Belum sebulan kita sudah melewati bulan suci Ramadhan sekaligus merayakan salah satu dari dua hari raya besar bagi umat Islam di seluruh dunia yakni Idul Fitri.Setelah sebulan berada dalam bulan Ramadhan yang merupakan bulan penuh berkah dan juga diberikan keistimewaan berupa booster amal shaleh, sehingga amalan yang kita kerjakan pada bulan tersebut dilipatgandakan pahalanya, tentu banyak yang berlomba-lomba beramal shaleh mengingat keutamaan tersebut hanya terjadi selama sebulan, kualitas maupun kuantitas ibadah yang dikerjakan khususnya amalan sunnah pun ditingkatkan dalam melakukannya demi mencapai derajat taqwa yang disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 183 bersamaan dengan perintah berpuasa bagi orang-orang yang beriman kepada Allah.

Adapun kita semua merasakan sendiri bagaimana perbedaan antara bulan Ramadhan dengan bulan lainnya, selain diharuskan menahan diri di siang hari dari haus dan lapar, tetapi juga diwajibkan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak baik, seperti amarah, mengatakan hal yang tidak semestinya diucapkan, dan hal-hal lainnya yang juga tidak boleh dikerjakan selama bulan Ramadhan agar mendapat pahala puasa secara sempurna. Tentu demi mencegah kita melakukan hal sia-sia tersebut, lebih baik jika kita mengalihkannya dengan meningkatkan ibadah-ibadah sunnah agar tidak terjerumus pada hal-hal yang merusak pahala puasa kita.

Hal-hal diatas tentu menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai momen mendidik dan melatih diri agar tidak terjerumus pada hawa nafsu yang tidak baik sekaligus mengajarkan agar kita selalu terbiasa dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Hal ini berjalan dalam waktu yang tidak juga sebentar, melainkan dalam satu bulan. Allah memang Maha Baik, Dia memberikan kesempatan khusus pada kita untuk memperbaiki diri serta meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah selama sebulan. Agar kita mampu membiasakan diri dengan menahan diri dari hal-hal yang tidak baik serta ringan dalam melakukan amalan shaleh.

Yang jadi pertanyaan besar bagi kita yang belum lama melewati bulan suci ini adalah sebagaimana yang tertulis pada judul di atas, "Apa yang tersisa dari diri kita setelah Ramadhan berlalu?". Apakah kita menjadi manusia yang sukses dalam "Bulan Pelatihan" atau hanya mendapat haus dan lapar semata? Hal tersebut tentu hanya diri kita sendiri yang bisa menjawabnya. Kita pertanyakan diri kita apakah selama "Bulan Pendidikan" tersebut kita menyia-nyiakan kesempatan tersebut tanpa peningkatan amal ibadah serta awas diri terhadap hal-hal yang dilarang? Apakah seharian kita berpuasa hanya dihabiskan untuk tidur dan tidak melakukan kegiatan yang produktif? Tentu masih banyak pertanyaan lainnya yang patut ditanyakan pada diri kita sendiri setelah berlalunya Ramadhan.

Momen Ramadhan yang diberikan Allah kepada kita selama sebulan adalah rezeki yang belum tentu didapatkan oleh setiap manusia, pasti ada manusia yang berdoa mengharap bertemu dengan bulan yang penuh ampunan ini namun tidak kesampaian lantaran ajal yang tiba. Tentu hal tersebut tidak mustahil dialami bagi kita yang menyia-nyiakan momen yang sudah terlewat. Bisa saja kita berdoa mengharap umur kita dipanjangkan hingga Ramadhan tahun depan namun tidak ada yang tahu apakah kita menemui bulan Ramadhan di tahun depan atau tidak. Hal yang dapat kita lakukan hanyalah tetap meningkatkan ibadah-ibadah serta menahan diri dari perbuatan tercela yang sekiranya tidak kita lakukan secara konsisten selama Ramadhan, agar kita tetap mendapat esensi pelatihan ataupun pendidikan dari bulan Ramadhan, dengan harapan kita bisa mencapai derajat taqwa yang dinyatakan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 183, aamiin.