WANITA ABAD 21 (Tantangan Hari ke-6)
Berbicara mengenai wanita rasanya tidak akan pernah habis diselesaikan dalam satu bab. Terlalu banyak aspek yang pasti melibatkan peran wanita di dalamnya. Urusan dapur, mengurus anak, hingga pekerjaan bisa dilahap dalam satu kali pengerjaan. Julukan yang erat melekat pada wanita sebagai sosok yang multi tasking dan serba bisa. Tidak jarang pekerjaan laki-laki pun dilakoni ketika dalam keadaan terdesak.
Wanita dalam perkembangannya memiliki daya pikir yang lebih matang. Kematangan berpikir ini dihasilkan melalui perubahan signifikan lintas generasi. Semula beban hidup hanya seorang diri. Jika memang menjadi tulang punggung keluarga diwajarkan sebagai wujud bakti pada orang tua. Seiring berjalannya waktu, pernikahan membuka jalan bagi wanita beralih menjadi istri yang siap sedia mendampingi suami.
Seorang istri sering dituntut cekatan sekaligus sigap menyiapkan kebutuhan suami. Totalitas disertai kerja ikhlas menjadi urgensi yang harus dikedepankan demi menjalankan peran istri. Belum lagi istri perlu membekali diri keterampilan mengurus keluarga agar kelak menjadi seorang ibu yang baik. Pengetahuan pun mesti sesekali diperbaharui melalui pembelajaran yang dilakukan baik itu secara mandiri ataupun mengikuti pelatihan.
Hal ini dapat dipastikan akan berbenturan dengan pekerjaan istri sebagai ibu rumah tangga. Tidak dipungkiri waktu satu hari 24 jam tidak pernah cukup dirasa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Persoalan cucian seolah-olah selalu berdatangan setiap kali penghuni rumah kembali dari tempat dinas. Belum lagi ditambah persoalan dapur yang membuat wanita berpikir keras menyediakan sajian yang memadamkan api kelaparan. Poin lainnya yang menjadi sorotan adalah kebersihan dan ketertiban rumah bisa menyulut emosi jika ada keadaan yang tidak enak dipandang mata.
Wanita sekali lagi wajib menyediakan porsi kesabaran yang ekstra. Terkhusus ketika sosok anak telah hadir mewarnai biduk rumah tangga. Contoh paling nyata dimulai saat anak masih dalam usia bayi. Waktu tidur dianggap mahal karena wanita harus bersiap untuk tidur agak lebih larut atau bahkan siaga 24 jam. Semua dilakukan tanpa banyak keluh, jemu, atau sesal. Rasa kasih sayang menjadi faktor penguat di atas segala rasa negatif yang menghampiri.
Ketika beranjak memasuki usia sekolah, wanita juga harus lebih cakap memilihkan sekolah terbaik bagi anak agar kelak tidak salah memilih lingkungan perkembangan. Berbagai hal ditimbang seperti hal agama, kebiasaan, lingkungan pergaulan, hingga persoalan biaya. Perihal biaya juga menjadi pertimbangan mendasar yang mesti dipikirkan agar tidak menjadi bumerang di kemudian hari. Karenanya, banyak orang tua yang telah menyiapkan dana pendidikan melalui asuransi.
Masalah tidak hanya berhenti pada persoalan memilih sekolah. Biasanya efek domino akan muncul ketika anak memasuki suatu lingkungan baru. Penyesuaian dengan teman, guru, serta pelajaran bisa memicu persoalan yang sederhana hingga pelik. Lagi-lagi seorang wanita harus pintar sekaligus bijak membujuk sang anak agar tetap bersekolah.
Di zaman pandemi ini, peran wanita bertambah pangkat kuadrat. Bila dihitung dalam angka matematika pertambahannya tidak terhingga alias tidak terbatas. Semua kemungkinan bisa terjadi karena kegiatan bertumpuk pada satu tempat yang sama. Peran wanita serta merta ditambah menjadi seorang guru seperti halnya di sekolah. Mendampingi anak selama jam belajar sembari mengurus urusan rumah tangga menjadi makanan yang harus dilahap mentah-mentah. Hal itu membutuhkan proses dan penyesuaian dengan cara yang hanya dipahami oleh wanita.
Maka dari itu, pilihan bekerja bagi seorang istri sekaligus ibu memiliki taruhan yang besar. Tanggung jawab pekerjaan kantor ataupun tempat dinas lainnya sering membuat seorang ibu pusing tujuh keliling. Tenggat waktu serta merta menguras konsentrasi sang ibu yang mesti juga hadir sebagai sosok penyabar kala menemani sang anak belajar. Dengan demikian, seorang ibu bekerja membutuhkan manajemen waktu yang baik agar segala tuntutan baik yang berasal dari pekerjaan maupun keluarga dapat terlaksana dengan baik.
Terkadang pilihan bekerja bukanlah pilihan yang diinginkan oleh seorang wanita. Berbekal niat membantu keluarga atau pula mengabdikan ilmu di masyarakat membuat segala berjubel aktivitas rumah tangga menjadi terasa ringan. Tidak perlu barang mahal atau pelayanan yang bersifat eksekutif. Cukuplah senyum dan tawa anak sebagai penghibur di tengah kepenatan.
Bagaimanapun keputusan yang telah diambil sebagai ibu rumah tangga ataupun ibu bekerja, keduanya sama-sama memiliki porsi yang penting. Peran pertama sebagai motorik dalam keluarga sedangkan peran kedua sebagai bentuk wujud aplikasi diri dalam lingkungan masyarakat atau tempat bekerja. Keduanya juga memiliki aspek kebermanfaatan yang semestinya mendapat penghargaan yang begitu istimewa di hati anggota keluarga.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar