Literasi Membuahkan Hasil

Oleh Faizah

Guru MTsN 2 Pasaman Sumbar

Ikut pelatihan menulis dan sudah menghasilkan sebuah karya, membuatku merasa bahagia. Karena ada yang akan dikenang dengan buku yang sudah ditulis. Buku ini mengisahkan tentang pengalaman hidup, selesai kuliah. Dengan suka duka yang saya  jalani. Banyak teman yang membacanya terharu dan berharap cerita dalam buku itu ada lanjutannya.

Saya juga mempunyai seorang anak yang sekarang sudak duduk dibangku MTs. Namanya Dzaskiya. Ia sudah mempunya segudang prestasi. Sejak kelas tiga SD sampai sekarang prestasi itu selalu diraihnya. Prestasi yang diperolehnya adalah dibidang al-Qur’an. Ini sudah sampai ke tingkat propinsi diperolehnya.

Disamping itu ia juga rajin membaca. Kadang-kadang cerita di webtoonpun sering dibacanya. Karena ceritanya bergambar ia ketagihan membacanya. Selain itu membaca novel di whatpadpun sering dibacanya. Pernah ia bermohon untuk dibelikan novel. Saya mengajaknya melihat novel di tempat bajakan. Penjual novel memperlihatkan novel yang ada. Ternyata yang diperlihatkan penjual itu sudah banyak yang dibacanya. Saya jadi heran dan takjud dengannya. Akhirnya ada 2 novel yang menarik  dan dibelinya.

Di samping membaca, Dzaskiya juga sering menulis. Saya tak menyangka Dzaskiya mampu merangkai kata yang sangat indah, Ini tergambar dari diary yang dimilikinya. Walaupun diary itu tidak setiap hari ditulisnya. Ia sering memperlihatkan diarynya itu sambil berbagi cerita. Acungan jempol sering saya tunjukkan kepadanya.

Karena sudah banyak buku yang dibacanya dan beberapa tulisan yang sudah ditunjukkannya, saya berpikir, berarti sudah banyak perbendaharaan kata yang bisa ditulisnya. Saya berharap supaya ia ikut pelatihan menulis. Karena sekarang saat pandemi ada pelatihan menulis yang dilaksanakan oleh Sasisabu. Awalnya ia menolak dan beralasan tidak bisa menulis. Tapi setelah saya jelaskan supaya ia menulis tentang pengalaman yang pernah dilaluinya, iapun mau. Saya mendaftarkannya.

Selesai pelatihan Dzaskiya mulai bingung dengan  tulisan yang akan ditulisnya. Saya memberi masukan dan arahan tentang tulisan yang akan ditulisnya. Poin-poin yang akan ditulisnya saya berikan. Saya yakin Dzaskiya pasti paham apa yang yang akan ditulisnya, karena ini merupakan pengalamannya sewaktu ia berpisah denganku untuk belajar membaca Al-Qur’an selama setahun. Banyak suka duka yang dilaluinya yang bisa ditulisnya.

Dzaskiya harus bisa membagi waktunya, belajar yang dilaksanakan secara daring, memurojaah hafalan dan juga setiap sore mengaji ke tempat gurunya. Malam sebelum sebelum tidur ia asyik dengan Hpnya menulis. Kadang-kadang selesai agak dua halaman, atau lebih. Setiap selesai satu judul Dzaskiya pasti melihatkan tulisannya. Saya selalu memberi motivasi acungan jempol setiap ia melihatkan tulisannya.

 Dengan kegigihan disela-sela waktu luangnya, dengan segudang kegiatan, akhirnya buku yang ditulisnya selesai sesuai deadlline. Sebelum dikirim Dzaskiya berharap bukunya diedit dulu. Karena takutnya banyak huruf yang tinggal dan kata-kata yang kurang bagus. Selesai di edit bukunya langsung saya kirim.

Beberapa hari setelah  buku dikirim, suatu sore Dzaskiya  berteriak memanggil. “Ma lihat, ma,” katanya sambil mendekatiku yang sedang duduk di ruang tengah. Ia memperlihatkan cover bukunya sudah dikirim editor melalui WA grupnya. Ia tampak sangat bahagia dengan kehadiran cover bukunya itu. Ada kebahagian tersendiri dengan kehadiran covernya itu. Dzaskiya bertekad untuk terus menulis menghasilkan karya yang bisa dibaca dan dinikmati oleh orang lain untuk berbagi pengalaman dengan hasil karyanya. Semoga ini bisa terwujud.