Faidah Setyaningsih

Teruslah menulis meskipun tidak ada orang yang membacanya....

Selengkapnya
Navigasi Web
Mie Ayam Perdana (Bagian 1)

Mie Ayam Perdana (Bagian 1)

Oleh: Faidah Setyaningsih

Sudah beberapa hari Ucup merasakan kepalanya pusing. Suhu badannya tidak seperti biasanya. Sepanjang hari yang dilakukan hanya berdiam diri di kamar. Tubuhnya dibalut sarung yang biasa dipakai ke musholla kampung.

"Ncup, kenapa ngeruntel aja di kamar? Ayo, bantu Emak ambil kayu bakar!" teriak Emak dari arah dapur. Setiap pagi Emak harus membuat gula merah tetangganya. Dari sana mereka dapat uang untuk makan sehari-hari.

Sosok yang dipanggil belum juga muncul. Suaranya pun tidak terdengar sama sekali. Emak beranjak dari depan tungku. Bergegas masuk ke kamar anak si mata wayangnya.

"Astaghfirullah hal adzim..." teriak Emak sambil menarik sarung yang membungkus tubuh Ucup.

"Waduh, panas banget!" Emak kaget setelah tangannya menyentuh kaki Ucup.

"Jangan Mak, Ucup dingin." kata Ucup menarik sarungnya kembali.

"Ya sudah, kamu istirahat dulu. Emak ambilkan godong towo." ucap Emak lembut sambil menutup kaki Ucup yang masih terlihat sedikit. Ucup tidak menjawab. Hanya rintihan pelan yang terdengar.

Emak bergegas ke belakang rumah. Di samping sumur ada pohon dadap serep. Di kampung daun dadap serep yang biasa disebut godong towo biasa digunakan untuk menurunkan demam. Emak memetik beberapa tangkai daun. Memasukkan daun ke dalam baskom berisi air.

"Sini Cup, biar sakitnya cepat sembuh." ucap Emak menempelkan daun dadap serep di kepala anaknya. Ucup hanya menurut perlakuan Emaknya. Matanya masih juga terpejam.

Emak kembali meninggalkan Ucup menuju dapur. Menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda. Emak meniup bara api yang padam karena tidak ditunggui. Api kembali menyala memanaskan air nira kelapa di dalam wajan besar. Pikirannya menerawang teringat obrolan tetangga tempo hari. Kata tetangga saat ini sedang ada wabah virus berbahaya. Gejalanya badan terasa panas. Emak berharap Ucup tidak terkena penyakit yang katanya sudah merenggut nyawa banyak orang.

Setelah menyelesaikan pekerjaan dapur, Emak kembali ke kamar Ucup. Membawa sepiring nasi dengan sayur bening bayam yang masih hangat.

"Cup, ayo makan dulu. Biar cepat sehat. Emak sedih kalau anak Emak begini." ucap Emak dengan suara tertahan. Air matanya ditahan agar tidak tumpah. Emak menyuapi Ucup suap demi suap.

"Cepat sembuh ya Cup, ntar kalau sudah sembuh, Ucup minta apapun bakal Emak turuti." kata Emak sambil terus memasukkan nasi ke mulut anaknya.

"Kalau besok sembuh Ucup pengin apa?" tanya Emak.

Lama Ucup tidak menjawab. Mulutnya masih mengunyah nasi sayur perlahan.

"Pengin apa Cup?" tanya Emak lagi.

"Ucup pengin makan mie ayam, Mak!" jawab Ucup pelan.

"Mie ayam? Ya, bakal Emak beliin.Di mana yang jual mie ayam?" ucap Emak antusias.

"Di dekat sekolah Ucup ada." jawab Ucup.

"Ya, kamu makan yang banyak ya, besok kalau sudah sembuh kita beli mie ayam." Emak makin bersemangat menyuapi anaknya. Tapi Ucup malah menggeleng.

"Udah kenyang, Mak!" kata Ucup.

"Ya sudah kamu tidur lagi biar enakan, Emak mau beres-beres dapur." kata Emak beranjak dari dipan tanpa kasur. Hanya tikar pandan yang sedikit sobek di bagian tengahnya yang menutupi tempat tidur peninggalan suaminya.

(Bersambung)

Tantangan Hari ke-89

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post