Fajrul Akbar

Bukan guru tapi sempat mengajar dan menjadi koordinator jurusan perawatan kesehatan di salah satu SMK Swasta. Berprofesi sebagai seorang Perawat yang menekuni p...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kembang Abadi Dari Wamena

Kembang Abadi Dari Wamena

Sebuah keberuntungan yang tidak dimiliki semua orang bisa berkunjung ke Wamena. Mungkin semua orang pernah mendengar Papua, Jayapura. Bagaimana dengan Wamena. Orang papua mengatakan belum sah ketanah Papua bila belum berkunjung ke Wamena, ya ... Wamena merupakan Ibukota Kabupaten Jayawijaya juga dikenal dengan sebutan Lembah Baliem. Agustus 2015 saya berkesempatan ke Wamena dalam rangka pengumpulan data survey. Saya ingat betul tiba di Jayapura tanggal 16 Agustus dan langsung melanjutkan penerbangan ke Wamena. Menurut penduduk setempat Wamena bersal dari kata Wa dan Mena yang berarti Babi Jinak. Lebih lanjut lagi beliau menjelaskan istilah Babi Jinak menurut cerita tetua, dimana pada masa lampau babi merupakan hewan ternak yang mendapat tempat khusus dimayarakat hingga dianggap anak kedua mereka. Konon saat itu mama-mama di lembah Baliem merawat anak-anak babi secara khusus bahkan ada yang menyusinya diperlakukan seperti anak sendiri. Karena Babi sebagai salah satu simbol dari kekayaan dan status sosial. Entah cerita diatas merupakan suatu kebenaran dimasa lalu atau hanya sekedar mitos, yang pasti itu merupakan sebuah kearifan lokal.

Perjalanan menuju Wamena ditempuh melalui jalur udara dari Jayapura. Di kawasan bandara Sentani Jayapura mudah ditemui tulisan “dilarang meludah sembarang”. Awalnya saya berpikir mungkin di daerah ini banyak yang menderita penyakit TBC. Sambil menunggu di ruang pindah penerbangan saya memberanikan diri untuk bertanya kependuduk asli yang satu penerbangan dengan saya. Ternyata dugaan saya salah, alasan dibalik banyaknya tulisan tersebut adalah untuk menjaga kebersihan lingkungan. Karena tidak sedikit masyarakat yang mengkonsusmsi pinang dan sirih yang menyebabkan mereka sering meludah. Mengunyah pinang dan sirih menyebabkan air liur berwarna merah pekat, mungkin dapat dikatakan sebagai pewarna alami. Namun sayangnya saya tidak sempat mewawancara secara langsung penduduk setempat yang mengkonsumsi sirih pinang, dikarenakan waktu transit yang singkat.

Di penerbangan ke Wamena banyak hal unik yang bisa ditemui, selain pesawatnya terbang rendah dan banyak manuver seru yang bikin deg-deg ser saat pesawat menyusuri celah awan. Pemandangan alam pegunungan dan lembah yang diluar jendela pesawat luar biasa indah. Hal unik lainnya adalah kalau dipenerbangan umumnya dengan mudah kita menemukan para penumpang menggunkan pakaian bak fashion show, menggunakan sepatu mengkilat dan high hill. Berbeda halnya dipenerbangan ini, kita seakan berada dalam sebuah parade budaya megah yang memadukan sisi tradisional dan moderen. Banyak ditemui penumpang yang tidak menggunakan alas kaki dan menggunkan aksesoris tradisional yang masih sangat kental. Pengalaman yang unik, perpaduan tradisional dan moderen sangat kontras terasa, memberikan kesan yang tak akan pernah dilupakan. Betapa cintanya mereka dengan budaya nya, sangat patut diapresiasi.

Sesampainya di bandara Wamena, mulai lah rasa takjub sekalius terheran-heran dan setengah bingung, dalam hati bertanya “berada di manakah saat ini ?” Begitu turun dari pesawat udara dingin langsung menyergap, langit sangat cerah. Dari landasan saya berjalan menuju gedung terminal, sepanjang perjalanan saya menerka-nerka dimana gedung terminal nya. Salah satu petugas mengarahkan untuk menunggu di Pondokan, ya bangunan dari kayu, yang berdinding papan setengah nya (sekitar 50 cm), setengah keatasnya lagi berdinding kawat, dan beratap seng. Sambil mengamati lingkungan sekitar, kebingungang saya bertambah dimanakah terminal kedatangan sebenarnya ? Saya perhatikan sekitar banyak sekali orang yang mengantre dengan barang bawaan nya, ada yang menimbang barang bawaannya, dan sesekali ada petugas maskapai lewat. Akhirnya saya bertanya, dan ternyata pondokan inilah gedung terminalnya. Jauh sekali dibandingkan gedung terminal yang pernah saya singgahi. Disini fasilitanya minim, semuanya masih dijalankan secara manual. Namun saat ini kabarnya bandara Wamena sudah direnovasi dan tak kalah saing dari bendara didaerah lainnya. Semoga dapat kesempatan kembali berkunjung ke Lembah Baliem.

Hal lainnya yang sulit ditemukan ditempat lainnya adalah rebutan saat naik ke pesawat untuk mendapatkan kursi yang diinginkan. Awalnya saya terheran-heran melihat penunumpang berlarian di landasan menuju ke pesawat. Rasa heran saya terjawab setelah penduduk lokal sebagai pendamping kami menjelaskan bahwa penerbangan dari bandara Wamena saat boarding tidak diberikan nomer kursi. Untuk mendapat posisi duduk yang diinginkan dalam pesawat penumpang bisa memilih sendiri, sehingga muncul kebiasan rebutan kursi. Ini menjadi pengalaman pertama saya rebutan kursi pesawat, lucu seru dan bikin deg-degan juga untuk pengalaman pertama. Saya yakin semenjak bandara dibangun dan mulai dioperasikan pelayanannya pasti jauh lebih baik.

Disekitar bandara Wamena mudah sekali ditemui penduduk asli yang masih menggunakan Koteka. Pakaian khas Wamena ini terbuat dari buah labu yang ditanam dan dirawat khusus, untuk kemudian dikeringkan dan dihias. Hiasan yang paling umum digunakan adalah bulu hewan seperti kelinci dan bulu kasuari, dan seringkali tambahkan aksesoris dari kulit angrek. Proses pembuatan nya dimulai dengan pembentukan buah labu yang masih muda dengan diberi pemberat (gantungan dari batu atau kayu) sampai saat nya labu dipanen. Penduduk lokal juga menjelaskan bahwa setiap suku memiliki bentuk koteka yang berbeda-beda, bentuk koteka yang digunakan juga diesuaikan dengan aktivitas yang akan dilakukan. Penduduk lokal yang saya temui sangat ramah dan memberikan penjelasan yang sangat lengkap dan antusias. Dan memang selama di Wamena setiap saya berpapasan warga selalu menyapa dengan salam. Ucapan selamat pagi, siang, sore dan selamat malam selalu terucap, padahal kami tidak saling mengenal. Keramahan seperti ini tidak pernah saya dapatkan ditempat lain yang pernah saya singgahi sebelumnya, bahkan dikampung halaman saya, apalagi di Jakarta. Datanglah ke Wamena dan rasakan interaksi sosial yang sesungguhnya, keramahan, kejujuran, ketulusan dan kesederhaan yang tidak akan dapat ditemukan ditempat lain.

Disekitar bandara banyak mama-mama yang menggelar jualan, mulai dari kerajinan tangan, serta hasil kebun, dan bunga potong khas Wamena. Pendamping saya mengarahkan saya kepenjual bunga potong, beliau mengatakan “inilah bunga khas Wamena; bunga plastik abadi”. Bunga yang sangat indah ini dikemas sederhana hanya dibungkus koran bekas namun tetap terlihat sangat menawan. Saya terpana melihat bunga yang dalam satu tangkainya terdapat berbagai warna cerah. Mendengar sebutan plastik, dengan polosnya terlintas dipikiran saya betapa kreatif dan terampilnya mama-mama ini dalam menghasilkan kerajinan tangan. Saya pun bertanya spontan tanpa beban “bahan dasar bunga ini dari apa?’. Mama penjual bunga terdiam, pendamping sambil tersenyum mengatakan bunga plastik hanya sebutan saja, karena bunga ini tahan lama dan jika dikeringkan akan sepertik plastik. Gelak tawa pun pecah saat itu. Lebih lanjut lagi untuk menghilangkan rasa penasaran, saya mengambil seikat bunga sambil mendekatkan kehidung, ternyata benar aromanya khas bunga segar. Mama sang penjual bunga tersenyum sambil mengatakan “bapa ambil saja bunga, sa kasi geratis” dengan dialeg khas papua. Lengkap sudah pesona Wamena hari pertama saya di Wamena. Kembang abadi si bunga plastik lambang keindahan abadi dari ketingian lembah Baliem Wamena yang tak akan pernah terlupakan, dengan segala kesederhanaanya.

#Hari pertama di Lembah Baliem Wamena

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Reportase yang luar biasa pak. Saya seolah ikut serta bersama bapak begitu detail. Tulisan keren pak saya jadi tahu banyak tentang penerbangan Papua - Wamena. Salam kenal salam literasi

08 Sep
Balas

terimakasih pak. Salam literasi

08 Sep



search

New Post