fajri alifia

Pendidik yang masih belajar dan berproses untuk kebaikan bersama. Masih mencari yang terbaik untuk perubahan besar di masa yang akan datang....

Selengkapnya
Navigasi Web

MEMAKNAI 10 NOVEMBER

November menjadi salah satu momen yang dianggap penting dalam sejarah pergerakan Indonesia. Dalam peristiwa yang masih lekat di ingatan perihal kekuatan massa dalam memperjuangan untuk mengibarkan bendera Indonesia. Seorang Bung Tomo maju di garda terdepan, meraih bendera yang terpasang di tiang kemudian merobek warna biru pada kain itu. Semua dilakukan atas satu nama yakni Indonesia.

Hari pahlawan acap kali diperingati pada 10 November. Tiap orang pun menyemarakkan momen itu dengan mengirimkan gambar berisi peringatan hari pahlawan. Apalagi di zaman seperti ini, media sosial pun juga ramai dimeriahkan oleh gambar-gambar kepahlawanan. Gambar bendera, sang tokoh Bung Tomo, juga segelintir peristiwa yang menyertai ikut pula memeriahkan momen ini.

Namun, apakah kita sebagai penerus bangsa ini hanya mampu pada sebatas jari mengunggah gambar-gambar tertentu? Apakah hal itu telah menjadi cukup bagi pelipur lara juga kenangan pahit di masa lalu?Apakah peringatan tersebut hanya sampai pada sebatas pesan gambar?

Entahlah.

Hal yang paling utama adalah kita mampu memberikan sesuatu kepada negeri ini. Hal ini mungkin terdengar klasik di tengah banyaknya problematika yang muncul saat ini. Terlebih efek pandemi saat ini masih membuat jeritan di tengah rakyat yang merangkak mencari pertolongan.

Memberi bukan berati kita mesti melimpahkan semua yang kita miliki. Memberi sesuatu pada negeri lebih dapat kita maknai secara lebih khusyu dengan menjiwai pekerjaan saat ini atau pula menjiwai kegiatan yang sedang kita lakukan saat ini. Semuanya dapat diluaskan dengan tujuan demi kebermanfaatan bersama sehingga proses inilah yang begitu berarti bagi perbaikan bangsa ini.

Tidak perlu hal muluk untuk memberi perubahan. Cukup dimulai dari hal sederhana yang bersumber dari diri kita, yang bilamana dilakukan secara konsisten maka kelak akan memberikan hasil yang begitu memberi dampak positif bagi orang lain. Semisal seorang guru, secara sederhana dapat memikirkan bahan belajar yang tepat dan sesuai bagi siswa. Bahan belajar ini dipilih tidak hanya pada asas pemenuhan materi, tetapi juga pada aspek keberlanjutan siswa.

Aspek keberlanjutan ini meliputi aspek kreatif, psikologi, sosial, juga religi pada diri siswa. Bila hal ini dipertimbangkan dengan baik, maka belajar bagi siswa tidak lagi dianggap sebagai upaya penuntasan nilai, tetapi mengarah pada proses belajar dan mempersiapkan diri menjadi individu yang lebih baik. Alhasil proses belajar terlihat lebih komprehensif sehingga tidak melulu berpedoman pada standar minimal.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah terima kasih mbak anita.. salam kenal juga mbak, saya fajri

11 Nov
Balas

Alhamdulillah terima kasih mbak anita.. salam kenal juga mbak, saya fajri

11 Nov
Balas

Alhamdulillah terima kasih mbak anita.. salam kenal juga mbak, saya fajri

11 Nov
Balas

Keren Mbak, ulasan yang mantap. Salam kenal dan salam literasi dari Saya Anita Sidoarjo.

10 Nov
Balas



search

New Post