyaman daun kelapa yang masih muda. Warnanya kuning kehijauan. Ketupat juga dapat dibuat dengan daun bambu. Ini yang dinamakan kupat sumpil.

Cara membuat ketupat ini lebih mudah dibandingkan membuat dari daun kelapa karena tidak perlu menganyam terlebih dahulu. Tapi memang membutuhkan ketrampilan khusus agar bungkus kupat sumpil tidak mudah lepas.

Seperti membuat ketupat pada umumnya, langkah pertama adalah mencuci beras sampai bersih agar ketupat yang dihasilkan tahan lama dan tidak mudah basi. Setelah bersih, beras ditiriskan hingga tuntas dari kandungan airnya. Beras yang sudah setengah basah tersebut dibungkus dengan daun bambu pilihan berbentuk segitiga. Pada lipatan terakhir disematkan lidi sebagai pengait agar bungkusan tidak lepas saat direbus. Butuh waktu lebih satu jam untuk merebusnya hingga beras matang dan menjadi kupat sumpil yang siap dinikmati. Akan lebih nikmat apabila dimasak dengan menggunakan kayu bakar.

Kupat sumpil saat ini sudah mulai jarang ditemui. Bahkan mungkin banyak orang yang tidak dapat membuatnya. Kebanyakan dari mereka lebih memilih membuat ketupat dengan bungkus plastik. Lebih mudah dan tidak ribed. Tetapi, rasanya jelas berbeda. Kupat sumpil mengandung aroma harum daun bambu yang khas. Selain itu, ada sensasi rasa spesial yang sulit diungkapkan dengan kata-kata saat dikunyah di lidah. Bahkan, ketika menikmatinya tanpa lauk maupun sayur pelengkap sekali pun. Tetap terasa enaknya.

 

Tantangan Hari ke-73

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Enak Bu saya sudah membayangkan rasanya

06 Apr
Balas

Dicoba Bu..

07 Apr



search

New Post