Antara Tukang Ikan, Warteg, dan Go-Food (Tantangan Menulis hari ke-5)
"Ikan....kan...Ikan...." teriakan itu terus bergema di sekitar gang rumahku. Selalu terdengar setiap pukul 8 pagi, 10 pagi atau juga 1 siang. Teriakan itu bisa terdengar 2 hingga 3 kali. Rasanya bagi orang lain teriakan itu tidak bermakna apapun. Apalagi ketika teriakan itu masih terdengar di kala hujan turus begitu deras. Teriakan itu menjadi begitu miris sekaligus menyiratkan bahwa mencari rezeki butuh pengorbanan serta keikhlasan. Teriakan itu juga akan begitu teras terdengar bilamana ikan kembung dan teman-temannya masih bertengger manis di atas gerobak.
Pernah sekali aku menghampiri bapak penjual ikan itu. Ia tampak lelah dan lesu karena sedari pagi ikannya belum banyak dibeli oleh orang-orang. Langganannya pun satu per satu hilang tanpa permisi. Belum lagi gurame, kembung, pisang-pisang, udang, dan mas berjejer manis di atas gerobaknya. Mereka tampak dingin mengharap belas kasih manusia untuk berbelanja ikan. Semua memang tak seindah dulu. "Ibu-ibu zaman sekarang beda sama dulu. Sekarang lebih suka beli daripada masak sendiri" ujar bapak penjual ikan sembari mengeluh sulitnya berjualan ikan.
Aku mengiyakan apa yang dikatakan oleh bapak itu. Aku juga paham bahwa zaman telah berubah karena kecanggihan teknologi. Manusia saat ini lebih menyukai hal yang praktis. Bahkan soal makanan, banyak yang berpikir dua kali untuk memasak di dapur. Pertimbangan waktu memasak menjadi faktor utama para ibu untuk membeli masakan di warung atau bahkan memesannya secara online (daring).
Warteg menjadi solusi wahid bagi para ibu yang memilih jalur anti ribet. Anti ribet mengupas bawang, mencuci bahan masakan, mengolah masakan, menyajikan, dan mencuci segala peralatan masak. Semua langkah-langkah itu teringkas dalam satu tahap yaitu menyajikan tanpa ribet memasak. Lagi pula harga masakan yang ditawarkan juga masih terjangkau sehingga bisa diseusaikan dengan kocek yang dimilki.
Warteg kini juga terdapat di berbagai lokasi yang strategis sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Menu yang dihadirkan juga variatif seperti aneka olahan sayur, berbagai tumisan, dan juga gorengan yang dapat dipilih sesuka hati. Selain itu, porsi yang ditawarkan juga cukup mengenyangkan dengan harga hemat. Semua terasa begitu sederhana tanpa harus ribet memasak di dapur.
Pilihan lain yang lebih kekinian adalah memesan makanan melalui jasa online yaitu Go-Food. Promo yang ditawarkan beragam plus potongan ongkos kirim yang seakan-akan selalu bisa merayu para kaum ibu untuk memesan makanan. Tanggal-tanggal khusus pun selalu ditampilkan begitu istimewa sehingga rugi bagi siapapun untuk melewatkan promo istimewa.
Ada pula bonus-bonus spesial untuk para pengguna setia Go-Food. Mulai dari penawaran paket makanan, penambahan poin penghargaan, dan juga beragam kemudahan lainnya. Para pengguna tentu akan selalu memanfaatkan kesempatan berharga demi memenuhi kebutuhan perut mereka. Keuntungan berlipat ganda tentu akan didapatkan langsung bila memesan melalui aplikasi online ketimbang harus bersusah payah berbelanja ke pasar lalu memasak di dapur.
Begitulah kehidupan menunjukkan bahwa akan ada selalu yang baru untuk menggantikan yang lama. Sesuatu yang memerlukan banyak pengorbanan akan tergantikan dengan sesuatu hal yang praktis. Sama halnya seperti bapak penjual ikan, warteg, dan Go Food. Ketiga sosok tersebut secara tersirat menjelaskan bahwa ada pergeseran kebiasan orang khususnya kaum ibu pada saat ini. Semoga apapun itu perubahannya Tuhan masih tetap adil pada hamba-Nya yang berjuang. Baik itu dengan tangan kosong atau juga mengandalkan kecanggihan teknologi. Rezeki telah diatur sedemikian rupa sehingga hanyalah bekerja keras tugas seorang hamba.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih Pak.