fajri alifia

Pendidik yang masih belajar dan berproses untuk kebaikan bersama. Masih mencari yang terbaik untuk perubahan besar di masa yang akan datang....

Selengkapnya
Navigasi Web

HIJRAH BUKAN SEKEDAR KATA

Bicara hijrah tentu bagi sebagian orang dapat dimaknai secara berbeda. Hijrah yang secara definisi adalah berpindah dari suatu titik kepada titik yang lain menjadikan konsep ini meluas ke dalam berbagai persepektif. Hijrah juga dilakukan demi mencapai sebuah pemaknaan hidup baru yang lebih sakral tanpa penuh kesia-siaan.

Seseorang yang melakukan proses hijrah tidaklah bisa berlangsung dalam proses singkat. Proses itu berkesinambungan selama hidup masih diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Titik mulanya juga bisa tidak disangka kedatangannya bahkan sebab musababnya. Ada halnya ketika seseorang mengalami titik jenuh setelah lama menjalani kehidupan. Ada pula juga seseorang kian terpuruk dalam cobaan hidup yang tidak berkesudahan mulai berpikir berbenah diri. Selain itu, hal yang paling urgen saat ini adalah ketika seseorang menyadari bahwa hidup seorang diri tidaklah lebih baik bila tidak memulai komitmen hidup dengan orang lain.

Saat ini memang sedang tren istilah kata “Hijrah” terkhusus di kalangan anak muda. Gemerlap hidup yang melenakan kesenangan duniawi seringkali membuai mereka dalam kemungkaran. Belum lagi terpaan pengaruh globalisasi yang begitu kuat hingga mempengaruhi pola pikir mereka. Tidak akan ada habisnya pembahasan mengenai gaya berpakaian, gaya hidup, gawai yang dikenakan, bahkan tidak jarang mereka berlomba-lomba untuk memiliki kendaraan termahal.

Kini, gengsi lebih dipuja ketimbang sejenak merenung untuk kehidupan esok yang lebih baik. Berpenampilan glamor, mengenakan barang bermerek, serta memiliki tempat tongkrongan yang berkelas lebih digilai oleh muda-mudi. Belum lagi deretan diskon yang berjubel di toko penjual daring membuat jari tidak akan berhenti berbelanja setiap harinya. Alhasil, kebiasaan konsumtif pelan-pelan menyaru dalam idealitas mereka.

Melihat fenomena di atas, anak muda yang berani hijrah tentu dikatakan melawan arus. Mereka bukan hanya akan mengalami konflik batin dalam diri, tetapi juga konflik lain yang akan muncul seraya memulai hidup lebih baik. Kalimat renyah “Sok Alim” akan mungkin terucap dari segelintir teman yang tidak menyepakati proses perubahan tersebut. Padahal menjadi seseorang yang alim bukanlah sebuah kesalahan besar melainkan refleksi syukur seorang hamba terhadap tuhannya.

Inilah pemaknaan hijrah yang begitu mendalam dalam sanubari seorang anak muda. Gejolak rasa ingin tahu yang masih menggebu-gebu seringkali harus direm secara mendadak demi mentaati norma-norma agama. Konsep “Taubat” yang masih dianggap hal sepele ketika masih muda, menjadikan mereka rela betah berdiam pada suatu tempat dalam waktu yang lama dengan mengabaikan kewajiban beragama. Konsep tersebut menurut anggapan mereka lebih tepat ditunjukkan kepada orang yang sudah berusia. Padahal malaikat Maut tidak pernah memilih siapa yang akan didahulukan pergi untuk selama-lamanya.

Kematian seringkali dijadikan sebagai sebuah nasihat paling mujarab. Mengingat kehidupan setelah mati yang hanya ditutupi oleh gundukan tanah dengan keadaan raga membisu dalam balutan kain putih membuat kita patut merenung kembali. Tidak ada tawa canda lagi dari teman, orang tua, bahkan orang terkasih. Tidak ada lagi makanan enak, pujian atas penampilan, ataupun keistimewaan selama hidup. Semua balasan serta merta datang meminta pertanggung jawaban di alam kubur.

Mati dan Hijrah menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ketika mati, seseorang akan melepaskan segalanya. Kecuali amal-amal yang telah mereka bawa sedari hidup di dunia. Dengan berhijrah, tentunya bisa mencegah penyeselan dan memulai untuk memperbaiki segalanya. Keresahan diri karena terlalu lama berada di jalan yang menyimpang juga menjadi stimulan untuk berani keluar ke arah lebih baik. Langkah ini harus segera diambil dengan penuh keyakinan tanpa takut diri merasa lebih sengsara ketika berhijrah. Hal yang diingat adalah mintalah pertolongan kepada Allah semata karena Dialah yang mengatur semua hal di dunia ini.

Berserah diri sambil berupaya untuk mendekatkan diri pada-Nya, menjadi faktor awal yang harus dimulai secara istiqomah. Memahami hakikat hidup di dunia bagi seorang anak manusia juga menjadi landasan kita dalam mengikhlaskan proses hijrah ini. Berat bila dibayangkan tentu bukanlah hal yang bisa dihindari sebab kita juga harus memulai mencari dan mempelajari hal-hal yang selama ini terlewat. Intinya, memulai dengan bismillah dan percaya akan takdir yang telah ditentukan akan membimbing kita hingga mencapai titik ternyaman dalam hidup.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post