“Rin, jika nanti mau menghadap Pak Eko, sama-sama ya,” kata Rindu pada Riana. Selintas Rindu melihat sorot mata tak suka dari Riana. Namun karena Riana adalah sahabat baiknya, maka Rindu mengabaikan saja. Riana terlihat menganggukkan kepala. Rindu sangat senang, walau dia juga melihat ada riak lain pada tatapan Riana. Tapi Rindu tetap berpikir positif.

Sebenarnya Rindu jauh lebih dulu bekerja di perusahaan itu dibanding Riana. Namun dengan segala kemauan dan kepintaran yang dia miliki maka Riana lebih maju dibanding Rindu. Riana sangat ambisius. Dia rela bekerja siang dan malam untuk mendapatkan apa yang dia mau. Tutur katanya bagus dan senantiasa menawarkan bantuan. Sepintas lalu orang pasti menilai, dialah pegawai yang paling berdedikasi. Karena semua kegiatan selalu dia jadi kepercayaan atasan. Dan tak pernah sekalipun dia menolak atas beban yang diberikan, walau dia sendiri bingung membagi waktu. Layaknya pukat harimau saja. Semua ditangkap.

“Rindu pimpinan tak bisa ditemui karena beliau diluar daerah,” Begitu chat dari Riana. Rindu terdiam dan gelisah membaca kabar itu. Sedangkan Rindu dua hari ke depan harus presentasi program yang dibebankan kepadanya. Karena itu dia harus konsultasi langsung dengan manejernya itu. Dalam kebingunganya tanpa sadar Rindu melangkahkan kaki ke lantai tiga, dimana ruang atasannya berada. Sampai depan ruangan sekretaris bilang, Riana sedang menghadap. Haah…..