Dua puluh tujuh tahun yang lalu, saat saya masih menelan ingus yang keluar dari hidung, ibu begitu telaten mendampingiku mengenal huruf atau angka-angka. Saya masih ingat, selepas mengaji di mushola beliau sudah siap dengan tumpukan buku usang jaman beliau SD dulu.

Jaman dulu beda dengan jaman now loh ya. Sekarang kala matahari terbenam yang ada suara jangkrik atau burung hantu yang diputar dari gadget. Dulu saat ibu mendampingiku mengenal angka dan huruf kami ditemani suara tokek dan suara kambing yang ada di samping rumah yang rajin bersuara karena kelaparan. Ouh iya, ibu saya hanya lulusan SD. Tapi materi yang beliau berikan masih tetap teringat sampai sekarang. Lah jaman saya masih kelas 1 sudah diajari dasar negara dll. Waduh, materi itu ternyata materi kelas 4. Rahasia besar itu terbongkar kala saya sudah duduk manis di bangku kelas 4.

Saat malas datang menghampiri, tak sungkan ibu memarahi. Sedangkan bapak ga pernah ikut-ikutan dalam urusan ini. Bapak menikmati putaran mesin jahit di sudut ruang yang lain. Saat itu bapak fokus pada gunting, meteran dan mesin jahit. Mungkin dulu sebelum saya ada sudah ada kemufakatan antara ibu dan bapak dalam urusan ini. Saya yang kena marah dari ibu hanya bisa terpaksa terus mendengarkan dan mengikuti kemaun beliau. Kalimat pusaka yang beliau selalu ucapkan pada saat seperti itu “kamu besar mau jadi apa kalau seperti ini”.

Kegaduhan yang sering terjadi saat jam belajar tiba adalah penjabaran awal mimpi ibu. Dan saat ini, saat saya mengenal angka-angka nyata dalam rupiah, saya baru sadar mimpi ibu kala itu. Ketelatenan ibu dan doa-doa yang beliau selalu panjatkan membawa saya seperti ini.

Moment event kemendikbud bulan November tahun 2015 adalah peristiwa yang tak dapat saya lupakan. Saat itu saya mendapatkan selembar piagam penghargaan dari kemendikbud di Jakarta. Ini adalah salah satu kelanjutan dari mimpi ibu. So... untuk para ibu awali masa depan anakmu dengan mimpimu.

Fajar setyadi

Penulis adalah kelas SAGU SABU Banjarnegara