KKM, MUKA SIAPA YANG DISELAMATKAN?
KKM
Muka siapa yang diselamatkan?
Dunia pendidikan seolah tiada hentinya tanpa adanyan ‘kejutan’ banyak kebijakan halusinasi yang dipaksakan tentunya membuat para pejuang pendidikan geleng kepala dan mengelus dada. Mulai dari kebijkan tentang warna sepatu sampai dengan kebijakan bagaiman peserta didik bisa lulus 100% agar muka terselamatkan.
Salah satu perjuangan fenomenal dalam dunia pendidikan adalah bagaimana mensukseskan ketercapaian KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal. Bagaimana seolah dunia pendidikan ini dijalankan layaknya Roler Coaster yang ditumpangi oleh guru ketika kita membahas perihal KKM. Pentingkah KKM dalam pendidikan? Jawabannya tentu saja sangat penting. Secara garis besar KKM penting bagi satuan pendidikan, guru, dan peserta didik untuk menentukan target kompetensi dan pemerintahpun sebenarnya memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan untuk menentukan seberapa besar angka yang rasional untuk menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan kemampuan siswa, tingkat kesulitan kompetensi dasar setiap mata pelajaran, dan seberapa besar kemampuan atau daya dukung sekolah dalam menopang ketercapaian target kompetensi.
Rasionalkah menseragamkan KKM untuk semua mata pelajaran? Jawaban saya BIG NO alias tidak. Berpijak pada kriteria penentuan KKM dan juga melihat pada beragamnya kemampuan, bakat, dan minat peserta didik tentu saja tidak fair jika peserta didik dituntut mempunyai kemampuan yang sama untuk semua mata pelajaran.
Di lapangan tidaklah semudah meng-input dan meng-indeks nilai pada e-raport, banyak faktor yang menguras energi dan perasaan untuk memberikan angka 75 pada peserta didik yang memang tidak mampu mencpaianya, apakah lantas jadi satu dosa besar jika guru memberi sesuai kemampuan peserta didik? Jawabannya bisa iya bisa tidak.
Dosa besar jika target satuan pendidikan untuk meluluskan peserta didik 100% tanpa pandang bulu, mau bulu domba sampai bulu ketekpun hajar yang penting sekolah ‘hebat’ bisa meluluskan semua peserta didiknya. Tapi tenang bapak/ibu guru Insyaa Allah anda tidak akan berdosa di mata Tuhan karena mau mendidik peserta didik untuk jujur dan mengenali potensinya, mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Terus memotivasi sampai batas akhir kekuatan diri. Tidak apa-apa jika saya guru Bahasa Inggris tapi murid saya tidak cakap dalam Bahasa Inggris asal mereka tetap tahu bahwa penting untuk belajar Bahasa Inggris setidaknya jika mereka suka menyanyi dan bermusik tidak akan salah ucap kosa kata Bahasa Inggris.
Lantas apa guru harus jadi radikal dan frontal dengan kebijakan satuan pendidikan yang wajib “75” ? Jawabannya lakukan saja asal anda siap bulan depan berhadapan dengan debt collector dari koperasi maupun bank dimana anda punya pinjaman (wkwkwkwkwk.......). Tetap semangat sebagai guru penggerak dan pendobrak Do Your Best an Let ALLAH SWT do the Rest.
Sering-sering dengar hati nurani meski kitapun banyak kekurangan tapi berusaha saja terus berjalan langkah kecil tapi bermakna bagi peserta didik kita.
The last but not the least mari selamatkan martabat kita sebagai guru dan manusia hamba Allah Ta’alla.
#CatatanAkhirTahun #SelamatLiburan #GuruMenulis #sukasukasaya #sayasuka.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar