Menelisik sisa dari bencana alam yang terjadi di Sentani Papua membuat diri bertanya adakah kesalahan manusia yang mengakibatkan bencana separah itu. Berbagai macam bentuk matrial mulai dari pasir yang mendominasi, batu dan gelondongan kayu menjadi saksi adanya kehilangan nyawa dan kerusakan yang ditimbulkan dari bencana alam. Kejadian yang menimbulkan kerusakan terparah dialami di dua distrik utama yaitu Kecamatan Sentani, dan Kecamatan Waibu Kabupaten Jayapura.

Selain menyisakan duka yang mendalam dan kerugian material maka dampak juga pada anak usia sekolah ini sangat terdampak. Mulai dari keadaan psikologi awal yang terganggu sampai dengan keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang terputus serta tempat pengungsian yang memang bukan menjadi tempat layak anak karena rata-rata berada di pengungsian dilokasi perkantoran dan beberapa lapangan olahraga. Mulai kelayakan air bersih dan tempat hunian sangat terbatas juga pakaian layak pakai susah ditemukan karena sebagian besar terseret gelombang air bah.

Menentukan layanan pertama pada korban bencana sangat diperlukan dengan langkah identifikasi awal:

Berkoordinasi dengan petugas lapangan yang menjadi koordinator lapangan Mendata jumlah pengungsian yang terdata sebagai anak usia sekolah sebagai sasaran pelayanan; Memberikan bantuan makanan siap hidang, dan pakaian layak pakai; Menentukan permainan yang bisa dimainkan disegala kondisi alam, dengan melibatkan anak berjumlah banyak dan berbagai strata umur yang ada dalam satu posko pengungsian; Memberikan penguatan mental untuk anak-anak agar siap kembali kerumah dan juga siap relokasi sesuai dengan kondisi orangtua.

Kondisi dipengungsian yang belum stabil juga perlu dipikirkan sehingga jangan sampai mengganggu petugas lain saat melaksanakan pertolongan kemanusiaan. Sebagai relawan yang memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan maka bisa mendukung jika saja ada petugas relawan lain yang ingin memberikan bantuan penyelamatan dan kesehatan yang akan mengakses para pengungsi.

Kondisi yang seperti ini memunculkan ide dan juga pertanyaan yang besar, apakah sudah ada pengenalan pencegahan dan mitigasi bencana kepada anak usia dini dari pendidik atau orangtua? Atau sepeti apa bentuk pengenalan pencegahan dan mitigasi bencana untuk PAUD? Ide besarnya adalah bagaimana untuk mengenalkan langkah pencegahan dan mitigasi bencana?

Maka dengan adanya hal tersebut bisa dilakukan pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan pertama dan utama dilingkungan terdekat pada anak usia dini. Diantaranya memakai lingkungan rumah dan PAUD sehingga memunculkan sebagai berikut :

Memberikan simbol yang tepat untuk menuju kepada lokasi aman dan tidak berdampak. Melakukan simulasi tepat anak usia dini pencegahan dan mitigasi bencana. Membuat ragam main bentuk alat permainan edukatif terkait bentuk-bentuk bencana. Berkoordinasi dengan mitra lembaga lain untuk kunjungan tema besar.

Sehingga mutu kualitas lembaga PAUD dengan langkah pencegahan dan mitigasi bencana dalam rangka menambah pengetahuan sikap dan keterampilan. Pengetahuan bagi anak usia dini menjadi langkah untuk memahamkan anak melalui berbagai pendakatan kebencanaan baik yang biasa terjadi maupun yang jarang terjadi. Sehingga perlu pengkajian untuk prioritas menentukan ragam bencana yang akan dipilih untuk diajarkan.