Faidah Setyaningsih

Teruslah menulis meskipun tidak ada orang yang membacanya....

Selengkapnya
Navigasi Web
Mie Ayam Perdana (Bagian 2)

Mie Ayam Perdana (Bagian 2)

Oleh: Faidah Setyaningsih

 

Sepanjang malam Emak tidur di samping Ucup. Beberapa kali Emak memegang dahi anak kesayangannya itu. Emak tersenyum. Suhu badan Ucup sudah mulai turun. Ucup pun sudah bisa tidur pulas. Sudah tidak terdengar lagi igauan seperti malam sebelumnya. Emak pun ikut tidur hingga pagi.

Sebelum Subuh Emak sudah bangun. Bergegas ke dapur menyiapkan sarapan dan memanaskan air. Ucup terlihat masih terlelap. Emak melihat sepintas wajah anaknya yang mengkilap oleh keringat. Meninggalkannya dan membiarkannya bangun sendiri nanti.

Saat sedang asyik di depan tungku, Emak dikagetkan oleh seseorang yang menyentuh pundaknya. Sontak Emak menoleh.

"Ucup sudah sembuh Mak." sebuah senyum menyeringai dari belakang.

"Alhamdulillah...." Emak beranjak berdiri. Mengelus-elus kepala anaknya, "sekarang mandi terus kita beli mie ayam." lanjut Emak masih dengan senyum bahagia.

"Sana ke sumur, Emak bawakan air panasnya." cerocos Emak tanpa henti saking bahagianya.

Emak pun bersiap-siap mengenakan pakaian yang pantas. Segera Emak mengambil simpanan uang di bawah tikar tempat shalatnya. Ada beberapa lembar uang puluhan ribu di sana. Upah membuat gula dari tetangga selama beberapa hari ini. Emak membungkus lembaran uang itu dengan plastik bening. Mengikatnya dengan kuat di ujung selendangnya. Seperti khawatir jatuh dan hilang saja.

"Ayo, Mak, Ucup sudah siap." suara dari belakang mengagetkan Emak. Ucup sudah berdandan dengan kaos terbaiknya. Wajahnya sumringah. Tidak terlihat bekas sakit di wajahnya.

Emak dan Ucup bergegas menuju tempat mie ayam yang ditunjukkan Ucup. Hanya berjalan kaki. Sepeda peninggalan bapak Ucup sudah dijual beberapa waktu lalu saat Ucup butuh untuk membeli perlengkapan sekolah di awal tahun ajaran baru. Rasa lelah menempuh perjalanan hampir 2 km tidak dirasakan Ucup. Hatinya sedang bahagia membayangkan mie ayam yang selama ini hanya didengar ceritanya dari teman-temannya.

"Silakan Bu, pesan apa?" tanya pelayan di warung mie ayam pada Emak. Perempuan tua itu hanya diam. Matanya memandang Ucup berharap anaknya bisa menjawab pertanyaan si pelayan.

"Mie ayam dua." jawab Ucup menangkap isyarat tatapan mata Emaknya.

"Minumnya apa?" lanjut pelayan itu.

"Mmmm, teh anget dua." jawab Ucup setelah berfikir sejenak.

Emak hanya tersenyum sambil membatin betapa anaknya ternyata berpengalaman juga makan di warung.

Sambil menunggu pesanan Emak mengamati sekeliling. Meja-meja yang berjajar rapi dengan deretan botol minuman dan entah botol apa lagi. Baru sekali Emak melihatnya. Tangan Emak memegang-megang botol itu sambil mengamati gambar dan tulisan yang tertera di sana. Sok bisa membaca aja dia.

"Silakan, Bu, Dik, pesanannya." pelayan meletakkan dua mangkuk mie ayam dan dua gelas teh manis di meja depan Emak dan Ucup.

Emak mengamati mie yang ada di depannya. Ucup mengambil sendok dan garpu dan memberikan pada Emaknya.

"Ayo, Mak dimakan!" kata Ucup melihat Emaknya malah bengong di depan makanan impian Ucup itu. Laki-laki sepuluh tahunan itu menyeruput teh manis yang masih hangat.

Emak langsung menyendok mie yang ada di depannya. Diam sesaat. Mencoba merasakan makanan yang baru sekali dilihatnya.

"Kok seperti ini. Ngga jelas rasanya. Enakan masakan Emak di rumah." kata Emak dengan suara keras. Pelayan yang sedang membersihkan meja di samping meja Emak menoleh. Hatinya dongkol mendengar komentar pembelinya itu. Baru kali ini, makanan di warungnya mendapatkan komentar negatif. Biasanya pelanggan selalu merasa puas dengan makanan yang dijual di warungnya. Bahkan hari berikutnya akan datang untuk kembali makan di sana.

Pelayan memperhatikan Emak yang menyendok mie dengan wajah tanpa selera. Dia berjalan mendekat Emak dan memberi tahu Emak cara makan mie ayam. Mengambilkan sambal, kecap dan saos yang ada di meja depan Emak. Menaruhnya di mangkuk Emak dengan porsi yang cukup. Mengaduknya perlahan hingga rata.

"Silakan, sekarang dinikmati!" ujar pelayan berusaha seramah mungkin. Emak menyendok kembali mie yang sudah ditambahkan kecap, saos dan sambal di mangkuknya.

"Emmm, iya enak." kata Emak manggut-manggut, "makasih ya, Mba!" ujar Emak pada pelayan yang masih berdiri di samping Emak. Pelayan itu hanya tersenyum dan membiarkan Emak menikmati mie yang ternyata memang enak.

Ucup yang sejak tadi memperhatikan pelayan saat menambahkan bumbu tambahan ke mangkuk segera mengikuti apa yang dilakukan pelayan tadi. Ternyata bukan cuma Emak, Ucup pun baru tahu cara enak makan mie ayam.

 

(Selesai)

 

Tantangan Hari ke-90

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kesian emak dan Ucup.. ditungggu karya berikutnya bu. Barokallah

23 Apr
Balas

Iya Bu, tapi cita-citanya utk bisa makan mie ayam tercapai Bu, hehe...

23 Apr



search

New Post